12. hadiah pertama

52 10 0
                                    

Selepas pulang dari rumah sakit Veronica langsung membawa Varel ke kamar agar Varel istirahat. Dokter Ivan memberinya pesan jika Varel tidak di perbolehkan melakukan kegiatan yang berat untuk beberapa hari ini, Varel harus lebih banyak istirahat agar kondisi tubuhnya kembali stabil. Saat sampai didalam kamar, Veronica membantu Varel untuk duduk dan menidurkan tubuhnya di kasur, "kenapa nggak dirawat aja sih?" Tanya Veronica.

Memang dokter Ivan sudah menyarankan agar Varel menginap saja di rumah sakit sekitar 2-3 hari. namun Varel menolaknya, dia mau dirawat jalan saja. Varel memegang tangan Veronica dan menyuruhnya untuk duduk disampingnya, "jangan kasih tahu sama semua temen-temen gue," pesan Varel.

"Kenapa?" Veronica menaikan sebelah alisnya . Mengapa Varel tidak mau memberitahukan ini kepada teman-temannya? Bukankah teman-temannya harus tahu tentang kondisinya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari pikirannya. Ia ingin bertanya kepada Varel tapi pertanyaannya harus ia urungkan. Mungkin Varel tidak ingin jika teman-teman khawatir jika mendengar kabar ini.

"Jangan bilang siapa-siapa," cowok itu menepuk pundak saudaranya. Seketika lamunan Veronica pun buyar, Varel menatap mata Veronica, ia melihat dari mata Veronica yang penuh dengan kekhawatiran, "nggak usah khawatir sama gue," lanjut Varel.

"Gimana gue nggak khawatir sama, Rel? cuma Lo satu-satunya keluarga gue yang punya saat ini," Veronica menundukkan kepalanya dia tak kuat hanya untuk sekedar melihat wajah Varel. Ketika saat melihat wajahnya Varel, akan ada air mata yang jatuh menimpa pipi nya.

Varel tersenyum tipis agar gadis itu tidak usah terlalu mengkhawatirkan nya terlalu berlebih. Ia tidak suka di khawatirkan oleh orang lain. Varel langsung mendekap tubuh Veronica menaruh kepala gadis itu di dada bidang miliknya dan mengelus lembut rambutnya, "gue selalu ada untuk lo."

*****

Aurora berada di halaman rumah Varel saat ini, Pekarangan rumah itu terlihat sangat sepi seperti tidak ada siapapun di sana. Motor yang biasa di kenakan Varel pun tak ada di luar. Sepi banget," gumam Aurora.

Aurora berjalan menuju pintu utama rumah Varel lalu setelah itu dia menekan bel rumah nya, "assalamualaikum."

Ceklek

Pintu rumah itu pun dibuka menampakkan seorang wanita paruh baya, "waalaikumsalam" jawab bi Nara.

Aurora tersenyum saat pintunya terbuka, "ini bener rumah Varel?" Tanya Aurora, dia hanya ingin memastikan takut-takut dia salah rumah. Tapi dari kertas yang Renda kasih memang benar ini rumahnya.

"Iya, ini rumah mas Varel. Mbak siapa ya? Temen nya mas Varel sama neng Veronica?" Tanya Bi Nara. Aurora pun mengangguk dan Bi Nara pun langsung paham dan bi Nara langsung membuka pintunya lebar agar gadis itu bisa memasuki rumah nya, "masuk mbak," lanjutnya.

Aurora pun memasuki rumah itu. Saat berada di dalam dia pun terkejut desain dirumah itu sangatlah indah. Dia berjalan ke ruang tamu dan melihat foto keluarga Varel yang terpampang besar disana di ruang tamu, "Varel nya ada?" Tanya Aurora lagi.

"Oh, mas Varel nya ada, bentar bibi panggil dulu ya, silahkan duduk," kata bi Nara mempersilahkan Aurora untuk duduk.

"Iya bi," bi Nara langsung pergi meninggalkannya, Wanita paruh baya itu pergi kedapur untuk menyiapkan minuman untuk Aurora lalu setelah nya beliau naik ke atas tangga untuk memanggil Varel. Aurora tersenyum tipis melihat foto-foto Varel yang di taruh di atas meja, "ganteng" gumamnya.

"Lo..." Aurora terkejut dengan kedatangan Varel yang tiba-tiba di belakangnya. Dia melihat gadis itu yang terkejut, "Lo tahu dari mana rumah gue?" Varel menaikkan sebelah alisnya. Sangat tiba-tiba Aurora datang kerumahnya. tahu dari mana dia mengetahui rumahnya? Pikirnya.

Varel [END] Where stories live. Discover now