🐾 THIRTEEN 🐾

170 10 0
                                    

Happy Reading ♡

.
.
.

"Maaf ya, soalnya paman sibuk." Ucap paman dengan nada bersalah.

"Gapapa kok, adek ngerti." Alex mengangguk angguk mengerti, paman yang melihatnya pun terkekeh.

"Kamu masih lucu aja Al, kayak waktu bayi." Paman menerawang masa lalu dimana dirinya tengah menggendong baby Al, yang masih sangat munyil serta bulat.

"Paman bisa aja," wajah Alex muncul semburat merah yang menggemaskan.

Sang paman tertawa lebar sembari mencubit pipi cubby Alex, setelahnya pun pintu terbuka dengan tiba tiba.

Brak.

"Pantes aku tungguin dari tadi, ternyata di cegah sama ayah!" Ucap ngegas seorang anak laki laki seperantara dengan Alex tapi lebih tinggi dia.

Paman dan Alex pun berbalik melihat kearah anak itu, sang ayah merotasikan mata malas sedangkan Alex tersenyum manis.

"Ganggu aja kamu! Ayah lagi reuni sama keponakan ayah." Jawab ayah sambil mendengus sebal.

"Dimas?" Panggil Alex dengan masih tersenyum dan dibalas senyuman oleh Dimas.

"Iyaa, kangenn kamu." Ia memeluk Alex dengan lembut sembari memutar mutarkannya.

"U-uhh iya, tapi jangan di puter juga badan Al." Ucap Alex terbata bata, sembari memukul pelan punggung Dimas agar ia melepaskan nya.

Paman segera bertindak dengan memisahkan anak semata wayangnya dari keponakan tersayang. Di peluklah pelan tubuh munyil Alex dengan mengelus pelan punggung nya, agar napasnya kembali teratur.

"Ayah tau kamu kangen, tapi jangan kenceng kenceng mas!"

"Kasihan sepupu kamu."

Paman menggelengkan kepalanya pelan saat melihat wajah bersalah yang keluar dari wajah anaknya, setelah dirasa keponakannya tenang ia pun menurunkan nya dengan pelan. Diusapnya memutar surai rambut Alex.

"Al, maafin Dimas.. tadi beneran ga sengaja meluk kenceng." Dimas menundukan kepala yang di selingi ekspresi sedih merasa bersalah dengan kedua jari tangannya yang memilin satu sama lain.

Alex mengangguk, berjinjit sedikit agar bisa meraih pucuk kepala Dimas. Di tepuklah pelan dan berjongkok melihat ke wajah Dimas, Dimas menatap balik wajah dibawahnya yang memberikan senyuman manis, seperti beberapa tahun lalu yang sangat dirinya rindukan.

Tawanya yang ceria, serta aksen cedal yang di ucapkan. Dia rindu semuanya.

"Gapapa kok, Mas gak salah cuman kekencengan aja tadi." Ucapnya dengan nada ceria.

Dimas memeluk Alex lagi tapi pelukan yang sekarang lebih lembut, dibandingkan yang tadi.

"Hey, kalian melupakan diriku?" Suara paman menengahi adegan pelukan mereka berdua, yang membuat ke duanya berbalik dan menyengir lucu.

Paman menggelengkan kepala nya pelan, mencubit pipi keduanya.

"Kalian gak mau beli jajan? Udah istirahat lho." Ucap paman

"Mau dong yah, minta duit sini~" Dimas memintanya dengan kedua tangan terbuka, Paman pun mengambil uang berwarna hijau lalu menaruhnya di tangan yang terbuka itu.

"Cukup?" Tanyanya yang diangguki Dimas.

"Ayok Al, kita ke kantin!" Dimas menarik tangan munyil Alex keluar dari ruangan pengap milik ayahnya itu, Alex melambaikan tangan ke pamannya.

Mereka berdua berjalan beriringan melewati ruangan di samping sampingnya, dan Alex melihat beberapa orang dengan pakaian bebas sedang menatapnya, ia ingin menyapa tapi mereka berisyarat untuk tidak menyapa mereka.

Alex mengangguk pelan, lalu fokus ke depan lagi sambil bercerita dengan Dimas.

"Bibi, aku nak pesan leker 2 yaa! Rasanya harus spesial karena aku lagi kedatangan tamu spesial." Ucap Dimas riang kepada Bibi penjual leker.

"Siap den Dimas, siapa tuh tamunya?" Tanya bibi penjual, Dimas langsung menarik tangan Alex agar bibi dapat melihatnya.

"Waduh, kasep pisan!" Ucapnya yang membuat Alex malu, dan Dimas terkekeh.

"Siapa kamu den ganteng?" tanya bibi

"Alexian bibi."

"Aduh, namanya keren kayak anaknya." Goda bibi yang membuat Alex tersipu.

"Hahaha, udah bi jangan di goda lagi. Kasian ini anaknya udah merah pipinya." Goda Dimas sambil mencolek pipi merona Al.

"Haha, maaf ya den." Ucap bibi dengan senyuman khas, lalu memberikan dua buah leker rasa spesial kepada Dimas.

"Berapa bi?" Tanya Dimas sembari menerima leker itu.

"10 ribu den Dimas," jawab sang bibi

Dimas memberikan uang yang di kasih ayahnya kepada bibi, lalu bibipun mengasihkan kembalian kepada nak Dimas.

Mereka berdua melangkah ke arah taman yang berada di dekat kantor ayah Dimas, biar bisa di awasin.

"Enak."

***

Nih yang gatau leker tuh apa, bentukannya tuh gitu tapi rasanya enakk polll

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Nih yang gatau leker tuh apa, bentukannya tuh gitu tapi rasanya enakk polll. Ga boong deh!

Btw, kalian suka leker rasa apa?

tau aja, kita samaan sukanya😸

Kisah Si BocilWo Geschichten leben. Entdecke jetzt