[28]. Mengorek Masa Lalu Mengundang Cemburu

4K 849 105
                                    

Halo, halo, halo!

Selamat malam. 😍

Aku datang menepati janji untuk update part 28 hari Kamis. Vote jangan lupa. Komentar yang banyak.

Yang belum cukup umur melipir dulu. Ini agak-agak manis, sih. 😆

Serius, kalau yang satu ini Mas Tama nggak ada belajar sama siapa-siapa apalagi Raga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Serius, kalau yang satu ini Mas Tama nggak ada belajar sama siapa-siapa apalagi Raga. Naluriah dia sebagai laki emang begitu kalau dekat sama Risa. Nggak mau nganggurin yang manis-manis. 🤣

Happy reading. Semoga suka. 🤗🥰

====🏖🏖🏖====

"Marisa baik-baik aja, kan, Mas?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Marisa baik-baik aja, kan, Mas?"

Suara lembut Rima terdengar dari seberang telepon. Agaknya perempuan yang satu jam lalu Tama antar ke stasiun menuju bandara sedang mencemaskan menantunya. Tama memperhatikan Risa yang tengah motong lemon tart dan mengunyah pelan.

"Baik, kok. Kenapa memang?" Laki-laki itu kembali fokus pada ponsel di telinga kiri.

Tak ada yang aneh dari kondisi Risa kecuali dari caranya bersikap padanya sejak sepulang dari kantor. Ia mendadak mau beli buket bunga dan mengajak suaminya makan di Cinema Bakery. Lalu berkali-kali mengatakan, "Buket bunga yang aku beli bagus, deh! Jadi pengen belajar jadi florist biar bisa buka toko bunga!"

Pun ketika melahap lemon tart dan satu cup es krim dengan potongan wafel di hadapannya, ada lagi kalimat, "Aku suka masak, sih, tapi nggak pernah kepikiran punya toko bakery begini!"

Florist, toko bunga, dan bakery. Tiga kata itu jadi kosakata favorit Risa dan entah di mana menariknya.

"Tadi siang pas belanja Mama sama Risa ketemu Riana sama mertuanya di supermarket. Takut habis itu Risa kepikiran, Mas. Kamu yang sabar nemenin dia, ya?" Rima kembali bersuara.

"Oh ...." Laki-laki itu menelisik emosi perempuan di seberang meja. Namun, tak kunjung terbaca kecuali keanehan-keanehan yang cenderung membuat Tama semakin kebingungan.

SuddenlyWhere stories live. Discover now