Part 27 (days 24)

2.1K 300 51
                                    

Pagi hari, dikediaman zee dan kedua cicinya tenga sedikit melakukan perdebatan. Pasalnya zee merengek untuk berangkat sekolah. Sedangkan
Shani dan cindy sudah mencoba untuk melarang dan memberi pengertian terhadap si bungsu ini. Tapi entah si bungsu tumben sekali tak mendengarkan ucapan kedua cicinya yang berujung kedua wanita itu mengalah dengan syart bocah itu pergi dan pulang bersama shani dan gracio.

.
.
.

Masih seperti kemarin meski sudah memiliki bukti yang kuat tetapi chika masih belum bisa bertemu dengan bocah itu. Chika sangat merindukannya. Bahkan dirinya pun seperti tak bersemangat menjalani hari tanpa bocah itu.

Disamping itu dari kejauhan seseorang terus memperhatikan chika.
"Gue bener bener sayang sama lo chik. Kalo lo gak bisa balik ke gue. Siapapun gak boleh jadi pengganti gue" gumamnya dengan senyum semrk.

Seperti biasa setelah meletakan tas chika akan patroli untuk keamanan sekolah dan menghukum semua murid yang melakukan pelanggaran.

Chika terus berjalan tanpa semangat.
Bukannya ia berjalan seperti biasa menuju ruang osis, lapangan atau gerbang sekolah langkah kakinya malah berjalan menuju rooftop. Tempat ternyamannya saat merindukan bocah confidential itu.

.
.
.

"Inget jangan melamun. Kalo ada apa apa langsung gari cici" ucap shani ketika ketiganya tiba di parkiran sekolah.

Bocah yang diberi peringatan itu mengangguk datar.

"Yaudah yok sekarang cici sama ko cio anter"
Lagi lagi bocah itu hanya pasrah.
Mereka terus berjalan, tanpa memperhatikan sekitar.
Aish tidak hanya zee yang pandangannya fokus kedepan dan tak memperhatikan orang orang yang tengah menatap dirinya dengan banyak pikiran.

Sedangkan cio dan shani mencoba untuk terlihat tenang agar adiknya itu tidak kembali kambuh.

Taklama ketiganya tiba di depan ruang kelas zee dan langsung di sambut dengan tatapan histeris oleh teman temannya. Terutama aldo dan ashel.

Aldo langsung mendekap zee dalam pelukannya begitupun ashel yang memeluk keduanya dari samping. Meski tangan orang yang di peluk itu sedikitpun tak terangkat untuk membalas pelukan mereka.

"Kok lo sekolah si zee. Emang udah sembuh?" Tanya ashel. Zee hanya tersenyum tipis lalu melajukan langkahnya menuju kursi dimana tempatnya duduk.
Teman temnannya yang lain melihat itu langsung menghampiri zee. Dan hanya di balas senyuman tipis. Yang membuat semua menatap zee dengan iba.

"Cici titip zee ya do, shel" suara lembut itu membuat aldo dan ashel tersadar dan menatapnya.

"Iya ci siap"kompak keduanya
"Cici gak perlu khawatir. Aldo ga mungkin biarin zee di ganggu lagi sama orang orang yang gak jelas itu"

Shani tersenyum mendengarnya. Lalu ia pamit untuk pergi menuju kelasnya.

Setelah melihat shani dan gracio tak lagi berada di dekat kelasnya. Zee beranjak dari dudukny yang membuat teman temannya menatap penuh tanya.

"Mau kemana zee?" Tanya aldo. Yang mana yang lainnya masih tak berani untuk mengajak zee berbicara. Namun laki laki itu hanya diam dan terus melajukan langkah kaki nya entah kemana.

Aldo, ashel bahkan teman temannya sejenak saling tatap.
"Do ikutin yok" ajak ashel

"Ikut" teriak kathrina

"Gak usah. Nanti ketauan. Biar gue sama aldo aja" tanpa menunggu jawaban lagi. Ashel langsung menarik aldo untuk mengikuti zee.

.
.
.

Seseorang yang dari tadi memperhatikan chika terus mengikutinya tanpa ketahuan. Senyum jahatnya merekah kala melihat chika menuju roftop tempat yang tidak mungkin didatangi siapapun saat masih pagi hari begini.

Looking for AffectionWhere stories live. Discover now