33. terbongkar

33 6 0
                                    

Bangkai akan tercium baunya begitupun kebohongan yang ditutupi akan terbongkar

-Varel dirgantara

***

Setelah Varel mengantarkan Aurora pulang. Kini Aurora langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan juga nyaman. Hari masih terbilang siang karena waktu baru menunjukkan pukul 12.36. Aurora dan Varel berjalan-jalan hanya sekitar setengah hari. Aurora menatap langit-langit atap kamarnya seperti memikirkan sesuatu.

"Tadi kenapa es batu buru-buru banget ya? Sebenarnya ada urusan apa?" Aurora bangkit dari tidurnya lalu berjalan kearah meja belajar dan mengambil novel yang sudah ia beli. Di waktu senggang ini Aurora memang sering sekali untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku novel saja.

Sudah beberapa novel yang Aurora baca dari yang happy ending, sad ending, bahkan yang ceritanya berunsur psikopat dan mafia pun Aurora baca. Tiba-tiba ada suara decitan pintu yang terbuka. Aurora pun menoleh melihat seseorang yang membuka pintu kamarnya, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri orang itu.

"Lagi ngapain?" Diana menaruh makanan dan minuman di atas meja belajar Aurora dan dengan tiba-tiba Diana langsung memeluk Aurora, "ayah bentar lagi pulang jadi kamu jangan kemana-mana ya? Kamu nggak mau kan dimarahi lagi?"

"Kalau aku dimarahi emang kenapa bunda?" Aurora mendongakkan kepalanya menatap wajah cantik wanita itu.

"Bunda nggak mau kamu terluka lagi cuma gara-gara ayah mu," tangan Diana tergerak mengusap lembut kepala gadis itu. "dimakan ya? Bunda mau keluar dulu," Aurora hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, Diana pun pergi meninggalkan gadis itu sendiri lagi.

"Lebih baik aku dimarahi ayah karena pergi, Bun" gumam Aurora.

***

Sesampainya didepan rumah Aurora, seseorang itu langsung menekan bel rumah. Pintu pun terbuka menampakkan Diana ibunya Aurora, "ya, siapa ya?" Diana pun tersenyum setelah melihat wajah Varel. Tangan cowok itu dilipat didepan dadanya, "Varel? Ngapain disini? Mau ketemu Aurora ya?"

"Bukan," jawab Varel dingin. Varel langsung menarik tangan Diana agar sedikit menjauh dari area rumah nya. Ia menarik Diana sampai di taman komplek perumahan nya setelah sampai Varel pun melepas genggaman tangan dari Diana.

"Ada apa Varel? Kok bawa Tante kesini?" tanya Diana kebingungan. Sebab, saat ia pertama melihat Varel yang sudah didepan rumahnya dengan tiba-tiba atmosfer hilang. Ia pun melihat wajah remaja itu yang sangat datar dan dingin tanpa memperlihatkan ekspresi apapun.

"Kebohongan yang Tante tutupi akan terbongkar," ujar Varel to the point. kini tubuh Varel menghadap kearah Diana ia juga masih memperlihatkan tatapan dingin kearah wanita itu.

"Maksud kamu apa? Tante nggak ngerti," tanya Diana pura-pura tak mengerti apa yang di maksud Varel.

"Ck!" Varel berdecak pelan lalu memasuki kedua tangannya kedalam saku celana nya, "saya tau semuanya, Yoonji adalah anak anda dengan papa saya kan?"

Deg

Jantung Diana tiba-tiba mendadak berdebar kencang, darahnya pun langsung berdesir dengan cepat. Pernapasan Diana mulai sesak seperti atmosfer sudah habis. Ketegangan mulai muncul setelah Varel mengucapkan kalimat itu.

"Jawab saya, Yoonji anak siapa? Itu bukan anak dari papa saya kan? Karena papa saya tidak mungkin melakukan seperti itu dia setia dengan mama saya," Varel membalikkan tubuhnya menghadap kearah lain Varel membelakangi Diana yang masih membatu ditempat.

Diana sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Varel tadi. Fokus nya mulai sedikit berantakan dia juga berusaha untuk mengatur napasnya yang sedikit sesak. Diana tersungkur di tanah dia tak bisa lagi menopang tubuhnya sampai Diana terduduk di tanah tanpa alas apapun.

"Nggak bisa jawab?" Varel sempat melirik kearah Diana. Walaupun wanita itu sudah duduk ditanah namun perhatian Varel tidak menghiraukan itu. Ia pun sempat terkejut nya sama seperti Diana setelah tau semua fakta tentang papanya.

"Aurora nggak tau soal ini? Saran saya sebelum terlambat anda kasih tau ke Aurora tentang anak anda sebelum Yoonji sendiri yang mencari ibunya," Varel membalikkan tubuhnya lagi ia menekuk lututnya dan tepat dihadapan Diana, "Yoonji berada dirumah saya jadi anda tidak usah khawatir."

Varel pun kini bangkit kembali lalu meninggalkan Diana yang masih duduk di tanah yang tanpa alas itu. Setelah jauh Varel mengambil benda pipih di saku jaket nya lalu menelpon seseorang, "gue udah kasih tau sama dia soal anaknya," kata Varel.

***

Sepulang nya dari taman tadi Diana langsung mengunci diri sendiri dikamar nya. Diana terduduk didekat pintu mengeluarkan isak tangis yang sedari tadi dia tahan. Air mata pun meluncur tanpa permisi dahulu, Diana memeluk kedua kaki nya agar isak tangis nya tidak terdengar sampai kamar Aurora.

Diana bangkit dari duduknya lalu mengambil sesuatu yang berada di dalam laci meja. Diana mengambil sebuah kotak dan langsung membukanya, di dalam kotak itu ada sebuah foto berupa bayi yang baru saja lahir, walaupun foto itu sudah tidak sama seperti dulu tapi Diana masih ingat foto bayi itu. Ia memeluk foto itu dengan air mata yang terus saja membasahi pipinya.

"Maafin mama, nak. kamu pasti marah sama mama kalau ketemu nanti," Diana menatap foto itu dengan lekatnya sesekali pun ia kembali memeluk foto itu.

Flashback on

Diana mengusap kening bayi yang berada di gendongan nya sesekali pun ia mencium pipi dan kening bayi itu. Air mata Diana meluruh jatuh ke kulit-kulit bayi di gendongan nya.

"Maafin mama karena harus ninggalin kamu disini, sayang. mama nggak bisa bawa kamu bersama mama," air matanya kembali jatuh, Diana memeluk Yoonji dengan sangat erat.

"Yoonji sayang, nanti mama kembali lagi menemui kamu dan jemput kamu, tapi maafin mama ya sayang harus ninggalin kamu disini, mama ada urusan yang harus mama selesaikan dulu," kata Diana yang masih memeluk bayi itu.

"Ibu bisa menjenguk Yoonji Bu," kata seseorang yang berada disampingnya.

"Ibu Mega, tolong jagain Yoonji disini ya Bu. nanti saya balik lagi untuk jemput dia."

Ibu Mega adalah ibu panti di mutiara bunda. Beliau menjaga anak-anak yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, "tenang saja, Bu, saya akan menjaga Yoonji dengan baik."


Diana pun beralih menggendong Yoonji kepada Bu Mega. Kini Yoonji sekarang sedang ada dipangkuan ibu Mega. Sebelum pergi Diana menyempatkan diri untuk mengecup kening dan pipi bayi itu lagi, "sayang, mama pergi dulu nanti mama kesini lagi untuk jemput kamu."

Diana menyeka airmata yang sempat berderai mengalir dari pelipis matanya. Lalu ia menatap ke arah bu Mega, "jagain anak saya ya Bu, saya mau pergi dulu."

Flashback off

Diana kembali memasukkan foto itu kedalam kotak dan menaruh kotak itu kembali ketempat awal. Ia menghapus air matanya yang membasahi pipi putih miliknya. Ia berusaha untuk untuk tersenyum dan kuat menghadapi ini semua meski sakit.

"Kamu tenang ya? mama akan jemput kamu," gumam Diana.

***
Kira-kira Varel telepon sama siapa ya? 🤔

Ikuti terus cerita ini sampai ending ya.

Varel [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang