With my poisonous Love, Dear Beyzade (1)

19 5 6
                                    

Dear, Letnan Beyzade

Apa kabarmu?

Mengapa tak membalas surat saya?

Anda sudah berjanji, tepatilah.

Lowel menghela napas panjang. Wanita berambut pirang dengan sanggul tinggi itu termenung. Kepalanya merenungkan tentang apa yang harus dia tulis lagi dalam suratnya.

Sudah dua bulan berlalu, biasanya suratnya akan terus-menerus terbalaskan. Belakangan Lowel tidak menerima surat balasan apapun. Satu kata pun tak terdengar tentangnya. Padahal, rutin setiap hari, dia selalu mengecek jika ada surat yang tiba.

"Masih menunggunya, Nona Lowel?"

Itu Rosanne Julia, seorang penyanyi opera yang cukup terkenal. Suara emasnya tak kalah menariknya dengan penampilan yang ceria dan anggun. Berbanding terbalik dengan pemeran utama wanita kita, Lowel Lauriel Aegeanis, adik dari Marquess Aegeanes, yang murung dan beraura suram.

Meski memiliki perpaduan warna rambut pirang dengan kulit pucat yang indah, wajahnya itu selalu diam dan tak bercahaya. Banyak pria yang menginginkannya, akan tetapi sejauh ini dia hanya menginginkan satu orang. 

Ghazi Okan Bezyade, seorang letnan satu resimen kavaleri Sipahi. Dia adalah anggota tentara elit kekaisaran Ottoman. Berhasil meraih posisi tersebut di usianya yang masih 22 tahun membuat banyak wanita juga menginginkannya.

Okan juga merupakan perwira muda tentara kekaisaran utsmaniyah. Atas jasa luar biasa dan keberaniannya di Perang Crimea, Okan ditugaskan oleh Sultan Abdul Hamid II untuk mengemban misi diplomatik, mempelajari kultur dan budaya dari negara lain. Terutama bangsa eropa yang menjadi sekutu dekat kekaisaran.

Hal tersebut mempertemukan Okan dan Lowel, dalam sebuah acara perjodohan yang dilakukan Paduka Raja Kerajaan Pandora. Sikapnya yang lemah lembut nan tegas juga altruistik berhasil menjadi penawar hati Lowel yang beracun dan tak tersentuh.

***

Dua bulan sebelumnya....

"Saya tak ingin menghadirinya, Yang Mulia Marquess Aegeanes."

Silas menatap lurus ke arah manik kelabu milik Lowel. Safir birunya tertegun begitu menemukan Lowel menghunusnya.

"Sudah terlambat, semua wanita dan pria lajang di Pandora diwajibkan menghadiri atau akan diasingkan dan kehilangan kewarganegaraan dari Kerajaan." Silas membalas Lowel sambil menunjukkan kartu undangan yang telah disahkan dengan stempel kerajaan.

Sialan, Lowel berdecih pelan.

"Kalau begitu, saya juga akan kehilangan kewenangan atas pabrik teh dan obat-obatan kita?" Lowel mendelik begitu menangkap Silas yang mengangguk.

Silas Gideon Aegeanes, yang merupakan Marquess Aegeanes itu selalu bertindak seenaknya sendiri jika sudah menyangkut tentang kehidupan Lowel. Padahal sebelumnya dia hanya akan mengabaikan Lowel dan sibuk dengan diri sendiri. Namun semenjak mengemban jabatan--yang didapatkannya dadakan setelah paman yang menggantikan ayahnya terbukti korupsi, Silas sering ikut campur akan hidupnya Lowel. Dan itu cukup untuk membuat Lowel tambah membencinya.

"Mengapa anda selalu ikut campur akan hidup saya, Kakak? Oh, Marquess Aegeanes, menurutmu dengan begitu, anda berwenang untuk mengatur saya? Maka saya lebih baik kehilangan semua kekayaan dan diasingkan dari Pandora."

Lowel mengancam, Silas menghela napas.

"Saya hanya ingin kamu bahagia, adikku. Saya ingin kamu bergaul lagi seperti senantiasa, menyebarkan kebahagiaan dengan menyeduhkan teh herbal kesukaanmu. Saya tidak ingin kamu terus menerus meneliti racun yang membunuh ayahanda seperti ini. Kamu semakin kurus, Laurie." Silas menatap Lowel dengan tatapannya yang melemah. Lembut dan penuh perhatian, Lowel yang tak terbiasa lantas mengalihkan pandangan.

"Saya tidak memerlukan perhatianmu, Lord Silas. Saya akan hidup dengan tujuan menyelesaikan misteri kematian ayah. Saya tidak akan hidup dengan tenang sampai saya menemukan yang meracuni ayah. Meski dilarang pun saya akan mencari cara untuk terus melakukannya." Lowel beranjak dari kursinya setelah melemparkan secangkir teh ke lantai. Menimbulkan bunyi yang nyaring dan bergema di dalam ruangan kerja Silas.

"Lowel Laurent Aegeanes, dengarkan." Silas yang memanggil dengan nama lengkapnya, membuat gadis itu terdiam lalu melihat ke arah belakang.

"Bagaimana jika saya harus bilang, sosok yang membunuh ayah bisa jadi berada di pesta tersebut? Barusan juga terjadi pembunuhan dengan kedok serupa, minuman beracun, pada Duchy Saxe Coburg and Gotha. Bertemu nona Deborah Isabella mungkin akan menjadi langkah selanjutnya dari penelitianmu, hm?"

Lowel bergegas meninggalkan ruangan setelah selesai mendengarkan pernyataan Silas. Lelaki berusia 25 tahun itu tersenyum tipis sesaat menyadari kilat semangat yang sempat dia tangkap dari manik adiknya.

Semoga ini pilihan yang tepat, membiarkannya semakin mendekati tujuannya. Pada akhirnya dia tetap mengkhawatirkan satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa. Setelah ibunya meninggal karena penyakit jantung dan ayahnya yang teracuni sebulan yang lalu.

***

643

bersambung prat 2, mez ngantuk🙏


Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Where stories live. Discover now