3. A Little Conversation

2.4K 487 6
                                    

Rosé menyingkap rok panjang yang ia kenakan, hari ini ia ada janji dengan seorang chef fine-dining pada pukul tiga sore dan janji dengan Lisa pada pukul satu siang.

Lisa mengedip antusias setelah Rosé jelaskan via pesan kemarin malam kalau ia miliki kabar panas dari anggota Hymn of Frazier!

"Gini ya," Rosé celingak-celinguk, takut kalau ada yang mendengar, "Kemarin itu Jeffrey ke restoran gue."

Pupil mata Lisa membesar, "Hah?!"

"Jangan teriak!" Rosé menjerit tertahan, masih sambil memperhatikan sekitarnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di Madame Bliss Coffee and Cake. Chef fine-dining Rosé yang memilih tempat ini. Supaya tidak perlu bolak-balik, jadinya Rosé juga memilih kafe ini sebagai tempat bertemunya ia dengan Lisa.

"Kok," Lisa masih kebingungan, "Ngapain dia kesana? Restoran lo yang mana?"

"La Roses. Dia kesana sama keluarganya gitu dan tau apa topik panasnya? Kayaknya dia lagi sama pacarnya deh!"

"Sumpah?!" rasanya Lisa ingin berteriak sekencang yang ia bisa kalau Rosé tidak memelototinya sampai nyaris keluar mata itu.

Rosé mengangguk jujur, "Iya. Sialnya nih ya, kayaknya gue dikira pelayan deh sama dia. Soalnya dia minta wine ke gue."

Lisa mengedip, nampaknya masih ditimpa keterkejutan yang luar biasa, "Jeffrey udah punya pacar ternyata."

"Iya, tidak menutup kemungkinan J juga punya pacar," lanjut Rosé tanpa rasa belas kasihan pada sahabat di hadapannya itu.

Ponsel Rosé menyala, menampilkan layar dengan nomor tak dikenal yang memanggil. Sayangnya, Rosé setel ponselnya dalam keadaan silent, buat ia tak mendengar ada panggilan yang masuk.

Sampai sebelas kali.

***

Sekitar pukul 8 malam, Rosé masih stand by di La Roses. Setelah pertemuannya dengan chef tadi sore, ia mulai tergugah untuk menciptakan satu-dua resep baru berdasar saran yang ia dengar.

Jangan tanya apakah Rosé menotis panggilan yang masuk, ia hanya sempat membuka ponsel untuk mengirim teks pesan kepada para penyortir bahan masakan untuk bertanya kapan stok datang dan penanggung jawab Rosie's Patisserie untuk menjelaskan kalau ia tidak akan datang malam ini.

Saat sedang berbincang dengan para pekerjanya yang lain di pantry, pintu terbuka, buat atensi seluruh orang yang ada di sana beralih. Waiter Rosé yang bernama Dani mengintip dari celah pintu, sebelum akhirnya mendorong pintu lebih lebar dan masuk, "Kenapa, Dani?"

"Ada yang nyari Leader di depan, katanya ada keperluan sesuatu."

Rosé memang kurang suka dipanggil Bos, jadi ia akan menyuruh para pekerjanya yang lain untuk memanggil ia Leader saja.

Rosé mengangguk, walau dalam hati kecilnya ia sedikit gelisah takut-takut jika ada komplain yang masuk.

Wanita itu berjalan keluar dari pantry, tangannya bergerak usap-usap kain pakaian dan roknya agar tidak kusut. Langkah kaki Rosé terhenti di dekat kasir, matanya nyalang menatap ke depan.

Jeffrey.

Pria itu tersenyum kecil sambil miringkan kepalanya saat lihat Rosé berjalan mendekat, jadi orang ini sungguhan owner restoran toh.

Rosé tersenyum ramah, seperti apa yang selalu ia lakukan pada pelanggannya yang lain, "Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada."

Ucapan singkat Jaehyun memang sengaja ia buat menggantung, Rosé mengedip lalu berdeham. Tangannya buat gestur agar Jaehyun berjalan mengikutinya, "Mari."

Jaehyun mengangguk lalu mengikuti Rosé yang berjalan menuju ruang outdoor restoran, tempat yang selalu ditutup jika tidak ada penampilan musik jazz yang sedang tampil.

Gadis itu persilahkan Jaehyun untuk duduk di kursi, lalu ia menyusul duduk di seberang pria itu. Matanya guratkan rasa penasaran, buat Jaehyun tertawa kecil.

Jaehyun ulurkan tangannya, "Jaehyun."

"Roséanne," Rosé membalas uluran tangan tersebut sambil mengangguk ramah. Seperti ia tak kenali saja pria di hadapannya ini, bahkan baru beberapa hari yang lalu ia datang ke konser band Jaehyun.

"Saya notis, tempo hari kamu nonton konser saya di Hall Carie?"

Rosé mengedip, "Maaf?"

Jaehyun tertawa gemas melihat kebingungan yang terpancar dari raut gadis di hadapannya, "You heard me right."

"Iya, saya nonton."

"Terus, kamu juga yang nganterin saya wine kemarin waktu saya kesini kan?"

Rosé mengangguk lagi, "Iya. Waktu anda datang kesini dengan keluarga dan kekasih anda."

Tak ayal, mata Jaehyun berdenyut kesal, "Bukan. Bukan kekasih."

"Oh, maaf. Saya terlalu cepat berasumsi."

Jaehyun mengindikan bahu tidak masalah lalu memandang Rosé tepat di netra cokelat gelap gadis itu, sejujurnya sedikit membuat Rosé tak nyaman karena pandangannya terlalu intens.

"Kemarin itu saya kesini buat acara perjodohan, keluarga saya emang sering ngadain acara itu."

Rosé mengangguk (lagi) walau ia tak paham kenapa Jaehyun tiba-tiba membahas hal ini dengannya, "Okay. Glad you bound with your lover in my restaurant."

"Oh, pardon me. That doesn't end well. Saya nolak perjodohannya."

"I'm sorry..." Rosé berujar dengan nada rendah, tak ingin menyinggung perasaan lawan bicaranya.

Jaehyun menaikan satu alisnya sambil tersenyum tipis, "Tapi itu gak bakalan bikin keluarga saya berhenti ngadain acara perjodohan lain lagi sih."

Okay?

Sekarang Rosé benar-benar bingung apa poin utama dari maksud kedatangan Jaehyun ke restorannya, pun ia tak tau kenapa pria itu sampai bercerita sepanjang ini kepadanya.

"Jadi, maksud kedatangan saya kesini tuh ingin berbincang tentang sesuatu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
13 Problems That Roséanne Did ft. JAEROSÉWhere stories live. Discover now