From your little sassy missy

19 8 5
                                    

Teruntuk, Alyasa Angkasa.

Bodyguard sekaligus kakak yang berharga.

Dan ... cinta pertama yang sangat buta.

Lucu sekali, biasanya cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya. Namun dalam kasusku, itu adalah kamu yang menggantikan posisi ayah saat dia tidak mampu.

Aku masih ingat betul, betapa terpuruknya dia saat ibu meninggal dunia. Seharusnya aku memeluknya dan membagikan kehangatan. Kala itu, aku juga memerlukan hal tersebut, dan aku memperolehnya darimu.

Ini aneh, mengapa aku malah membahas ini terus menerus.

Omong-omong, dalam beberapa bulan kedepan kamu akan jadi paman, lho.

Iya, baru setahun menikah dan aku juga tidak percaya akan diberikan karunia secepat ini. Aku tak pernah membayangkan akan mengandung sama sekali, namun Diluvian berhasil meyakinkanku. Ternyata dia bukan suami yang buruk, hanya sedikit narsistik.

Sekarang kami tinggal di Perancis, kunjungi adikmu ini sesekali, jangan terlalu keasikan di Jepang!

Omong-omong, apa kabarmu? Boleh aku mendapatkan informasi sedikit, sebagai adik yang menuntut kabar kakaknya?

Ayah juga sudah menganggapmu seperti anak sendiri, maka aku harus menganggapmu kakak, bukan?

Tidak ada salahnya bahwa aku pernah mencintai kakakku sendiri, bukan?

Meski ... tak berakhir baik, kita tetap bisa menjadi kakak adik.

Bukankah begitu....?

Jangan lupa kirimkan undangan jika kamu akan menikah!

P.s : Luna yang memberikanku alamatmu di jepang sana, jangan memarahinya karena aku yang memaksa!

Tertanda, your little sassy missy

Marian Elizabeth

***

"Diluvian, boleh aku kirimkan, aku mengidam ini."

Tentu, mengirimkan surat pada cinta pertamaku perlu izin suamiku.

"Isi suratnya ... terserah kamu deh!" Diluvian kemudian menyerbuku dengan sebuah pelukan erat.

Dia cemberut, manisnya.

"Meski dia cinta pertamamu, aku yang akan menjadi cinta selamanya untukmu, oke?"

Aku terkekeh pelan, membalas pelukan sambil mengelus rambutnya.

"Tidak usah cemburu, kan aku sudah ada kamu." Aku tersenyum. "Lagipula, aku hanya ingin anakku mengenal pamannya."

"Baiklah, kirim saja surat bodoh itu."

"Heh!"

Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Where stories live. Discover now