🐾 SIXTEEN 🐾

154 9 0
                                    

Happy Reading ♡

.
.
.

"Kamu bangun?"

Pertanyaan tidak berbobot itu di layangkan oleh seorang anak bernama Dimas.

"Belum, mas."

Mendapat jawaban berkebalikan dari Al pun dapat membuat Dimas tertawa merutuki pertanyaan yang sangat tidak berbobot itu.

"Kok kamu bisa tau lagu tadi, Al?"

"Dulu waktu kecil, mami selalu nyanyiin lagu kuku-kukuruyuk." Jawab Alex sambil menerawang ke masa kecil nya.

"Wah benar benar kesukaan bocil ya." Dimas bertepuk tangan kecil menanggapi cerita dari Alex.

"Kamu juga bocil, mas!"

Suara ayah merusak suasana ke abangan Dimas, di dalam dimensi kehaluannya yang membuat dirinya di tarik kembali ke dunia realita.

"Ayah! Ganggu imajinasi mas aja sih."

Wajah Dimas kembali tertekuk, tapi tak lama karena sang ayah membelikan mereka berdua satu buah ice cream satu kotak besar dengan rasa yang berbeda beda.

"Dah ya! Jangan ngambek lagi." Ucap ayah yang di angguki Dimas yang sedang memakan ice cream nya bersama Alex.

~~~

Sebuah plang dari sebuah perumahan terlihat {selamat datang di perum tapak indah}

"Namanya unik," paman membacanya di dalam batin.

"Paman, itu rumah Al." Alex menunjuk bangunan dengan pohon besar di samping bangunan itu, kalau paman bisa menebaknya pohon itu pasti sudah berumur ratusan tahun.

" Alex menunjuk bangunan dengan pohon besar di samping bangunan itu, kalau paman bisa menebaknya pohon itu pasti sudah berumur ratusan tahun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini visual rumah Alex dan sekeluarga kalau kalian pada lupa :v

Di samping nya ada rumah Abang Alan sama Abang Leon.

/mengangguk/

"Woah rumah mu bikin nenangin Al!" Ucap Dimas menatap takjub rumah Alex yang seperti memancarkan aura kesucian yang besar.

Alex menggaruk tengkuk nya tak mengerti, "Err.. Al nda paham."

Dimas tersenyum maklum, mengusap ngusap rambut hitam Al dengan gemas.

"Gapapa, lupain aja."

Alex mengangguk, dan saat akan mengajar mereka masuk kedalam rumah yang sepertinya sedang kosong itu.

"Eh, dede gemes?" Sapa seorang anak yang memakai seragam SMA.

"Kak Bintang, baru pulang?" Tanya balik Alex kepada Kak Bintang.

Kak Bintang menganggukan kepala nya, "Kamu baru pulang juga? Kok siang banget?"

Alex menatap ke belakang tempat Dimas dan paman nya berdiri, Paman mendekati Alex dan mengambil alih menjawab pertanyaan dari Bintang.

"Tadi om ajak keponakan om sama anak om buat jajan."

Kak Bintang mengangguk menanggapi jawaban dari pamannya Alex, ia berjalan mendekat lalu meminta salim karena sebagaimana pun mereka jarang bertemu.

"Om, apa kabar?" Tanya Bintang setelah salim kepada si Om.

"Seperti yang kamu liat, Bin."

Bintang menghela napas, "Jangan panggil Bin om, nanti dikira nama Bintang itu ubin."

Om tertawa menanggapi, Dimas dan Alex hanya menatap tak mengerti obrolan kedua orang berbeda usia itu. Secara naluri tangan Dimas menarik perlahan kemeja yang sedang di gunakan ayahnya hingga sang ayah menengok.

"Kenapa nak?"

"Kakak itu siapa? Kok ayah kenal."

Ucap Dimas menatap keduanya dengan di selingi pertanyaan yang sudah ia simpan di dalam kepalanya.

Om dan Bintang saling bertatapan.

"Dia Kak Bintang temennya Abang Leon, kamu kenal kan?" Ucap Om kepada anaknya yang terlihat menganggukan kepala nya.

"Dulu sebelum kamu ada, ayah selalu nemenin Leon buat ke rumah dia. Dan semenjak itu ayah jadi kenal deh." Jelas ayah yang di angguki Bintang.

"Ohh gitu, aku paham."

Dimas berbalik ke arah Kak Bintang berada lalu menjulurkan tangannya, Bintang yang melihat itu tak hayal menjabatnya.

"Kenalin aku Dimas, sepupunya Alex sama abang kembar."

"Iya, kenalin juga Bintang temennya mereka bertiga."

Perkataan dari Kak Bintang membuat alis Dimas menyatu, dan dirinya membantin.

'Keduluan? Gak bisa, kan aku sepupunya.' Dengan ekspresi tersenyum dan di balas senyuman oleh Bintang.

"Om, dek Dimas sama Alex. Kak Bintang pamit pulang dulu ya, sebentar lagi Kakak harus berangkat lagi." Ucapnya setelah melepas jabatan tangan dengan Dimas.

"Oke Bin, hati hati."

"Kak Binbin, semangat!"

Dan Dimas memberikan senyuman tanda pengusiran, setelah Bintang pergi ke rumah nya. Paman beserta dua bocil itu masuk ke dalam perkarangan rumah.

Tak sampai 5 menit di dalam rumah, paman mendapat panggilan dari kantor sekolahannya untuk kembali. Terpaksa beliau meninggalkan kedua bocil itu.

"Nanti sore ayah jemput."

"Abang kembar bentar lagi sampai kok, kalian jangan buka pintu buat orang asing ya!"

Alex dan Dimas mengangguk, melambaikan tangan kepada Paman yang sudah melajukan mobilnya.

"Mas, kerjain pr nya dulu yuk! Ajarin Al, Al belum paham." Cengir lucu dari Al.

"Ayok!"

Dimas menganggandeng tangan munyil Alex untuk masuk ke dalam rumah, tak lupa menguncinya.

Tanpa di sadari ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari balik pohon, sembari mendengus sebal.

"Ish!"

***

Hello ges
Aku up lagi, mumpung udah liburan hehe
Kalian dah liburan belum?

Kalo mau komen, komen aja gapapa kok
nda payah malu malu, aku nda gigit
 

Kisah Si BocilWhere stories live. Discover now