🐾 FIFTEEN 🐾

148 11 0
                                    

Happy Reading ♡

.
.
.

Paman, Dimas dan Alex sudah berada di dalam mobil milik Paman.

"Paman beneran tau letak perumahan itu?" Alex bertanya secara tiba - tiba di saat semuanya fokus dalam kegiatan masing - masing.

Paman melihat sekilas dari kaca spion, lalu berkata. "Tau dong, kenapa nanya gitu?"

"Tadi di kelas waktu aku bilang letak perumahannya anak anak kelas yang lain pada ga tau." Ucap Alex menatap ke kaca spion yang menampilkan dirinya dengan Dimas yang masih memproses informasi, Al terkekeh pelan melihat ekspresi bingung Dimas.

"Mereka semua anak rumahan kali nak." Sambil menjawab paman melihat kaca spion lagi dan menggeleng gelengkan kepala saat melihat tingkah ke dua anak itu.

"Udah, jangan di pikirin!" Lanjutnya.

Alex mengerucutkan bibirnya ke depan seperti bebek, yang langsung di hap dengan jarinya Dimas yang sudah memproses informasi secara 100 persen.

"Apa nih pout pout?" Tangan Dimas menekan nekan bibir Al yang mengerucut lucu.

Alex berusaha melepaskan tangan sepupunya dari bibir semerah ceri nya, tapi tidak di hiraukan oleh sang empunya.

"Lewpas angan amu bauu!"

Mendengar ucapan tak jelas dari Alex tetapi masih bisa di pahaminya pun segera melepaskan tangannya dari bibir Al.

"Gitu dong!" Alex mengusap ngusap bibirnya sembari mengambil air minum dari botol berwarna biru yang ada di dalam tas.

Glek

"Kamu bohong! Tangan mas gak bau kok!" Ucap tak terima yang di layangkan dari Dimas, paman yang melihat itu memutar bola mata malas.

"Kamu ngalah mas! Nanti kalian berdua ayah kasih ice cream deh." Tawar sang paman yang sedang melihat melalui kaca spion.

"Beneran yah? Nanti tipu tipu lagi." Ucap Dimas memancing ayahnya.

Ayah yang merasa terpancing lantas berucap.

"Beneran lah!" Ayah memandang sinis wajah anaknya, "jangan nyebarin hoax ya!"

"Yeyy! Al kita di traktir ice cream sama ayah pelit." Ucap Dimas dengan nada ceria, memeluk Al yang belum meneguk habis air minumnya.

Uhuk uhuk!

Ia tersedak karena pelukan tanpa aba aba itu, menepuk pelan dadanya yang sedikit nyeri.

"Mas! Lihat itu kasian dede." Tegur paman.

"Maaf Al, mas ga sengaja." Dimas menepuk nepuk pelan punggung kecil Alex dengan tangan kecilnya, lalu menyuruh Al untuk tiduran di dadanya.

"Kamu bobo aja, biar gak sesek."

Di angguki Alex yang sudah merasa baikan, di rebahkan lah tubuh nya di dada milik Dimas. Lalu menutup matanya menikmati elusan lembut yang membuat nyaman dari Dimas.

Beberapa menit setelah Alex menutup matanya, terdengar suara dengkuran halus dari Al yang tertidur.

"Tidur pun dede tetap gemas ya yah!"

Dimas memandangi wajah damai milik Alex yang terlihat menggemaskan di mata Dimas.

Ayah memandang malas wajah anaknya yang juga sama imutnya dengan keponakan nya, namun tertutup oleh sifat unik yang membuat geleng geleng kepala.

Ayah berucap lirih, "Kamu juga sama imutnya."

"Apa?!"

"Apa?" Tanya ayah pura pura tak mengerti.

"Ya, apa ayah?"

"Apa, apanya?"

"Ayahhh~"

"Mas~"

Dimas memberengutkan muka sedih, sang ayah terkekeh di dalam hati. Ayah dengan ide cemerlang nya segera menyetel lagu anak anak.

Cling! Muncul lah tv kecil di depan agak jauh dari tempat kedua bocil itu berada, sebuah animasi ayam jantan muncul sebagai pembuka.


Dimas menengok kan kepala ke layar tv kecil itu, sembari menatap fokus kepada ayam jantan yang mengambil alih minatnya.

Dimas bernyanyi mengikuti alunan musik itu.

Kuku-kukuruyuk~

Begitulah bunyinya~

Kakinya bertanduk~

Hewan apa namanya?

Alex mengerjabkan mata sipitnya untuk segera terbuka, karena terganggu oleh suara musik yang seperti memintanya untuk bangun. Di lihatnya sang sepupu yang masih asik menyanyi tanpa sadar bahwa Al telah terbangun.

Kuku-kukuruyuk~

Begitulah bunyinya~

Kakinya bertanduk-

"Ayam jantan namanya," sambung dengan suara lucu milik Alex, yang membuat Dimas terkejut.

"Kamu bangun?"

"Nda, Al masi bobo!"

***

Kisah Si BocilWhere stories live. Discover now