24- Kenapa Menjadi Psychopath {?}

948 51 1
                                    

⚠️Jangan lupa votenya
Maaf kalo ada typo
Happy Reading

Pagi menjelang siang Liora bangun dari tidur nyenyak semalaman. Gelak tawa besar dari arah lantai bawah mengganggu indra pendengarannya. Dengan wajah bantalnya Liora keluar kamar. Hanya untuk mengecek siapa yang tertawa sekenceng itu sampai menembus dinding kamarnya.

Karena masih mengantuk, mata Liora menyipit. Mencoba memperjelas penglihatannya. Begitu sudah terlihat jelas, barulah dia tahu siapa orang yang tertawa itu.

Ada 4 orang pria duduk bersantai diruang depan dekat TV. Mereka semua Liora kenal. Hanya ada satu pria yang dianggapnya asing.

Dengan malas Liora mulai menuruni tangga. Berniat menanyakan kehadiran orang asing tersebut datang mengikutinya.

"Oh, kau sudah bangun rupanya." Javas menyapa putrinya yang bangun tidur. Rambut berantakan serta pakaian kusut adalah penampilan Liora untuk pagi ini.

"Ayah, kenapa ada dia disini?" Telunjuk lentik Liora mengarah pada seorang pria. Tentunya bukan Gevariel ataupun Saga.

"Kurasa kau sudah tahu, jika pria inilah yang sempat aku jodohkan waktu itu denganmu."

"Dia?" Liora menatap tak percaya pada ayahnya. "Dia anak si tua bangka itu?!" Suara Liora mulai meninggi. Seketika kesadarannya kembali dengan cepat.

"Hey, jangan menyebutnya seperti itu. Dia memiliki nama." Ucap Javas merasa tak enak dengan tingkah putrinya.

"Aku tidak peduli namanya siapa. Tapi kenapa dia bisa ada disini? Jangan bilang kau ingin melanjutkan perjodohan ini ayah!" Mata Liora melotot garang.

"Tenanglah." Javas bangkit. Menenangkan putrinya yang memang mudah marah. Apalagi kondisinya saat ini tengah hamil muda. "Lebih baik kau mandi dulu. Mari berbicara setelahnya."

Dengan perasaan dongkol Liora kembali ke kamarnya. Sebelum benar-benar pergi, ia sempatkan kaki jenjangnya untuk menendang betis pria yang disebutnya anak si tua bangka. Rasanya jijik sekali melihat wajah orang itu. Walaupun tampan dan menjadi pria idaman, Liora tetap memandangnya sebagai anak si tua bangka. Mungkin saja sikapnya tidak jauh beda dari ayahnya.

"Galandra. Maafkan Liora, dia memang kasar." Ucap Javas rendah hati.

Galandra putra tunggal Hanza itu hanya tersenyum tipis. "Tidak apa. Aku memakluminya. Mungkin dia masih tidak terima atas perlakuan ayahku padanya."

"Tapi tidak seharusnya kau mendapat imbasnya."

Lagi-lagi Galandra hanya membalasnya dengan senyuman manis.

Didalam kamar mandi. Liora misuh-misuh tidak jelas. Mulutnya terus bergerak lincah mencaci maki Galandra. Entah mengapa kebenciannya pada Galandra sangatlah besar. Melebihi musuh bebuyutan.

Tak berselang lama, Liora selesai dengan ritual mandinya. Ia mengenakan dress polos sepanjang lututnya. Dia sedang tidak mau memakai celana ketat, rasanya sesak. Padahal perutnya masih rata dibanding Katrina.

"Saga. Dimana Katrina?" Liora bertanya sambil berteriak saat keluar dari kamarnya.

"Dia masih tidur. Jangan mengganggunya." Peringat Saga.

"Ck, posesif sekali." Liora mendumel. Langkahnya membawa dirinya kembali ke ruangan dekat TV. "Kenapa kau tidak pulang? Tidak punya rumah setelah ayahmu mati? Pasti kau bangkrut kan?"

"Astaga Liora." Segera Javas suruh putri bungsunya untuk duduk di sampingnya. Dia menyuruh seorang pelayan untuk membawakan susu hangat bagi Liora.

Parella Perigosa {REVISI}Where stories live. Discover now