Page 18: Showtime

0 0 0
                                    

BAB 18 – Showtime

Pertunjukkan yang dinanti-nanti ini akan segera dimulai. Telah lama, ia mempersiapkan dengan sedemikian rupa agar semuanya berjalan lancar. Mengunci pintu, sudah. Semua alat dan bahan, aman tersedia. Jam kunjungan yang sepi.

"Berani-beraninya, melakukan hal itu lagi ...."

Ia berujar pelan sembari mendorong keras tubuh seorang gadis hingga punggung yang nampak lemah itu menabrak keras dinding gedung. Gadis itu tak mengaduh kesakitan, terlihat masih tertidur, tetapi sang pelaku tidak menghiraukannya dan malah mengunci pintu. Iris hitam yang dulu masih terdapat cahaya, sekarang tak lagi ada sepercik pun, gelap gulita bagai kehilangan seluruh harapan. Lantas, ia melemparkan tatapan dingin, seolah kapan saja ingin membunuh si gadis melalui tatapannya.

Sembari ia menyiapkan berbagai peralatan dan bahan, beberapa menit kemudian gadis itu mengerjap dan terbangun lemas, mungkin saja karena efek obat tidur yang diberikan padanya. Mulutnya telah disumpal oleh kain, begitu pula tangan dan kaki yang telah diikat.

Ada yang tidak beres dengan keadaan saat ini.

Gadis dengan helaian biru tua itu meronta-ronta, mencoba melepaskan ikatannya. Namun nihil, semakin ia melawan, semakin sakit pula yang ia rasakan pada pergelangan tangannya. Ichigo, gadis itu, melirik sang pelaku dari balik iris sapphire miliknya. Meskipun memakai masker dan mengenakan sarung tangan, namun ia mengenal jelas sosok berambut dan beriris hitam tersebut.

"Ah ... sudah bangun, ya?" ujar si pelaku, tak lain adalah Ryoume Takuma. Di tangannya, terdapat kamera yang telah memotret beberapa pose tak berdaya milik Ichigo. Memori kamera itu masih bersih, sehingga tak ada yang curiga saat ia membawanya di dalam tasnya setiap hari. Kala ia tertabrak, tas itu ikut terbawa di ambulance dan saat ini bersamanya. Sungguh, sebuah takdir.

Ingin sekali Ichigo meneriakkan kalau Takuma mempunyai hobi yang aneh, mengabadikan momen para korbannya. Gadis itu sudah menduga bahwa ada orang lain yang melakukan tindakan teror bunuh diri ini. Jika bukan Iori atau Akari, Ichigo menebak bahwa pelakunya adalah Takuma. Pikiran itu ternyata benar, mengingat saat ini ia berada di lokasi kejadian, terlebih lagi sebagai calon korban.

Dadanya bergemuruh, jantung sang gadis berdetak kencang akibat adrenalin yang kian meningkat tiap detiknya. Ia ingin berteriak, namun dicegah oleh sumpalan di mulutnya. Keringat dingin nan hebat mulai mengalir, badannya bergetar. Seumur hidup, ia tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini. Ia bisa melakukan apa pun di sekolah karena pengaruh ayahnya. Tetapi, bagaimana sekarang?

Apa yang akan terjadi padanya setelah ini?

Jujur saja, Ichigo tidak ingin membayangkannya. Sosok di hadapannya saat ini nampak sangat berbahaya dengan sebuah botol berisi cairan yang ia pegang. Takuma menghela napas, menatap miring gadis itu. Ia bertanya sembari menggoyangkan botol tersebut dengan mudahnya, "Apa kau tidak ingin bertanya, air apa ini? Kau pintar dan cantik, tetapi terlalu egois. Melukai orang-orang yang tak kau sukai demi keuntungan dirimu sendiri dan kau masih menyebut dirimu sendiri sebagai manusia?"

Iris sapphire itu membulat, dengan cepat menyadari isi botol tersebut, air keras. Salah satu yang ia gunakan pada Akane agar gadis itu tidak lagi bisa melukis apa pun, menghancurkan mimpinya dengan mudah. Tetapi, terlambat. Takuma tidak akan mengampuninya. Ia bahkan tampak sudah bersiap dari dulu untuk menuangkan cairan tersebut.

Ia tidak bisa lari.

Tidak ada jalan ke luar.

Lantas, sepersekian detik selanjutnya, air keras itu sudah mengalir di tangan Ichigo, membuat kulit putih sang gadis melepuh perlahan. Ia tak mampu berteriak karena mulutnya masih disumpal. Tetapi, ia merasa sangat perih, kesakitan, dan geram. Akibat luka dan dirinya yang meronta-ronta seperti cacing kepanasan, Takuma menarik kerah belakang baju Ichigo dan menyeretnya mendekati pagar atap, membuat ia hanya mampu meringis.

Suicidal Message [✓]Where stories live. Discover now