18. USAHA

190 11 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter delapan belas. Menuju ending cerita, puasanya masih aman, kan? Enjoy, ya💗

-

-

-

Kunjungan Aidan dan Dara ke rumah Fara, membuatnya mau tak mau harus kembali bersekolah. Walaupun dalam hatinya sangat berat karena menjalani aktifitas sehari-hari akan melakukan komunikasi antara dirinya dengan tiga orang penghuni lain di rumah.

Canggung, lebih banyak diam, dan tak ada lagi candaan yang Fara maupun Fatih lontarkan. Keributan tiga hari lalu sukses membangun sebuah tembok penghalang yang menjulang tinggi, membuat penghalang antara Fara dengan tiga orang yang amat sangat dikenalnya.

"Fara, berangkat dulu. Assalamualaikum." Setelah menyalami tangan Fatih, tanpa ada raut keceriaan Fara memasuki gerbang sekolah.

"Waalaikumsalam," sahut Fatih dengan suara kecil. Ia menghela nafas melihat sikap Fara yang semakin dingin, walau pada akhirnya memang kedua orang tuanya yang salah, karena tidak memberitahukan rahasia besar ini pada Fara sejak dulu.

Jika rahasia ini diberitahukan pada Fara sejak gadis itu duduk di bangku SD. Mungkin tidak akan terbentuk tembok besar yang menjadi penghalang, dan menciptakan perang dingin.

Setelah mobil Fatih pergi meninggalkan area sekolah, Fara keluar dari balik tembok pos satpam. Ada sedikit rasa tak enak saat harus menjadi cuek, tak peduli dan jarang berbicara, membuka suara saja jika perlu.

Satu hari mengurung diri di kamar dan baru keluar saat Dara dan Aidan datang berkunjung, tak ada sepatah kata 'pun penjelasan yang keluar dari mulut Nando dan Fatimah.

Fara kira keduanya akan langsung memberikan sebuah penjelasan, membuat rasa penasarannya tertutupi dengan jawaban-jawaban, tapi nyatanya tidak. Sampai saat ini kedua orang itu masih diam. Entah karena tak berani atau harus dirinya dahulu yang bertanya.

"Morning Fara!"

"Allahu Akbar." Fara mengusap dadanya. Kedua telapak tangan menempel pada dua bahunya, ia membalikkan tubuh dan melihat Gea yang tersenyum manis.

"Gea, kamu bikin kaget aja, hih," geram Fara kesal, tangannya hanya bisa mencubit udara di samping telinga Gea.

"Liatin siapa tuh, tadi. Lo suka sama laki-laki itu, ya?"

Fara membulatkan matanya. "Mana ada, itu tadi abang aku. Masa iya aku suka sama dia," bantah Fara.

"Abang lo?" tanya Gea.

Fara mengangguk, "iya, dia abang aku. Namanya Fatih," jawab Fara perlahan berjalan hendak memasuki gedung diikuti Gea di sampingnya.

"Ganteng banget, ya? Kayaknya gue naksir deh, bantuin gue ya, Far?" Gea tertawa sendiri.

Sedangkan Fara langsung menghentikan langkahnya, Gea menyukai Fatih dan meminta bantuan padanya?

"Ge, kamu lagi bercanda, kan?"

"Nggak 'lah, kenapa emangnya?"

Fara terdiam, ia merasa tak enak hati juka harus mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membantu.

"Kenapa, Far? Bantuin gue mau, kan? Nanti gue bakal jadi Kakak ipar yang baik dan dermawan," ucap Gea penuh harap.

"Maaf, Ge. Aku nggak bisa bantu kamu, kalian berdua berbeda," sahut Fara pelan namun masih bisa didengar.

Bagaimana reaksi Gea saat Fara mengatakan penolakan itu? Fara benar-benar tidak tahu karena ia menundukkan kepalanya. Khawatir Gea akan marah padanya karena tidak mau membantu.

Qisat Fara [END]Where stories live. Discover now