Panggilan Hidup

1 2 0
                                    

Prompt : Terjebak bersama MC Favorit.

***

Seperti biasa, rutinitas harian di waktu luang hanya dihabiskan Ria untuk menjelajahi media sosial. Padahal, setiap pagi ada alarm untuknya teringat akan cerita yang harus dia tuntaskan. Alasannya, terdistraksi dan sedang kurang fit. Kenyataan berkata bahwa dia hanya malas dan tidak fokus, bahkan dia juga menghabiskan hari-harinya tanpa kreatifitas. 

Layaknya, hidupnya sudah monoton dan kehilangan warna-warni yang dulu menghiasi otaknya. Mungkin dia hanya merusak diri perlahan-lahan, sebelum penyesalan datang.

"Hari ini, buka website, masuk ke link Sakha tapi gak dilanjut, huft."

Lagi-lagi mengeluh, padahal itu kan salahnya sendiri?

Dasar tidak tahu diri. 

Kemudian dengan wajah tanpa dosa, dia malah menghabiskan waktunya di media sosial. Entah itu mencari mangsa untuk dibuat nelangsa, ataupun bahan tertawaan. Dia banyak membaca komik dan novel cinta ringan, tapi dia tidak suka untuk membaca riset bukunya.

Dia sebut dirinya penulis? Ck ck ck.

Dia hanyalah user wattpad sampah, yang ceritanya bahkan tak pernah mendapat perhatian. Mungkin ini yang membuatnya malas, lantas ceritanya bukanlah cerita dengan pasar yang tersampaikan. Jadi, untuk seorang penulis, apalagi yang masih berproses, feedback dan dukungan dari orang asing pun akan lebih spesial dari apapun.

Mungkin Ria ... hanya terlalu berharap?

Untuk di wattpad indo, dia sih salah pasar kalau menulis kisah fantasi tanpa unsur penyihir.

Tapi—tetap saja itu salah!

Bagi Sakha itu salah! Gadis tidak tahu diri yang menyebut dirinya 'emak Sakha, istri Manca' itu sepenuhnya salah!

Hingga Sakha—dengan kekuatan Anagatayuh, meminta untuk merasuk dalam mimpi sang gadis.

Tunggu saja di waktu tidurmu, wahai Ria Amelia!

***

Ria terbangun di antah berantah, perasaan sebelumnya tertidur di kasur.

Dia menengok sekitar, mendapati pemandangan familiar. Seperti ... sesuatu yang hanya dia yang tahu tapi dia mendadak lupa, apa ya?

Seluruh arah dipenuhi langit berbintang, di kanan-kiri tubuhnya ada semak-semak menjulang. Dan di hadapannya hanya ada jalan lurus menuju tangga panjang menanjak.

"Berarti disuruh lurus, oke. Apa ini Lucid Dream? Tempatnya lumayan fantasi buat ukuran mimpiku, tapi kok kayak tahu...." Ria berceloteh sambil berjalan santai menaiki tangga.

Baru setengah perjalanan, gadis itu sudah mengeluh. Dia mengaduh pelan sambil mengelus lututnya.

"Duh, kok bisa ada yang kepikiran membuat tangga sepanjang ini, bisa-bisa copot kakiku."  Dia pun berjongkok sebentar, sebelum akhirnya berdiri lagi.

"Hei gadis pemalas, sini kamu!"

Sebuah suara dengan lantang memanggilnya. Nada  tak suka terdengar jelas, mengisyaratkan perasaan si empu.

Sakha Rindualam—yang kemudian diganti Ria menjadi Sakhala Bhumi Saijaan, berdiri tegak di ujung tangga. Dia mengenakan setelan baju terusan pria dengan nuansa putih dan keemasan. Rambut hitam kecokelatannya berkibar akibat elusan angin, kulit tan itu berkilau dengan remang-remang cahaya rembulan. Mata hijaunya lurus menatap Ria dari ketinggian.

"Sakha? Hah, ada Sakha!" Ria berlari dengan kecepatan penuh. Mendadak semangatnya naik saat melihat sang MC Favorit berada dalam mimpinya, di hadapannya!

Baru saja sampai di depan Sakha dan hendak memeluknya, pria itu menghindar sambil berkacak pinggung.

"Jangan memelukku!"

Ria seketika cemberut. "Lho, kenapa? Kamu itu anak kesayanganku, Sakha! Aku bahkan menulismu berulang-ulang!"

Sakha mendelik. "Berulang-ulang, tidak pernah tamat, plot-hole, berhenti tengah jalan, seadanya dan sebagainya. Itu yang kamu bilang sayang?"

"A-aku...."

Raut bersemangat di wajah Ria berubah suram. Mendadak dia menurunkan wajahnya, membuat rambut tergerainya jatuh dan menutupi sebagian wajah. Matanya berkedut, hendak meluncurkan hujan. Bibirnya bergetar seiring bicaranya terbata.

"M-maaf, Sakha. Maaf ... kemampuanku hanya sebatas itu.... Kuharap, bisa menyelesaikan ceritamu ya?"

Begitu Ria mengangkat wajah, Sakha terperangah. Kedua bolamatanya membulat dengan getaran dan air mata yang hampir tak terbendung. Dia memasang senyum dengan mata sedih itu, bagaimana bisa Sakha lanjut marah?!

"Ria...."

Sakha berakhir memeluk Ria, mengelus punggung author-nya itu. Rasa sesak memenuhi dada, melihat sang penulis yang mulai menangis di bahunya.

"Pasti berat ya? Kamu ... juga tidak punya banyak teman dan sandaran."

Ria manggut-manggut. "Hikd, iya lagi, mana jomblo. Sakha, carikan pacar dong."

"Enak aja, kalau saya yang cari nanti fiksi lagi...."

"Hehe."

***

Dan Ria pun terbangun, dengan rasa bersalah dia langsung membuka link Sakha.

"Aku harus nulis, paling nggak 1-2 minggu sudah update, tamat tahun ini, Ikuzo!!"





Folklore - [ Bpc monthly Prompt! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang