39. Keributan yang Membuatnya Ingin Segera Kembali

3.9K 804 72
                                    

Hai, part 39! Artinya satu part lagi cerita ini ending, ya. 😍

Dududu, aku nggak sabar mau nulis cerita baru! 🤭

Eh, aku minta vote dulu boleh? Komentar juga boleh?

Terima kasih. Happy reading! 🥳

====🏖🏖🏖====

Dia yang merindukan si Mas yang tak pulang-pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia yang merindukan si Mas yang tak pulang-pulang. 🤭


====🏖🏖🏖====

Tina sudah berlalu. Ia harus pergi dengan Mamat untuk mengambil pesanan kaus rombongan wisata melalui konveksi. Sementara perempuan itu masih saja duduk menyendiri di pojok kantin, entah menunggu apa mengingat teh hangat yang disuguhkan Mamat pun tinggal seperempat dan mendingin.

Risa baru saja menelepon Tama. Meluruskan segala hal yang memang seharusnya ia luruskan agar kesalahpahaman tak berlarut-larut. Perempuan berkemeja biru tua itu rindu, tapi bagaimana caranya mengutarakan kalau selama bertelepon tadi, Tama hanya menanggapi, "Nggak papa, aku ngerti. Mungkin aku yang terlalu cemburuan dan posesif."

Laki-laki itu tertawa kecil setelahnya dan hening.

"Mas mau kembali ke Jogja kapan? Atau aku yang harus nyusul ke Jakarta bareng Siska besok?" tanya Risa memecah keheningan.

"Aku ke Jogja setelah pekerjaan di sini selesai. Mungkin kamu butuh waktu juga untuk menyelesaikan masalah masa lalumu. Take your time, Sa. Aku … masih bisa menunggu."

Saat penjelasan itu terdengar, senyum tipis di bibir Risa tampak. Maunya berkata, "Semua sudah selesai. Aku cuma mau kamu."

Sayang, perkataan itu hanya berhenti di ujung lidah. Sampai akhirnya, telepon itu berakhir tanpa penjelasan apa pun lagi. Lalu Risa mengambil kesimpulan, mungkin laki-laki itu masih kesal padanya. Dan ia bisa terima karena sudah mulai terbiasa. Terbiasa dengan cara Tama yang kerap menjaga jarak sebelum mengambil keputusan. Sampai akhirnya terkadang Risa sendiri yang kalah karena nyatanya, merindukan laki-laki itu tak kuat ia tanggung sendirian seperti yang sudah-sudah.

Seperti saat pertama Risa melarikan diri dan Tama mengejarnya. Seperti saat Risa tak kunjung memberi kepastian atas segala usaha Tama untuk melamarnya. Seperti saat Risa tak kunjung mengizinkan Tama membantunya menyelesaikan masalah atau sama-sama menghadapinya. Pada akhirnya perempuan itu kerepotan sendiri dengan sikap malu tapi mau atau lebih tepat dibilang gengsi yang teramat kebesaran.

Perempuan itu mengembuskan napas panjang, berniat menyandang tas ke bahu kiri kalau saja suara serupa sindiran itu tak terdengar.

"Banyak siasatnya kamu, ya, Cha. Udahlah godain anakku sampai tergila-gila sama kamu. Nuduh dia hamilin adik kamu. Sekarang, suami kamu pula ikut-ikutan intervensi jabatan di kantor. Bawa keluarga segala buat mengambil alih jabatan di biro Agus. Mau kaya pakai cara yang benar, dong.”

SuddenlyWhere stories live. Discover now