8. BUAH BIBIR

234 9 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter delapan. Jangan lupa vote dan komen, enjoy!💗

-

-

-

Satu hari sudah Fara mengurung diri tanpa handphone dan camilan, diam di pesantren, tak melangkahkan kaki keluar walaupun hanya sekedar pergi ke warung, tidak. Kegiatan berbagi ilmu di panti asuhan yang biasanya dilakukan Fara, terpaksa rencananya harus dibatalkan. Ya, organisasi yang dimaksud adalah REMI Remaja Islami.

Merupakan organisasi diluar sekolah, yang Fara ikuti karena tertarik saat melihat beberapa remaja yang menyebar ilmu di panti asuhan.

Awalnya Fara berkunjung ke panti asuhan untuk ikut do'a bersama, pembukaan panti asuhan. Lalu beberapa hari kemudian saat sengaja mampir untuk berkunjung, ia mendapat brosur bahwa organisasi tersebut sedang melakukan open rucreitment.

Jadilah, sekarang Fara sudah menjadi anggota tetap selama lima bulan. Setiap hari libur sekolah, ia bersama teman-teman satu organisasinya akan berkunjung ke salah satu panti asuhan yang sudah menjalin kerjasama.

Sebenarnya kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, namun karena Fara masih bersekolah, dia menjadikan hari liburnya sebagai ladang pahala dengan berbagi ilmu bersama anak-anak panti.

Tak terasa, satu hari yang cukup berat bagi Fara akhirnya berakhir dengan diawali mengampar sajadah di sepertiga malam. Sore nanti, ia harus menyetorkan hafalan juznya yang sudah dijanjikan sebagai hukuman.

"Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa'dukal haq. Wa liqâ'uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ'atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a'lantu, wa mâ anta a'lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu'akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh."

"Aamiin."

Selesai beribadah, Fara meraih Al Qur'an yang tersimpan di lemari bukunya, ia kembali memperlancar hafalan juz lima, agar saat setor nanti. Tak lagi ada kesalahan maupun lupa ayat.

"Bismillahirrahmanirrahim ..."

Tok tok tok

"Fara, ini umi. Setelah selesai, bantu umi di dapur, ya!"

"Na'am umi!"

"Jangan lupa hari ini Selasa, atribut harus lengkap," ucap Umi Fatimah dari balik pintu.

Lagi-lagi Fara mengiyakan dari dalam kamar, di waktu saat ini. Memang rumahnya sudah berisik dengan alat-alat dapur, dan dengungan ayat-ayat suci Al Qur'an. Apalagi beberapa santri dan santriwati yang sedang berada di masjid.

"Bismillahirrahmanirrahim ..."

°°°

"Assalamualaikum, Fara berangkat ya, bang."

"Iya, hati-hati. Jangan lupa setoran nanti sore," sahut Fatih sembari iseng mencubit hidung adik perempuan satu-satunya, membuat Sang empu mendengus kesal.

Qisat Fara [END]Where stories live. Discover now