TRANSMIGRASI ZAHRA - 4

16 5 0
                                    

Zahra berdiri didepan cermin, ia tersenyum lebar. Sekarang Zahra sudah mengenakan seragam sekolah. Seragam sekolah yang pas ditubuhnya, tidak longgar namun tidak terlalu ketat juga.

Zahra menyandang tas hitam yang selama ini ia gunakan sebagai tempat membawa buku.

Zahra berjalan menyusuri trotoar sambil menunggu taxi yang melintas. Telinganya ia sumpal dengan headset berwarna putih.

Sebuah taksi melintas disampingnya, ia dengan cepat menaiki taksi tersebut.

Tak lama kemudian mobil yang mengantar Zahra berhenti didepan gerbang sekolah yang menjulang tinggi. Hari ini dia lebih memilih diantar oleh supirnya karena sedang merasa malas mengemudi. la turun dan berdiri tepat didepan gerbang. Melihat keadaan sekitar yang kini mulai ramai. Ada yang turun dari mobil pribadi karena diantar supir, ada yang membawa mobil sendiri dan ada pula yang membawa kendaraan roda dua. Tak sedikit pula yang berjalan kaki karena jarak dari sekolah dan rumah mereka yang cukup dekat.

Zahra sama sekali tidak memperdulikan itu, matanya. melihat kearah gedung sekolah yang terbilang bagus.

Zahra berlari menyusuri koridor yang nampak ramai, menuju kelasnya.

"Pagi guys"

Zahra mendekati gerombolan lima orang yang sedang tertawa, yang tak lain adalah Zafa's dan sang kekasihnya, Alan.

"Eh Zah, apa kabar? Kok muka lo dilipet gitu sih?" Kening Anya mengerut heran.

"Gue harus gimana dengan pilihan yang dikasih sama Bokap. Waktunya gak banyak. Dia cuma kasih gue waktu sebulan buat nentuin pilihan" rengek Zahra.

"Kita mau bantu, tapi kalo udah berurusan sama Bokap Lo, susah" ketus Anya.

"Maksudnya?"

"Selama ini kita tau kan kalo Ayah Lo seorang Kyai cuma dasar anaknya aja yang agak geser dikit" terang Anya.

"Udahlah jangan sedih gitu mending kita cari si cupu" ajak Shireen.

"Jangan sedih lah beib. Mending kita gunain waktu sebulan ini buat seneng-seneng" Alan merangkul pundak Zahra.

"Maksudnya? Kamu berharap aku bakal benar-benar pilih pindah ke pesantren dalam waktu sebulan lagi?" Zahra tidak terima dengan ucapan Alan.

"Bukan gitu sayang___"

"Aggghhh sudahlah" Zahra menghempas tangan Alan, meninggalkan gerombolan dengan Alan yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Lo sih pergi kan dia" Ketus Fariza menepuk punggung Alan.

Alan mengacak-acak rambut bingung. Alana pergi menyusul Zahra yang terlihat tak baik-baik saja.

Zahra berlari kencang menuju toilet dengan sesekali menengok kebelakang. Sampai-sampai ia tidak menyadari ada orang lain yang tengah berjalan dari arah berlawanan.

Brughh

"Lo punya mata gak sih?"

Zahra yang masih sibuk dengan keadaan bokongnya menoleh kearah seorang cowok yang kondisinya tak jauh berbeda dengan dirinya. Tapi cowok itu masih mending dibanding Zahra yang jatuh dengan tidak aesthetic.

Transmigrasi ZahraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora