23

0 1 0
                                    

*
*
*

"Kak...kak..."

Aku membuka kelopak mata perlahan. Menyadari warna dinding disekitarku sama sekali berbeda dengan dinding kamar, aku menunjukkan ekspresi penasaran sambil mencoba untuk duduk.

"Kau tertidur di sofa ruang tamu karena menunggu Haelyn semalaman"

"Haelyn belum pulang juga?"

"Tidak...dan ia tak mengatakan apapun"

Mataku melebar sempurna menyadari kenyataan di minggu pagi yang kurang bersahabat ini. Rasa kantuk menguap begitu saja digantikan oleh rasa cemas dan gelisah.

"Kemana anak itu pergi?"

"Tidak ada yang bisa terhubung ke ponselnya"

Entah kenapa dadaku rasanya sesak. Air mata menumpuk takut hal buruk terjadi padanya.

Sebuah tangan mendarat di paha kiriku dan mengelusnya. Siapa lagi kalau bukan ulah Airell?

Melihat air mukanya yang tak jauh gelisah denganku, dalam sepersekian detik tubuh itu sudah berada dalam dekapan.

Jelas ia terkejut oleh pergerakanku yang tiba-tiba, tapi juga mencoba untuk menenangkanku terlebih dulu.

"Tak perlu menangis! Ia pasti akan baik-baik saja. Siapa tahu ponselnya kehabisan baterai dan tidak menemukan akses untuk mengisi daya"

"Kak, kami sepakat untuk mencari Haelyn ke tiga titik ramai berbeda"

Itu suara bariton Ellian dari ruang keluarga beserta Neylan dan Haella dibelakangnya.

"Siapkan lokasi untukku juga!"

"Aku ingin ikut serta mencari Haelyn!"

Airell menahan pergerakanku yang hendak bangkit dari sofa

"Emosimu belum stabil, kak"

"Tapi aku ingin Haelyn cepat pulang"

"Biar kami yang pergi mencari, kau tunggu di rumah takut-takut anak itu lelah berkeliaran"

Itu Ellian yang menjawab. Kurasa, ia memegang tanggung jawab penuh atas misi pencarian si bungsu hari ini. Bagaimana tidak, tadi ia mengaku sudah menyiapkan tempat ramai untuk dituju yang merupakan rencana.

Baiklah, mungkin aku akan memercayainya. Satu anggukan berarti penyerahan komando pada Ellian.

"Kami menyisakan makanan untukmu di meja, jangan biarkan mereka dikerubungi lalat dan semut"

Haella, anak itu menyalin kalimat yang sering kuucapkan dulu ketika ia dan kembarannya sulit diajak makan.

"Kami pergi, kak Asiel!"

"Hati-hati dan bawakan Haelyn untukku"

Wanna See That With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang