Buaya

15 7 2
                                    

"Hai, lagi apa?"

"Lagi memikirkan cara untuk menghadapi kamu kalau bertanya 'Hai, lagi apa?' untuk kesekian kalinya."

"Lho, memangnya kenapa?"

"Gak pa-pa, hanya saja aku pusing."

"Pusing? Minum obat gih."

"Gak gitu, aku cuman pusing melihat kamu."

"Tapi aku tidak pernah pusing melihat kamu, kok."

"Dih, mau muntah."

"Muntahin aja, nanti aku lap sisa muntahannya pakai sapu tangan."

"Makhluk sejenis buaya seperti kamu bawa saputangan? Hah, sedang meniru Alyasa rupanya?"

"Yoi, cowok ter-gentle di buku kesukaanmu, aku ingat selalu."

"Dih, hal sekecil itu untuk apa diingat?"

"Untuk membuat kamu tahu, kalau aku benar-benar memperhatikan kamu."

"Dih, dasar buaya."

"Aku bukan buaya, Love."

"Namaku Lovita, bukan Love!"

"I love you."

"Genit! Dasar buaya!"

"But you like it. Lihat, wajahmu memerah."

"Ini merah-merah wajahnya orang marah!"

"Hehe, lucu banget."

"Gak ada yang lucu, ya!"

"Kamu, lucu gemes imut!"

"Diam, dasar kamu buaya!!"

"Namaku Buana, bukan Buaya."

"Tapi kelakuanmu seperti buaya!"

"Terserah, cewek selalu benar."

"Dan cowok selalu salah, haha!"

Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang