21 - Khawatir

2.5K 156 0
                                        

HAPPY READING ❤

•••••

Nara dan Lily sedang berada di taman belakang kampus. Mereka baru saja selesai presentasi dan kini butuh udara segar. Presentasi nya sangat menguras tenaga, karena mereka mendapat pertanyaan yang lumayan sulit dari para audiens.

Terutama Nara.

Karena Nara dianggap saingan oleh yang lain, jadi mereka memberikan pertanyaan yang sulit. Untungnya Nara bisa menjawab dengan tenang. Walaupun sejujurnya, hati Nara terasa dag dig dug takut salah menjawab yang berujung menjatuhkan.

"Diana kemana ya, Ly? Tumben dia gak ke kampus." Tanya Nara.

"Mana gue tau. Lo pikir gue emaknya?"

Nara mendengus karena mendapat respon seperti itu dari Lily. Dia sedang belajar basa-basi, apa Lily tidak bisa mendukungnya?

"2 bulan jadi istri A' Zaky, bagaimana rasanya?"

"Ya... Gitu. Kenapa? Lo berminat juga?"

"Astagfirullah! Itu abang gue, bego!"

"Lo indigo juga gak, Ly?" Tanya Nara mengalihkan pembicaraan yang sebenarnya ingin ia tanyakan dari dulu.

"Alhamdulillah, engga. Capek banget kalau misalkan gue jadi indigo. Ngeliat lo tiap hari aja udah bikin gue istighfar mulu, apalagi ngeliat setan."

"Masya Allah, berarti gue anak baik. Soalnya selalu mengajak lo untuk istighfar setiap saat."

Lily berdecak. Tapi ia juga menyetujui hal tersebut. Gapapa lah, diambil hikmahnya aja.

"Orang tua lo ada yang indigo?"

Lily menggeleng. "Kalau papa gak bisa liat, tapi dia peka."

"Turun dari siapa?

"Almarhum kakek."

Nara mengangguk, paham. Pertanyaan-pertanyaan yang dari dulu ingin ia tanyakan mulai mendapat jawaban.

"Gue mau ke rumah Diana. Lo mau ikut gak?" Tanya Nara.

"Ngapain?" Bingung Lily.

"Gak tau, pengen aja."

"Yang udah temenan lama mah beda ya. Temennya gak ada sehari aja langsung dicariin."

"Ck hayu ih!"

Nara menarik paksa tangan Lily. Mau tak mau Lily pun menuruti Nara. Daripada dia kenal omel Zaky dan Anisa karena tidak mau menurut pada kakak ipar.

Mereka pun pergi ke rumah Diana dengan memakai motor Lily. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke rumah Diana. Karena rumahnya lumayan dekat dengan kampus dan juga jalannya tidak macet.

Saat sampai disana, Nara dan Lily tidak melihat siapapun. Bahkan pintu dan pagar rumah tersebut di gembok.

Nara pun turun dari motor, lalu mencoba bertanya pada tetangga yang sedang nongkrong di warung. Sedangkan Lily memilih untuk menunggu di depan rumah Diana.

"Assalamu'alaikum, pak. Maaf mau tanya. Yang punya rumah ini pada kemana ya? Kok sepi banget." Tanya Nara menunjuk rumah Diana.

"Waalaikumsalam. Mereka semua pada pergi ke rumah sakit, neng."

"Rumah sakit?"

"Iya. Kalau gak salah denger, bapaknya neng Diana kena bacok anak-anak yang tawuran. Tapi gak tau bener gak tau engga soalnya saya tahu itu dari warga."

•••••

"A' Zaky!"

Sesampainya di rumah, Zaky langsung mendapat sambutan berupa pelukan hangat dari sang istri. Tentu saja Zaky senang bukan kepalang. Tumben sekali Nara bersikap romantis seperti ini.

Zaky mencium kepala Nara. "Kenapa hm?"

"Gapapa."

"Saya bukan cenayang, tapi saya tau ada yang lagi kamu pikirin."

Zaky membawa Nara untuk duduk di sofa, kemudian menarik kepala wanita itu agar bersandar ke dadanya.

"Ayahnya Diana coba pisahin anak-anak yang tawuran, tapi dia malah kena bacok. Sekarang dia kritis di rumah sakit." Ucap Nara mengingat betapa parahnya luka di kepala ayah Diana. Karena tadi, Nara dan Lily langsung bergegas pergi ke rumah sakit untuk menemani Diana.

"Innalillahi wainaillaihi raji'un. Lalu?"

"Nara tiba-tiba kepikiran A' Zaky. Soalnya kan A' Zaky kadang pulangnya malem. Sekarang lagi marak yang kaya gitu. Kalau gak gengster yang bikin ulah ya anak-anak sekolah yang tawuran."

"Jadi intinya kamu khawatir sama saya?"

Zaky mengulum senyumnya saat melihat Nara mengangguk.

"Ciee khawatir." Goda Zaky yang membuat Nara kesal dan spontan memukul dada pria itu.

"Serius juga!"

"Tenang, Ra. Saya sudah punya 7 kekuatan BoBoiBoy. Elemen Petir, Angin, Tanah, Api, Air, Daun dan Cahaya. Semuanya sudah saya kuasai."

"Bercanda mulu."

"Marah-marah mulu."

Nara mengerucutkan bibir. Ia memilih diam untuk meredakan emosinya. Zaky itu sangat random. Butuh kesabaran yang extra untuk menghadapi pria itu.

Melihat Nara diam membuat Zaky dengan iseng mencuri kecupan di bibir sang istri. Hal itu membuat tubuh Nara membeku sesaat.

"Saya lagi males overthinking, pengennya overlovingyou aja boleh gak?"

"Dih gembel!"

Zaky terkekeh. "Dih bocah kaya ngerti aja."

Nara mendelik.

Saat ia akan berdiri, Zaky tiba-tiba menarik tangannya hingga membuat Nara jatuh di pangkuan pria itu. Zaky langsung mengunci pergerakan Nara dengan melingkarkan tangannya ke pinggang perempuan itu.

Sedangkan Nara sibuk mengatur detak jantungnya yang saat ini sedang berdebar. Ditambah lagi dengan tatapan lembut Zaky yang membuat siapa saja akan terpesona melihatnya. Maka dari itu, Nara pun memilih untuk mengalihkan tatapan ke arah lain agar tidak menatap mata Zaky.

Tidak peduli sekarang Nara sedang tidak ingin menatapnya. Zaky memilih untuk menyenderkan kepalanya di bahu Nara.

"Kalau boleh jujur, saya jadi khawatir kamu yang kenapa-napa, Ra."

•••••

TO BE CONTINUE...

Unexpected Destiny of Love [TAMAT]Where stories live. Discover now