[7]. Yang Terlupakan

5.7K 1K 127
                                    

Hai, selamat hari Minggu! 🤩

Ketemu lagi sama Mas Tama dan Mbak Cha. Makin cepet update kalau komentar sama vote-nya ramai. 😍

Semangatin lagi pakai vote dan komen yang banyak, ya. 🥳

Happy reading!

====🏖🏖🏖====

====🏖🏖🏖====

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tak ada celah. Mungkin hanya itu yang akhirnya bisa Rama simpulkan setelah seharian pikirannya terganggu dengan bayangan Marisa mulai menemukan kehidupan yang baru. Ia mungkin tak akan ada kesempatan lagi memperbaiki semua. Gadis itu memilih pergi dan tak perlu repot menunggu masa lalunya memperbaiki diri.

Seribu maaf berusaha laki-laki itu sampaikan. Tapi bisunya perempuan itu ketika Rama berlutut dan memeluk kakinya, seharusnya sudah cukup membuat ia enyah. Namun, bisa apa bila hatinya justru menyadari bahwa yang ia butuhkan untuk masa depan adalah Marisa, bukan Mariana?

Toh apa yang terjadi di antara dirinya dan Riana, bukan begini yang ia harapkan pada akhirnya. Rama hanya berusaha mengerti Marisa yang terlalu sibuk. Memilih mengambil semua waktu bebasnya dengan pekerjaan dengan alasan, "Aku belum bisa tenang kalau Riana belum menyelesaikan pendidikan dan dapat pekerjaan bagus. Masih banyak hal yang harus aku persiapkan untuk masa depannya."

Sebagai sepasang kekasih, Rama jelas butuh perhatian dan waktu Marisa lebih dari yang lain. Dan satu tahun terakhir, bisa dibilang bercanda dan sekadar menemani adik Marisa--yang katanya sudah dianggap seperti adik sendiri--cukup menghapus rasa sepi saat kekasihnya justru harus memimpin sekumpulan perjalanan wisata baik domestik maupun ke luar negeri sesekali. Lamanya bisa tiga, empat, atau lima hari. Bahkan kadang seminggu baru pulang.

Ketika pulang, perempuan itu sudah lelah pasti. Rama harus mengalah lagi dan merelakan waktu berdua untuk sekadar berkencan dan makan malam di rumah saja. Yang seharusnya berdua, jadilah bertiga, bersama ... Mariana lagi. Sosok gadis bersuara manja yang ceria dan usil.

Perlahan posisi gadis itu menggantikan Risa.

"Ram, ada tamu di kantor Pakde mau jalan-jalan besok Minggu. Aku ambil job kayaknya, deh. Kamu nggak apa kalau kencan kita diundur dulu?" Selalu saja begitu dulu.

"Kalau gitu anterin aku ke toko buku aja, deh, Mas. Sekalian nonton, nanti aku traktir bajigur nanti pulangnya." Riana menyambut.

Dan Rama memberengut mulanya. "Yaah, jadi tukang ojek lagi aku, Cha!"

Dua gadis yang memiliki pertalian darah itu hanya tertawa-tawa ketika Rama menyebut dirinya sebagai tukang ojek. Sebab begitulah mulanya. Rama hanya bertugas mengantar dan menjemput Riana kuliah, pergi ke rumah teman, atau mencari buku-buku perkuliahannya. Sebuah niat yang dibatasi sebatas kakak-adik, entah sejak kapan mulai bergeser. Yang semula ada batas tas di antara Rama dan Riana saat berboncengan, tiba-tiba batasan itu luruh dan menipis.

SuddenlyWhere stories live. Discover now