59. terlambat

46 8 0
                                    

Hidup tentang datang lalu pergi dan merelakan, mengikhlaskan.

-Aurora Lovania Anders
***

"S-sembuhin V-varel om. Nica enggak mau kehilangan dia," Veronica kembali terisak dan itu membuat hati Zidan sakit. Ia sengaja pulang ke Indonesia hanya untuk menguatkan keponakan nya ini. Ia rela meninggalkan pekerjaan nya di Singapura untuk Veronica.

"Om boleh ketemu dokter?" Ucap Zidan dan itu langsung di angguki oleh Veronica. Zidan melihat ke arah Sinta dan mengode untuk dia duduk di sebelah gadis itu. Setelah itu ia pergi dari sana untuk menemui dokter Ivan.

"Itu yang namanya Om Zidan Dirgantara?" tanya Kenzo pada Gibran. Kenzo sangat speechless melihat aura Zidan yang luar biasa di tambah dengan ketampanan nya. Meski sudah berumur 25 tahun tapi Zidan sudah mengurus perusahaan milik kakak iparnya yaitu Dirga ayah dari Varel di luar negeri tepatnya di Singapura.

"Anjir, masih cakep om Zidan," timpal Rafa.

Tangan Andhika tergerak memukul tengkuk Kenzo dan Rafa secara bergantian. Lalu ia menaruh lengannya di pundak mereka berdua.

"ANDHIKA ANJING!" teriak Kenzo.

"KEN!" sentak Renda. Tiba-tiba nyali Kenzo pun menciut dan ia mengangkat dua jari nya. Saat ini wajah wali ketua nya itu sedang tak bersahabat, dia terlihat berbeda dari sebelum-sebelumnya seperti bukan Renda yang asli.

Yoonji bangkit dari duduknya, namun saat ingin melangkah tiba-tiba Raksa memegang pergelangan tangan nya, "mau kemana lo?" tanya Raksa pada Yoonji.

"Taman," jawab Yoonji singkat. Tak mau berlama-lama disana Yoonji pun langsung melenggang pergi dari sana untuk menenangkan pikiran nya yang kacau. Ia kesal dengan orang yang membuat abangnya seperti ini.

Setelah sampai di taman belakang rumah sakit Yoonji langsung duduk dikursi taman berwarna putih, ia menghembuskan nafas. Ia khawatir dengan abangnya, baru saja ia bertemu dengan abangnya dan kali ini ia tak mau kehilangan salah satu keluarga nya.

***

Di kantor polisi yang membawa Diana, Evan, dan Clarissa. Dino dan Yoonji duduk di kursi menunggu mereka bertiga. Setelah tiga orang itu datang mereka langsung duduk berhadapan dengan Yoonji. Sedangkan Yoonji dia menundukkan kepalanya, sedari tadi dia menahan Isak tangis nya agar tidak keluar di depan mereka.

"Yoonji," panggil Diana pada Yoonji. Cepat-cepat cowok itu langsung menghapus air mata nya dan menatap Diana, "maafin mama," lirih Diana. Diana mendudukkan dirinya di depan Yoonji dengan lantai yang tak beralaskan. Dia merasa bersalah dengan tindakan yang di lakukan nya saat itu.

"Anda bukan ibu saya. Jadi, jangan pernah menyebutkan kata itu lagi," suara Yoonji terdengar berat, ia sama sekali tak menatap wajah Diana. Pandangan hanya fokus ke depan.

"T-tapi Yoon, ini mama ka-,"

"Anda bukan mama saya! Mama saya sudah tidak ada. Anda hanya penjahat yang melukai Abang saya!" Sentak Yoonji karena muak dengan kata itu. Ya, Yoonji sudah tau soal ibu kandungnya sendiri karena Veronica tadi menceritakan semua padanya.

Flashback on

Yoonji duduk menikmati udara di taman itu sambil menangis mengingat kejadian ini. Hati nya sungguh sakit saat salah satu keluarga nya terluka. Apalagi dia baru di keluarga ini tentu ia akan menjaga keluarganya. Ia tak mau kehilangan seseorang lagi. Di tengah-tengah Isak tangis nya tiba-tiba dari arah belakang ada yang mengelus punggung cowok itu.

Varel [END] Where stories live. Discover now