30

356 52 15
                                    

Keesokan harinya minho baru kembali pada sore hari.

Saat felix akan pergi ke sebuah pertemuan, dia melihat minho sedang melamun, duduk di mejanya.

Dia bahkan tidak tahu kapan minho datang.

Mendengar suara pintu dibuka, minho menoleh kearahnya. Lingkaran hitam di matanya dan wajahnya yang terlihat lelah. Dia terlihat sangat buruk.

Felix memandangnya dan berkata dengan tenang, "Aku sudah menerima semua laporan dari manajer taejon."

Minho menatapnya dengan dingin, "Aku tidak membuat masalah untuk changbin, puas?"

Felix mengangguk, "Laporkan biaya perjalanan secepat mungkin." Dia berbalik dan pergi ke ruang pertemuan.

Minho bersandar di atas meja, melihat punggung felix sampai dia berbelok di sudut dan menghilang.

Setelah bekerja, felix membereskan semua dokumen dan berencana pulang.

Minho pergi kedepannya dan mengetuk meja, "Ayahku memintamu pergi kerumahku hari ini untuk mengambil mobil."

"Hari ini?" Lalu dia melihat ke luar jendela, "Sepertinya akan hujan, ayo pergi di lain hari, oke?"

Minho menjawab dengan tidak sabar, "Hari ini ya berarti hari ini, kenapa sangat merepotkan sih."

Felix menjawab tanpa daya, "Ayo pergi."

Keduanya pergi ketempat parkir. Minho membuka pintu mobil, berniat untuk masuk ke kursi pengemudi.

Tapi Felix menghentikannya, "Biar aku yang menyetir."

Minho menjawab dengan sinis, " Bagaimana aku bisa membiarkan seorang direktur menyetir untukku?"

Felix mengerutkan alisnya, "Lukamu belum sembuh dan kemarin terbuka lagi. Aku melakukannya demi keselamatan kita. Aku yang akan menyetir."

Felix ingin mendorong minho kesamping tapi minho meraih pintu mobil dan menolak untuk melepaskannya. Setelah saling tarik menarik, minho menjadi marah. Dia langsung meraih kerah felix dan mendorongnya kemobil.

Minho menggertakkan giginya, "Jangan pernah ikut campur dengan urusan pribadiku. Kamu pikir siapa dirimu?"

Melihat penampilan minho yang menakutkan, felix mencoba untuk setenang mungkin. Dia berkata, "Siapa yang peduli, ah? Aku hanya khawatir dengan keselamatanku sendiri."

"Semasih aku hidup, kamu tidak akan mati." Minho membuka pintu belakang mobil dan mendorong felix masuk dengan kasar, lalu dia sendiri naik ke kursi pengemudi.

Dengan perasaan marah, mau tidak mau minho mengemudi sedikit ugal-ugalan. Felix diam-diam mengikat sabuk pengaman. Sangat beruntung di jam-jam seperti ini sedang macet, jadi kecepatan mobil lebih lambat.

Lee jongsuk menyiapkan mobil dan meletakannya di garasi.

Felix tersenyum dengan mata yang berbinar, "Ketua Lee, saya benar-benar tidak tahu bagaimana harus berterima kasih."

Lee jongsuk tertawa, "Anggap ini sebagai bonus akhir tahunmu."

Lee jongsuk memberinya mobil ini tentu saja untuk mengganti kerugian karena minho yang merusak rumahnya. Dan juga untuk penghargaan dan kompensasi kepada felix karena telah membimbing minho dalam jangka waktu yang lama. Lee jongsuk sudah mengenal anaknya. Dia jelas tahu bahwa felix tidak hidup dengan tenang selama bersama minho. Dia sengaja membelikan mobil mewah untuk membujuk felix agar dia bersedia terus menjadi mentor minho.

Jika dia bisa memilih, dia lebih baik tidak menerima hadiah ini daripada bersama minho.

Lee Ji-eun meminta mereka untuk makan malam.

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang