Me x Alien

4 2 0
                                    

Hari itu, aku menjumpai sebuah tabung raksasa yang viral di media, berhenti di depan rumahku. Asap merembes keluar dari tabung besi tersebut, yang merusak halaman hijau penuh rumput kesayangan mama.
"Ya ampun, kalau mama pulang dari luar kota terus lihat ini rerumputan berubah menjadi Sahara, aku yang kiamat!" Aku berseru panik.

Dengan alis tertaut dan bibir merengut, aku berjalan menuju tabung tersebut. Tidak memedulikan lampu di atasnya yang berkelap-kelip kesana kemari, aku menguatkan genggaman tanganku sebelum ancang-ancang melesatkan sebuah tendangan dan pukulan.

Anggap saja aku bodoh karena memukuli besi, namun aku adalah pemegang sabuk tertinggi di karate, taekwondo juga silat!
Entah beberapa kali aku memukul tabung tersebut, sambil terus menggerutu pelan. "Sialan, ngapain pakai jatuh di halaman rumahku segala sih! Kamu pikir kamu siapa? Mau besi, perak, emas sekalipun, kalau rumput hijau Savana mami berubah jadi Sahara, aku takkan selamat kecuali kamu bisa mengembalikannya seperti semula!"

Puas memukuli tabung, aku menyeka keringat di dahi. "Sekarang bagaimana aku membereskannya?"

Aku memikirkan segala kemungkinan dengan berkacak pinggang. Jika ukuran tabung ini tingginya sama dengan tubuhku dan lebarnya sama dengan bahuku, apa aku kuat untuk menyingkirkannya?

Aku berusaha mendorongnya ke samping, agar bisa membuka akses pagar utama rumahku yang terbendung.

Duh, selain merusak halaman rumput hijau, tabung ini juga membuat tanaman Alamanda kesayangan mama rusak!

Omong-omong, namaku Alamanda. Yup, diambil dari nama bunga kesukaan mama. YANG SIALANNYA SEKARANG KENA GEPREK TABUNG ANEH INI!

Belakangan ini memang sedang ramai, tabung seukuran manusia yang mendadak jatuh di depan halaman. Namun aku tak pernah menghiraukan berita, sebab aku tak peduli dengan yang aneh-aneh begini.

Anehnya sekarang hal ini justru muncul di hadapanku!

Sial, sial, sial!

Dewi Fortuna, Alamanda harus bagaimana?!!!

Sekali lagi aku menendang bagian aneh yang ada di tengah-tengah tabung tersebut, berwarna merah muda dan menyala seperti lampu.

"Tetot!"

Suara nyaring memekikkan telingaku, sontak aku menutupinya dengan kedua tangan.

Kretek kretek!

Entah bagaimana bisa, aku ternganga melihat tabung besi itu mulai retak di berbagai area. Hah, mau terbuka gitu?!

Beberapa cerah cahaya yang mengeluar dari dalamnya membuatku sontak menutup mata dan perlahan mundur seiring angin kencang menerpa tubuhku.

Hei, aku mau berangkat sekolah malah dapat sial begini!

"Kyaa!"

Rok pendekku saja sudah terbang sehingga aku harus menurunkan tangan dari mata untuk menutupinya.

Begitu selesai, aku membuka mata dan merasakan bahwa anginnya sudah berhenti.

Kemana perginya puing-puing besi yang beterbangan tadinya?

Lho, kenapa di hadapanku ada seorang pria tampan berkulit biru?!

Eh, meski biru dia ganteng lho!

"Halo, saya Biru Pluto!"

Dia yang mengenakan baju baja khas orang hendak berperang itu kemudian bersimpuh sambil memegang tanganku. Mengecupnya membuatku bergidik ngeri. Bulu kudukku berdiri karena merinding, guys!

"K-kamu siapa, ganteng?"

"Tadi aku bilang, namaku Biru Pluto." Dia menjawab dengan senyuman yang menyilaukan.

"Maksudku kamu itu apa, kok kulitmu biru?!" 

"Aku seorang pangeran alien dari Pluto, hendak ke bumi mencari putri sejati untuk dinikahi. Sudikah kamu, Alamanda?"

Dia tiba-tiba memelukku, ya aku kagetlah!

Menghiraukan fakta bahwa dia seorang alien, anehnya jantungku berdetak kencang.

Mama, memangnya Alamanda jatuh cinta??

Sama alien pula?!

"Kamu tahu nama saya darimana?"

"Buku takdir mengarahkan saya padamu, Manda."

Tunggu, apaan sih?!

Byurr!

"Manda, bangun! Kesiangan Mulu!"

Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang