5. Win-Win Solution He Said

2.3K 502 16
                                    

Tiupan lembut pada jari telunjuk yang berdarah itu terhenti saat ia rasakan getaran pada saku celana lukisnya. Iya, tidak ada semenit yang lalu Rosé sedang mencoba membuka tube oil color saat bagian tajam tube menggores jarinya.

Dengan tangan yang sedikit belepotan cat minyak, Rosé coba raih benda hitam itu keluar dari saku celananya. Celana lukis ini sudah Rosé miliki sejak empat tahun yang lalu. Kesannya artistik karena sisa cat yang berantakan dan noda guratan pensil menghiasi kain tersebut.

Nomor tak dikenal, Rosé mengernyit.

Rosé punya dua nomor, satu untuk kepentingan bisnis restoran miliknya, baik kolega sampai staff hanya bisa menghubungi Rosé lewat nomor tersebut. Nomor kedua adalah nomor pribadi, yang tidak pernah Rosé sebarkan kecuali hanya kepada orang yang ia kenal saja.

Anehnya nomor asing ini memanggil melalui nomor pribadi.

Secarik rasa bimbang lewat di pikiran Rosé, buat jarinya ragu-ragu ingin menekan tanda terima telpon. Namun benar saja, belum sampai keputusannya bulat, telpon tersebut sudah berhenti.

Rosé baru mau kembalikan ponsel ke dalam saku celana saat ia rasakan getaran yang sama, dari nomor asing yang sama pula.

Mungkin penting?

Jadi, kali ini tanpa rasa ragu, Rosé angkat telpon tersebut. Dengan jemarinya yang bersih tanpa bekas cat, Rosé garuk-garuk hidungnya yang gatal, "Halo, siapa ya?"

Terdengar kekehan tak asing di seberang, "Halo, Roséanne? Lagi sibuk enggak?"

Jeffrey.

Oh, atau Jaehyun? Bahkan Rosé saja tidak tau pria lawan bicaranya ini sedang menjadi siapa.

"Jeffrey ya?"

"Jaehyun, Rosé. Jeffrey itu nama panggung."

Rosé menelan ludahnya yang terasa seperti batu. Entah kenapa ia seperti bisa menebak alur pembicaraan kali ini. Rosé berdeham, "Iya, Jaehyun. Maaf tapi mau nanya, kamu dapet nomor saya dari mana ya?"

Jaehyun menggumam, terdengar agak kecil dari speaker telpon, "Kenapa emangnya?"

"Saya mau tau aja."

"Penting banget, sampe harus dicari tau?" Rosé mengernyit, mulai merasa sedikit kesal, "Daripada mikirin dapet nomor darimana, gimana tentang negosiasi kita kemarin? Katanya kamu bakal jawab hari ini."

Sial, dia masih inget aja.

Rosé asal menjawab ia akan memberi keputusan hari ini tuh hanya akal-akalan supaya Jaehyun cepat pergi saja sebenarnya, tidak ia sangka pria itu serius ingin memainkan sebuah drama.

"Kenapa harus saya?"

"Loh," Jaehyun tertawa, kali ini agak keras, "Kan udah saya bilang. Kita ini win-win solution. Saya dapet keuntungan, kamu juga dapet. Kalo saya gini ke orang lain, belum tentu bisa mutualisme juga, Rosé."

Rosé membuang napas lelah, atensinya kini tertuju lurus pada kalender yang tergantung di dinding. Kalender tersebut bergambar Tayo, dibeli oleh Lisa sebagai oleh-oleh dari Thailand. Sedikit mengherankan karena toh Tayo bukannya dari Korea Selatan, ya?

Tidak ada seminggu lagi sebelum kepulangan Christian. Nekat memang, tapi Rosé tidak ingin terlihat menyedihkan.

"Oke, Jaehyun," Rosé menghela yakin, setelah keputusan ini, ia tidak bisa mundur lagi, "Kasih tau kapan perjamuan pertamanya?"

***

Mata Jaehyun nampak bosan mengikuti arah tubuh Donghae yang berjalan bolak-balik seperti sebuah setrikaan. Setelah perbincangan satu-dua hal dengan Rosé, pria itu langsung turun dari kamar untuk memberi tau berita ini kepada Donghae.

13 Problems That Roséanne Did ft. JAEROSÉNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ