16. Rainy Night

2.1K 532 40
                                    

Hujan deras mengguyur kota sudah hampir dua jam lamanya, Rosé melirik dari celah jendela kamar, hujan nampaknya enggan berhenti sampai hari berganti tiba. Langit masih menggelap dan dingin masih menggigit kulit.

Gadis itu kembali alihkan perhatiannya pada kanvas yang sudah setengah terisi, dirinya dapat ide untuk melukis sebuah pemandangan saat lihat hujan turun dengan derasnya daritadi.

Orang biasa mungkin akan pusing jika menghirup cat dalam waktu yang lama, apalagi jika di dalam ruangan tertutup seperti ini. Namun entah mengapa Rosé masih mampu bernapas normal dan lanjut menyelesaikan lukisannya itu.

Alunan lagu samar-samar terdengar dari ponsel yang ia setel, gadis itu sanggup habiskan waktu seharian di kamar jika ia mau. Maksudnya, siapa sih yang tidak suka hanya berdiam diri di kamar?

Rumah Rosé dihuni oleh kedua orang tuanya, Alice (kakak sulung Rosé), dirinya sendiri, dan Hank (anjing kesayangan gadis itu). Saat ini Alice sedang ada trip pekerjaan di luar kota dan kedua orang tua Rosé sudah sedari kemarin pergi berkunjung ke kampung.

Di sela-sela ayunan kuasnya pada kanvas, indera pendengar Rosé dapat tangkap bunyi bel rumah yang berdering. Satu kali, dua kali, tiga kali.

Rosé menyerah, sejujurnya gadis itu selalu diam saja jika ada bel berbunyi dan dirinya sendirian di rumah. Ia tidak terlalu suka berhadapan dengan tamu, apalagi jika tamu itu bukan orang yang ia kenal, pasti canggung nantinya.

Masih mengenakan apron lukis dan rambut yang diikat sembarangan, Rosé turun menuju lantai bawah untuk menyambut tamu yang datang.

Kala gadis itu buka pintu, dirinya hampir melompat ke belakang saat lihat siapa yang ada di balik pintu itu. Yang ditatap hanya tertawa kecil lalu melepas helm full face yang ia kenakan, "Kaget banget kayaknya."

"Kaget lah! Kenapa nggak ngabarin kalau mau mampir?" mata Rosé meneliti tubuh pria itu dari atas ke bawah, semuanya basah kuyup. Nampaknya ia lupa membawa jas hujan saat di perjalanan, "Masuk dulu aja, ujannya masih deres banget."

Rosé membuka pintu lebar-lebar mengizinkan Jaehyun masuk, pria itu seperti enggan melangkahkan kakinya lebih jauh karena yakin hanya akan membuat becek lantai saja. Tubuhnya kuyup dari atas ke bawah sebab tak kenakan jas hujan.

Sadar akan gerak-gerik Jaehyun yang nampak ragu, Rosé menghela napas panjang sebelum akhirnya tarik tangan pria itu untuk masuk ke dalam rumah dan menutup pintu utama.

Jaehyun termenung diam tatap Rosé, lalu matanya meneliti sekitar, hening sekali di sini.

"Tunggu sini dulu, gue ambilin handuk bentar," usai berkata seperti itu, Rosé tergopoh-gopoh lari menuju ruang tidur tamu di lantai 1 untuk mencari handuk kering.

Dibilang seperti itu, Jaehyun benar-benar berdiri kaku seperti patung di tempat. Pria itu menunduk, lihat tetes demi tetes air membasahi lantai keramik.

Tak sampai 5 menit, Rosé sudah kembali dengan handuk kering, celana training, dan kaos polos dengan logo fakultas seni murni. Gadis itu sodorkan barang-barang tadi ke hadapan Jaehyun, "Ini ada celana training punya Papa, sama kaos fakultas all size bawaan fakultas gue. Ganti baju dulu aja di kamar mandi bawah."

Jaehyun mengangguk kaku, ternyata Rosé juga miliki sisi khas Ibu-Ibu Asia yang selalu gerak cepat menghadapi kejadian seperti ini. Jaehyun berjalan sesuai dengan arah tunjukan jari Rosé, menuju kamar mandi lantai 1.

Sementara Jaehyun berganti pakaian, gadis itu mulai ambil lap pengering untuk keringkan bekas air dari tubuh Jaehyun yang basah kuyup tadi. Dengan telaten, gadis itu mengeringkan senti demi senti lantai keramik.

13 Problems That Roséanne Did ft. JAEROSÉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang