21

313 44 0
                                    

Felix menatap bahu minho yang terus meneteskan darah, dia masih merasa takut, "Hyung... kamu ... kamu baik-baik saja? Apa itu dalam? Apa sakit sekali?"

"Tidak sakit, berikan syalmu."

Felix melepaskan syal nya dan menyerahkan ke minho dengan sedikit gemetar. Minho yang melihat menggodannya, "Ternyata aku harus seperti ini baru bisa membuatmu cemas."

"Omong kosong. Ayahmu adalah bos ku. Menurutmu apa yang akan aku dapatkan jika tidak menjagamu? Dia akan menyalahkanku."

Minho mengerutkan alisnya, "Kamu hanya peduli tentang ini? Samasekali tidak khawatir tentangku?"

Felix menjawab, "Melihat fisikmu, kamu pasti akan baik-baik saja. Untuk apa syal ini??"

Minho tidak menjawab, dia mengambil syal dari tangan felix dan melilitkannya di sekitar arteri lengannya untuk membuat simpul. Dia menggigit salah satu ujungnya dengan mulut dan menarik ujung lainnya dengan tangan yqng satunya untuk mengencangkannya.

Felix melihat keringat yang keluar dari dahinya dan menduga bahwa luka minho mungkin cukup dalam. Dia menyentuh wajah minho, "Apa itu sangat sakit? Jangan berbohong."

"Kalau aku bilang sakit, terus kenapa?" Minho mengerutkan bibirnya, "Lagipula kamu tidak khawatir."

Felix benar-benar tidak bisa mengatakan 'Aku khawatir' , kata-kata seperti ini sama sekali bukan dirinya. Dia menghela napas, "Terimakasih sudah menolongku."

Jika minho tidak mendorongnya, orang yang akan terluka adalah dirinya.

Minho menyipitkan matanya, "Kamu tersentuh?"

Felix tersenyum, "Sedikit."

Minho mencondongkan tubuh ke dekat telinganya, "Maka berikan aku kompensasi dengan tubuhmu."

Polisi yang duduk di depan akhirnya tidak tahan lagi dan terbatuk, "Kalian berdua, apa tidak melihat keberadaan kami disini?"

Felix tersenyum malu, "Berapa lama kita sampai di rumah sakit?"

"Kita akan sampai dalam waktu sekitar lima menit."

Minho menghela napas panjang, bersandar pada felix dan berbisik, "Sebenarnya, ini sangat menyakitkan."

Felix menyisir rambutnya dengan lembut, "Bertahan sebentar, oke?"

Minho mencondongkan wajahnya kedepan bibir felix, "Beri aku ciuman."

Polis itu menghela napas, "sepertinya aku benar-benar tidak terlihat."

Felix sedikit ragu-ragu, lalu menciumnya dengan lembut.

"Bagaimana itu bisa disebut ciuman?" Minho tidak puas. Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya felix menciumnya lebih dulu.

Felix mencengkeram dagu minho dan menciumnya lagi
Kali ini dia mencium lebih dalam.

Kedua petugas polisi yang duduk di depan mengintip dari kaca spion.

Minho menjadi sangat bersemangat dan mengisap bibir bawah felix, lidahnya menyelinap kedalam mulutnya.

Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, keduanya jatuh ke satu sisi.

Polisi yang mengemudi keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk mereka, "Keluar... keluar.... kita sudah sampai..."

Felix meminta maaf dan tersenyum padanya.

Minho masuk kerumah sakit sendirian. Sedangkan perawat membawa para gangster yang dipukuli minho.

Setelah minho melepas bajunya, felix menyadari bahwa luka di bahunya tidak dangkal. Meski tidak mengenai tulang, tapi tulang putihnya sudah terlihat dari daging yang terbuka.

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang