• 26. Hari Tanpamu •

21 6 0
                                    

Now Playing
Mahalini-Sisa Rasa

Selamat datang kembali, dalam hari-hari ... tanpa dirinya.

"Semesta tahu, bahwa hal yang paling mengerikan adalah tiada kamu menapak dan memberi senyuman."
Agmission





Hari demi hari berlalu, menyisakan pilu yang terus menderu. Tiga bulan sejak kepergian Agil, tetapi Mita masih terus saja berkabung. Tampaknya, semua kembali normal kecuali dirinya. Bagaimana tidak? Orang lain sudah mulai bisa tertawa dan melupa, tetapi Mita ... ia masih bertahan dengan sejuta sedihnya. Hidup gadis itu benar-benar tidak terkondisi lagi, Agil yang pergi meninggalkan luka begitu mendalam.

Maret dipenuhi hujan tiap harinya, seolah turut sedih berlarut-larut bersama Mita. Rinai hujan turun membasahi dunia, murid berhamburan ketika bel pulang. Mita melangkah ke luar, ia melihat awan yang menggulung dan terus menitikkan air yang ditampung. Melamun sejenak, gadis dengan rambut khas dikucir seperti ekor kuda itu menatap kosong tanpa harapan hidup mengelilinginya. Kira-kira, celotehan lucu apa yang dilayangkan Agil jika lelaki itu ada si sampingnya?

Tak terasa, Mita terlalu banyak diam hingga tidak menyadari jika langit sudah menggelap. Ia menaiki sepeda merah mudanya, menerjang gerimis yang membasahi.

Perjalanan berlalu dengan cepat, tak terasa akibat keriyut yang beradu dengan gemericik hujan menjadi iringan ketika Mita pulang. Hati gadis itu membeku setelah kepergian Agil saei hidupnya. Ia memasuki pekarangan rumah, kemudian mengetuk pintu dan langsung masuk. Sudah tiga bulan Mita selalu murung dan jarang berkomunikasi, gadis itu tidak berkumpul bersama keluarganya benar-benar menghindari masalah.

Ibu berkacak pinggang sembari mengomeli Mita, "Mit-Mita, jaket basah kayak gitu kalau sakit gimana?"

Mita tidak menjawab, hanya melangkah gontai lantas masuk ke kamarnya.

Ibu hanya mendengkus, melanjutkan masak. "Punya anak cewek, nggak bantu-bantu malah kerjaannya nangis terus. Ditinggal harusnya cepet bangkit bukan sedih berlarut-larut. Mana kerjaannya cuman ...." Ibu menghentikan celotehannya sendiri. "... cuman mandangin stoples isi kertas." Ibu tersenyum licik, seraya menumis makanan, tercipta ide cemerlang yang mungkin membantu Mita pulih dari terpuruknya.

TW⚠️
18+ : Self harm, scream, roller coaster emotion, blood.

***

Satu sayatan, dua sayatan, bertambah menjadi puluhan sayatan yang ditorehkan pada tangan yang tampak pucat dengan darah yang terus mengalir, membuat semerbak bau amis yang menggelikan. Tak terhitung berapa kali Mita melakukannya, semenjak bulan Januari lalu, ia selalu suka melakukan aktivitas ini. Selain menyenangkan, seru dan membuat sakit pada pergelangannya, perasaan campur aduk, kesedihan dan lain sebagainya mampu teredam dengan sakit ketika darah mengucur akibat sayatan yang ia buat menggunakan cutter. Menenangkan, pikirnya. Deru napas yang semula tidak beraturan menjadi lebih tenang, suara hujan deras bersama petir yang menyambar-nyambar meredam suara isakan gadis itu.

Agmission Where stories live. Discover now