[19 : Gift]

28 8 0
                                    

Ketika bel istirahat berbunyi, aku segera menghampiri Nobara, Itadori, dan Megumi yang sedang berbincang-bincang.

Pembicaraan mereka terhenti dan atensi ketiga orang itu pun tertuju padaku.

"Hai, ada apa? Mau berbicara dengan Megumi?" Tanya Itadori.

Pertanyaan tersebut segera disambut oleh tatapan tajam milik Megumi.

Sebisa mungkin aku menyembunyikan kegugupanku di hadapan mereka.

"Ah bukan begitu. Aku ingin bertanya apakah kalian diundang ke pesta ulang tahun Utahime sensei?"

"Ya, kebetulan sekali kami sedang mendiskusikannya. Kau diundang juga?" Tanya Nobara.

Ku anggukkan kepalaku. "Namun aku masih ragu untuk datang atau tidak."

Nobara dan Itadori menutup mulut mereka masing-masing secara dramatis.

"Kita harus berjaga-jaga jika perang dunia ketiga pecah di sana."

"Ayolah yang benar saja," ucapku dengan malas.

Nobara terkekeh pelan. "Bercanda. Kau tidak perlu khawatir untuk datang. Kami bisa menenanimu kok."

"Ya, itu benar. Megumi juga bisa jadi supir antar jemput," timpal Itadori.

Tanpa aba-aba Megumi menarik rambut Itadori. Beberapa kali pria itu mengeluh kesakitan, namun Megumi menghiraukannya.

"Tapi ada satu masalah." Nobara memulai kembali percakapan kami yang sempat tertunda.

"Apa?"

"Hari ini hingga beberapa hari kedepan, aku dan Itadori harus mengikuti pelajaran tambahan sehingga tidak bisa membeli hadiah untuk Utahime sensei.

"Fushiguro adalah orang yang sangat awam terkait perempuan. Kau mengerti maksudnya kan?" Nobara menaik-turunkan kedua alisnya.

"Ya."

"Nah maka dari itu, kami ingin memintamu untuk menemani Fushiguro. Kalau kau tidak keberatan sih."

Menghabiskan waktu berdua dengan Megumi? Tentu saja aku mau. Hanya saja entah mengapa aku merasa sedikit gugup.

Jika aku menolaknya, bagaimana dengan mereka bertiga? Ku rasa tidak apa meluangkan waktu 1-2 jam untuk mencari kado bersama. Sekalian aku pun dapat mempertimbangkan undangan dan kado yang perlu ku berikan.

"Baiklah tidak masalah. Aku tidak mengikuti kelas tambahan apapun kok."

...

Sepulang sekolah, aku dan Megumi berjalan bersama menuju salah satu pusat perbelanjaan.

"Ku rasa memberikan parfum atau aksesoris adalah ide yang bagus," ujarku.

"Mau coba masuk ke sana?" Tanya Megumi sembari menunjuk salah satu toko kosmetik.

"Boleh."

Tak membutuhkan banyak waktu bagi kami untuk menuju tempat bagian parfum. Megumi hanya membuntutiku dari belakang, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Vanilla? Buah? Bunga? Wangi apa yang harus ku pilih?

Aku mencium beberapa parfum tester lalu meletakkannya kembali.

"Aku sangat bingung. Menurutmu lebih enak wangi yang ini atau ini?" Tanyaku sembari menyodorkan dua botol parfum.

Aku tahu ini sangat canggung. Namun bagaimana lagi? Aku tidak pernah belanja dengan pria manapun selain ayahku.

Megumi mencium wangi parfum tersebut secara bergantian.

"Aku lebih suka yang ini. Wanginya seperti wangimu," gumam Megumi.

Aku hanya terdiam. Suhu udara di sekitarku terasa memanas. Apakah wajah dan telingaku terlihat memerah? Kami-sama tolong kirimkan meteor saat ini juga.

Butuh sekitar 2 detik bagi Megumi untuk menyadari efek dari perkataannya tadi.

"Maksudku, wangi parfummu vanilla. Kita pernah duduk bersebelahan di project tugas Gojo sensei. Sedangkan wangi parfum Itadori sangat tidak jelas, seperti campuran tanah dan rumput," jelas Megumi.

"A-ah begitu. Mungkin aku memakai parfum secara berlebihan sampai membuatmu menyadarinya. Apakah itu menganggumu?" Aku berusaha tertawa untuk memecahkan kecanggungan yang ada.

"Tidak sama sekali," jawab Megumi.

"Itu lebih baik daripada parfum Itadori. Jadi kita akan membeli yang ini?"

Ku anggukkan kepalaku dan segera berjalan ke kasir bersama pria berambut hitam itu.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam akhirnya kami mendapatkan 3 hadiah untuk Utahime sensei. Dan kini kami memutuskan untuk membeli fluffy cake juga susu untuk mengganjal perut kami.

Kami menikmati makanan tersebut di sebuah taman yang tak jauh dari pusat perbelanjaan tadi.

"Kau akan membawa pulang yang ini juga?" Tanyaku sembari menunjuk paper bag milik Itadori dan Nobara.

"Ya."

"Ah begitu, baiklah. Kau sudah selesai makannya? Lebih baik kita pulang." Sekilas ku melirik jam tanganku yang sudah hampir menunjukkan pukul 5 sore.

"Ya, mau pulang bersama lagi?"

Ku anggukkan kepalaku. "Rumah kita searah kan? Jadi ku rasa tidak masalah."

...

Author Note :
Guys please don't hate me, I know si Gumi OOC banget 😢😢🤣 Beneran deh, Gumi pulang bareng karena emang searah gitu rumahnya, nothing more than that 🤣🤣 Sebenernya aku udah nulis chapter ini waktu libur kemarin, tapi secara offline gitu. Eh malah ga ke save 🙃 Jadi harus tulis ulang deh. Btw thank you for read this story. I really appreciate your vomment, as always. Love you 💙

Mission Impossible with GojoWhere stories live. Discover now