HAPPY READING❤
•••••
"A' Zaky maaf-"
"Hey adik ipar, ngapain diem disitu? Sini!"
Mulut Zaky menganga. Apa katanya tadi? Adik ipar?
Nara tertawa melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Zaky. Ia berjalan mendekati Zaky kemudian merangkul lengan pria itu. "Bukannya kakak kamu cuma satu? Dia ini siapa?" Zaky terus meneror Nara dengan berbagai pertanyaan. Walaupun tubuh Zaky mengikuti perintah Nara yang menariknya menuju sofa.
"Duduk dulu, Om."
"Om? Dia ini sebenernya om kamu atau kakak kamu?"
"Calm, bro. Kamu bikin adik saya tertekan."
Zaky melirik Nara. Ternyata benar apa yang dikatakan Adit. Nara terlihat kebingungan dan gelisah disaat yang bersamaan. Melihat hal itu, Zaky dilanda rasa khawatir. Ia mengusap punggung tangan Nara dengan lembut sebagai permintaan maaf.
"Dia ini om Adit, lebih tepatnya adik almarhum Ayah Nara."
"Tapi kenapa dia sebut kamu adiknya?"
"Umur kita gak terlalu jauh. Dia juga gak mau manggil Nara ponakan karena takut dikira tua. Padahal emang bener udah tua. Cuma statusnya aja yang bikin dia keliatan muda."
"Dih! Yang udah nikah mah sombong." Potong Adit dengan wajah menyebalkannya.
Nara mendengus. "Dia emang gitu. Tengil, petakilan, nyebelin terus slengean lagi."
"Durhaka kamu, Ra. Tadi bilangnya kangen tapi sekarang malah ngerosting. Mentang-mentang udah ada backingan."
Zaky terkekeh untuk menutupi rasa canggungnya. Jujur saja, saat ini dia merasa sangat malu. Tadi dia seolah-olah merasa paling tersakiti, menangis dan kecewa. Padahal kenyataannya hal itu hanya sekedar salah paham belaka.
Untungnya Zaky tidak sampai mengobrak-abrik dunia dikarenakan kesalahpahaman tersebut.
"Maaf, om-"
"Panggil abang aja." Sela Adit memotong ucapan Zaky. Sangat tidak epik jika ia harus dipanggil om oleh orang yang 2 tahun lebih muda darinya.
"Iya bang."
Adit mengusap tengkuknya. "Saya minta maaf karena ucapan tadi subuh. Saya cuma iseng kok, gak ada niat lain."
"Santai."
"Gak bisa santai. Saya ngerasa bersalah banget ngeliat muka kamu sembab gitu, pasti abis nangis ya hahahahaha..."
Wajah Zaky seketika langsung merah padam. Ia menatap Nara, memohon untuk menghentikan tawa penuh ejekan dari Adit.
"Om Adit kapan pulang?" Tanya Nara mewakili Zaky.
Tawa Adit berhenti. "Baru aja datang masa udah disuruh pulang, Ra."
"Maksud Nara, om Adit sejak kapan pulang ke Purwakarta?" Tanya Nara memperjelas. Padahal aslinya mah memang ingin mengusir Adit secara halus. Tapi kalau dilihat-lihat kasihan juga. Lagi capek, masa diusir.
"Semalem bareng sama temen. Karena kecapekan, jadi nginep dulu di rumahnya. Gak jauh kok dari sini. Cuma jarak 5 rumah. Tadinya mau langsung pulang ke rumah tapi Sindy nyuruh mampir dulu ke rumah kalian."
"Saya kira bang Adit tetangga baru. Soalnya tadi bapak-bapak di masjid bilang gitu." Ucap Zaky.
Adit terkekeh. "Mereka bilang kaya gitu karena ada maksud tertentu. Ujung-ujungnya mereka bilang mau ngenalin anak perempuan mereka ke saya. Dasar! Mentang-mentang saya ganteng, mereka pengen jadiin saya menantu."
"Najis."
Celetukan Nara membuat Zaky langsung menatapnya tajam. Walaupun ucapan Nara mewakili isi hati Zaky juga, tapi tetap saja Zaky tidak suka.
"Ra." Tegas Zaky, memperingati.
Nara tersenyum kikuk.
"Dih sok imut."
"Pulang sana!"
"Tadi katanya kangen. Sini peluk dulu."
Adit bangkit kemudian merentangkan tangannya. Bersiap untuk memeluk Nara. Tapi Nara buru-buru menghindar dengan melayangkan bantal sofa ke wajah Adit.
Adit menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Sini kamu!"
"AAAAA TOLONG!"
Nara menghindar dari Adit. Tanpa sadar, perempuan itu naik ke pangkuan Zaky lalu mengalungkan tangannya ke leher Zaky. Nara menyembunyikan wajahnya di leher Zaky sambil terus mengucapkan sumpah serapah pada Adit.
Bukannya apa-apa. Adit tuh kalau menggelitik orang, sangat tidak manusiawi. Bahkan waktu itu Nara pernah digelitik sampai menangis. Jadi tidak ada cara lagi selain bersembunyi pada Zaky.
Adit menendang bantal sofa yang ada di kakinya karena kesal menyaksikan pemandangan uwu dihadapannya. Ditambah lagi saat Zaky membalas pelukan Nara dan bahkan sambil mengelus kepala perempuan itu juga.
Tidak sadarkah mereka?
Adit itu jomblo!
Jomblo!
"Tolong hargai status saya, bisa?"
"Gak!"
Cup
Nara mengecup bibir Zaky tepat di depan Adit. "Yah gak bisa kayak gini ya?" Tanya Nara dengan enteng. Tanpa menyadari tubuh Zaky yang seketika mematung karena ulahnya.
•••••
Suasana menjadi canggung setelah kejadian tadi. Niat Nara ingin membuat Adit iri memang berhasil, tapi ujung-ujungnya malah membuat suasana antara dirinya dan Zaky jadi awkward juga. Sungguh! Nara tuh tadi mau cium dagu, tapi Zaky tiba-tiba menunduk jadinya malah kena ke bibir.
Adit sudah pulang. Tapi dari sejak Zaky dan Nara menghabiskan bubur hingga sekarang sedang bersiap untuk melakukan aktivitasnya masing-masing juga masih belum ada yang membuka suara. Baik itu Nara ataupun Zaky.
Nara sedang memasukkan buku ke tasnya. Ia melirik Zaky yang kini sedang merapikan rambut di depan cermin lemari. Ingin sekali Nara mendekat pada Zaky lalu meminta maaf atas perbuatannya pada pria itu. Tapi disisi lain ia merasa gengsi untuk mengakuinya.
Nara menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dia tidak akan tahan jika didiamkan terus seperti ini. Akhirnya Nara memberanikan diri untuk berjalan mendekati Zaky."Aa'." Zaky menatap wajah Nara lewat pantulan cermin.
"Kenapa, Ra?" Tanya Zaky biasa saja seolah beberapa saat lalu tidak terjadi apapun diantara mereka. Hal itu membuat Nara lega, tapi hanya sebentar.
"Mau cium lagi?"
"HEH!"
Mata Nara melotot saat mendengar pertanyaan Zaky. Sebenarnya sudah tidak heran lagi jika Zaky seperti itu. Dirinya saja yang bodoh karena menganggap Zaky melupakan kejadian tadi. Zaky bisa bersikap tenang, tapi bukan berarti dia melupakannya.
Zaky berbalik kemudian menarik pinggang Nara agar mendekat padanya. "Pengen lagi." Ucap Zaky dengan alis menukik seperti seorang bocah sedang merengek meminta permen.
Nara cengo. "Hah?"
Zaky menangkup kedua pipi Nara sambil memiringkan kepalanya. Dalam hitungan detik, bibir Zaky menempel dengan bibir Nara. Hanya sekedar menempel tapi membuat Zaky tersenyum disela ciuman mereka.
•••••
TO BE CONTINUE...

YOU ARE READING
Unexpected Destiny of Love [TAMAT]
RomanceMelihat tanpa menyapa, memandang tanpa berkata dan mencintai tanpa berkomunikasi. Itu yang Nara rasakan selama 3 tahun mengagumi Zaky. Seseorang yang tidak mengenalnya, bahkan mengetahui keberadaannya pun tidak. Bisakah rasa yang hadir di hatinya d...