[27]. Nyonya Sanjaya dan Putra Tunggalnya

4.1K 684 86
                                    

Hai, selamat malam! 🥳

Sesuai janji, aku publish part 27 di Wattpad Senin malam. Yang belum vote, jangan lupa vote. Yang udah baca di KaryaKarsa, tapi nggak tahan pengen komentar inline, silakan ramaikan komentar di sini. 🤭

Enjoy and happy reading! 😍

====🏖🏖🏖====

"Semua cerita saya dan Riana akan selesai setelah bayi itu lahir

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


"Semua cerita saya dan Riana akan selesai setelah bayi itu lahir. Dan saya tidak mau jadi orang tolol begitu saja dengan membiarkan Anda membawa Risa pergi."

Kalimat itu meluncur begitu saja dari seorang laki-laki yang tengah menghidu aroma kopi. Terdengar tanpa beban, tapi sarat akan gertakan. Seolah sedang memperingatkan Tama agar segera bersiap dan lebih hati-hati menjaga perempuan yang sudah ada dalam dekap.

Mereka tengah duduk di sebuah pelataran kafe. Bukan Tama ingin meladeni omong kosong sepagi ini dan memaksanya harus ikut keluar kantor. Hanya saja, ia sedang tak ingin ribut di depan karyawan.

Tama mengembuskan napas tak kentara. Ia mengusap ujung hidung bangirnya dengan punggung telunjuk. Senyum sinis itu tertahan dalam kuluman bibir usai menyesap sedikit latte di hadapannya.

"Jadi, kamu datang sepagi ini hanya itu yang mau disampaikan?" Tama meletakkan cangkir perlahan ke atas tatakan.

"Wah, Anda terlalu percaya dan yakin pada perempuan yang belum selesai dengan masa lalunya." Rama tersenyum mengejek.

"Aku pikir kalian sudah selesai sejak kamu memutuskan tidur dengan Riana. Dan lagu, aku nggak peduli bayi itu anak siapa. Pada intinya, sudah jelas bahwa ...," Tama menjeda kalimatnya sejenak, menatap dengan tatapan tegas, "hubungan kalian selesai ketika nggak ada lagi komitmen buat saling setia dan percaya."

Laki-laki berkemeja flanel di seberang meja Tama itu terdiam. Dari cara Rama mengepalkan dua tangan di atas meja, Tama tahu ia tengah menahan emosi.

"Jadi, Tuan Rama Agung Sanjaya yang terhormat, nggak perlu ada omong kosong lagi Riana sedang mengandung anak siapa di depanku. Yang perlu digarisbawahi, kita sudah sama-sama dewasa, punya rumah tangga masing-masing, nggak usah ribut ngaduk-aduk masa lalu. Urus saja rumah tanggamu sendiri layaknya laki-laki yang bertanggung jawab."

Tama menyudahi obrolan pagi itu seraya mengeluarkan dompet di saku belakang celananya. Ia sempat mengeluarkan satu lembar uang ratusan ribu, meletakkannya di bawah tatakan cangkir sebelum bangkit dari kursi dan berkata, "Terima kasih atas ajakan minum kopinya."

Dan Tama segera berlalu. Setelah ini, kalau saja ia diberi kesempatan bertemu dengan suami Alika, Tama akan bersenang hati berterima kasih karena sudah mengajarkannya cara bersikap elegan menghadapi obrolan menantang saingannya.

**

"Mama tuh seneng banget, lho, Tama banyak perubahan setelah sama kamu." Rima masih antusias bersuara meski sejak tadi ia sibuk memasukkan bahan kebutuhan bulanan ke troli belanja.

SuddenlyDär berättelser lever. Upptäck nu