Telaga Anjir

8 3 2
                                    

Hilir selalu merasa aneh, jika itu tentang lautan.

Setelah pernah tenggelam saat berenang sewaktu masih kecil di sungai, dia sering ketakutan akan kedalaman.

Bahkan Hilir menganggap bahwa mandi di dalam bak bisa saja menenggelamkan dirinya.

Hingga saat KKN di sebuah desa terpencil, Hilir diharuskan ikut mandi di telaga karena mayoritas masyarakat tidak memiliki kamar mandi pribadi.

Meski mandi beramai-ramai dengan yang lain, kejadian aneh terus saja terjadi di dalam kepalanya. Seperti ... Hilir tak bisa berhenti berprasangka buruk tentang apa yang ada di balik aliran air bening. Air sungai sangat jernih, bahkan hampir berwarna biru.

Telaga Anjir namanya, kata Pak RT, dinamakan demikian karena dipercaya memiliki 2 muara. Satu dari air sungai yang berhenti ke desa, dan satunya muara yang diyakini berasal dari dunia sebelah.

Hilir tak menghiraukannya, mengingat masyarakat desa terutama di pelosok banyak yang masih memiliki kepercayaan dan peka pada hal yang mistis. Namun, dengan teman-temannya yang juga sok percaya, mereka mulai berandai-andai.

"Jangan-jangan bidadari juga mandi disini, kah?" Galuh, seorang gadis yang asik berenang di sebelah Hilir tiba-tiba menyembulkan kepala setelah aksi menahan napas.

"Kayaknya bidadari pun ketagihan kalau mandi disini, airnya bening dan dinginnya pas di sore hari begini." Bella membalas ucapan Galuh sambil memercikkan air ke segala arah.

"Lir, kamu diam aja, lihatin apa? Jangan kebanyakan ngelamun."

Galuh yang menyentuh bahu Hilir menyadarkan sang gadis, yang sedari tadi asik menatap ke arah tengah sungai.

"Aku hanya sedang berpikir, kayaknya di tengah dalam sekali ya? Terlihat keruh warna birunya." Hilir kemudian mengangkat tubuhnya dan memasang sarung untuk menutupi basahan yang dikenakan.

"Loh, sudah cukup mandinya, Lir? Kita baru 5 menit kayaknya deh," celetuk Bella.

"Iya, Lir, udah selesai aja kamu." Galuh menambahi sambil menyisir rambut basahnya dengan sampo.

Hilir tersenyum tipis. "Sudah cukup, aku gak suka mandi lama-lama, apalagi kalau berendam."

Gadis itu berlalu dan berjalan ke arah rumah untuk segera berganti baju. Selama KKN, ketiga gadis itu tinggal di rumah anaknya Pak RT yang merupakan seorang ibu dengan 2 anak dan suami yang bekerja di luar kota. Hitung-hitung menemani putri dan cucunya kata Pak RT. Sedangkan siswa laki-laki lainnya tinggal di rumah kontrakan.

"Hilir tuh emang gak bisa berenang, kalian satu panti kan, Luh?" Bella bertanya sambil meraih sarung dan menutupi tubuhnya.

"Kayaknya bukan gak bisa, mungkin ada trauma saja sama air. Kudengar, waktu dulu dia hanyut dari laut dan makanya tinggal di panti asuhan. Dia sama orang tua terpisah gatahu kenapa, keranjang bayinya sampai ke sungai dan diasuh sama ibu panti kami."

Hilir sekali-kali melirik ke Telaga Anjir. Setiap melewati alirannya, ada perasaan aneh berdesir dalam hati.

Seperti, dirinya dan lokasi itu begitu dekat. Akrab dan familiar. Deja vu, rasanya.

Dia tidak ingin berlama-lama memandangnya, karena merasakan bahwa ada yang balik memerhatikan. Dari balik pepohonan lebat, seseorang seperti berdiri dan mengintip. Hilir pikir, itu hanya perasaannya saja.

Hingga sosok itu berada di hadapannya. Hilir kira dia hanya berhalusinasi. Terlalu terlarut dalam pikiran sendiri membawa tubuhnya berjalan ke arah hutan tersebut.

"Kamu ... pernah disini sebelumnya?" Pemuda itu bertanya. Suara lirihnya membuat telinga hilir berdengung geli. Tatapan sendu itu berwarna biru. Sama birunya dengan warna air di Telaga Anjir.

"Saya baru beberapa hari disini, KKN. Mas sendiri ngapain di hutan?" tanya Hilir berbasa-basi.

Pemuda dengan rambut yang panjang dan setengah basah itu menggeleng. "Hanya sedikit membasuh muka, rumah saya memang dekat hutan."

"Saya rasa, saya pernah bertemu kamu, disini." ujarnya lagi.

"Disini?" Sebelah alis Hilir terangkat. "Mustahil, saya baru pertama kali disini."

"Tentu, disini seperti terlalu jauh dari rumahmu. Maaf, mungkin saya hanya salah mengira." Pemuda itu membalikkan badan.

"Saya yakin, kita pernah bertemu, mungkin tidak disini." Dia berujar lagi sebelum benar-benar pergi.

"Tidak disini, huh?" Hilir terdiam di tempatnya, sebelum ikut pergi dan kembali ke keramaian tempat teman-temannya mandi.

"Kenal pria tadi?" Dia bertanya pada Galuh yang sedang mengeringkan rambut.

"Pria mana, kamu dari tadi ngobrol sendirian, kupikir sedang teleponan sama siapa." cerocos Bella yang membuat Hilir merinding.

Jadi, tadi sebenarnya siapa?

Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Where stories live. Discover now