13

2 1 0
                                    

*
*
*

Permainan melempar dan melingkarkan gelang pada botol yang menyenangkan di koridor bagi Airell dan kedua temannya. Tentu sebelum Achary, ketua kelas mereka datang dan menjeda permainan.

"Airell, kau mendapat panggilan dari wali kelas"

"Baiklah, dimana ia sekarang?"

"Katanya temui saja di ruang guru"

Anak itu kemudian pamit pada kedua temannya untuk menjumpai sang wali kelas. Bukan sekali dua kali ia menemui wali kelasnya diluar jam pelajaran untuk meminta tambahan nilai. Tapi kini justru ia yang dicari oleh wali kelasnya. Ada suatu perkara untuk disampaikan kah? Otaknya dipaksa berputar beriringan dengan langkah kaki yang semakin dekat dengan pintu ruang guru.

Baru merasakan sejuknya ruangan khusus tersebut, maniknya langsung dihias oleh tiga orang yang ia kenali dimana salah satunya adalah sang wali kelas. Pikirannya langsung dipenuhi oleh kejadian tempo hari dan seketika scene berganti pada rekaman suara sang kakak kembar malam itu.

"Airell, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Mungkin kalian akan memilih suatu tempat dengan tingkat privasi tinggi atau melanjutkan obrolan disini pun tak apa."

Setiap ruang guru pasti memiliki sofa untuk kenyamanan mengobrol dengan tamu. Disitulah sang wali kelas, Targa dan ibunya duduk menunggu kedatangan Airell. Jelas sekali bukan apa yang akan terjadi setelah ini?

"Kami akan mencari tempat lain. Terimakasih waktunya, pak!"

Lepas berpamitan, wanita itu menggandeng putranya keluar dari ruang guru sementara Airell mengekori mereka dari belakang. Tempat sejuk nan sunyi yang mereka pilih adalah salah satu kursi paling pojok di taman samping. Taman itu memang sepi meski tak mengambil tempat di pojok seperti ini, tapi wanita itu tak mau siswa jahil mendengar pembicaraan mereka.

"Jadi, kau siswa bernama Airell itu?"

"I-iya"

"Kudengar kemarin kau merundung putraku sampai ia terluka seperti ini"

Wanita itu dengan bangga menunjukkan luka ringan di pelipis Targa. Tapi, hey! Luka di rahang Airell seharusnya lebih parah. Sayang dampak dari pukulan tersebut adalah darah di dalam mulutnya, bukan luka yang tercetak jelas seperti pada wajah Targa.

"Saya akan bertanggungjawab jika memang itu yang anda inginkan"

"Tentu saja saya menginginkannya untuk menggantikan biaya rumah sakit Targa"

Yang benar saja! Itu hanya luka kecil yang bisa ditutupi oleh plester, tidak sampai dibalut seperti mumi.

"Jadi, bagaimana saya bisa menggantinya?"

"Cukup keluarkan jumlah yang sama"

"Berapa totalnya?"

"Kurasa, tak sampai dua ratus ribu"

Tentu saja tidak! Ia tak memerlukan operasi karena itu

"Berikan saja seratus delapan puluh padaku"

Serius?! Itu terlalu berlebihan!

"Aku keberatan dengan itu!"

"Apa yang baru saja kudengar? Kau menawar? Baiklah, baiklah, cukup pertemukan orangtuamu denganku dan masalahnya akan segera selesai"

"Eomma, anak ini tidak tinggal bersama orangtuanya"

Sudah bisa dipastikan kalau suara menjijikan itu berasal dari Targa

"Pardon?! Maafkan aku, padahal aku tahu kalau orangtuamu membuang anak-anaknya bertahun-tahun lalu"

Memang hal ini sudah diperkirakan sejak awal, dimana kedua makhluk dari neraka ini akan menganggap lucu nasib keenam saudara yang harus tumbuh bersama. Airell harus menahan diri untuk tidak segera memukul lawan bicaranya saat ini.

"Bisa cepat selesaikan ini, tante? Pelajaran akan dimulai sebentar lagi"

"Baiklah, pejuang beasiswa! Targa sudah memikirkan sesuatu yang menarik untuk membayar perilakumu"

Sabar...
Orang tampan tidak boleh cepat tersulut emosi

"Apa itu?"

Wanna See That With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang