14

1.6K 111 17
                                    

.

.

"Tuan, bangunlah." Seseorang menggoyang-goyangkan tubuh Naruto yang tertidur di atas meja makan. "Hmn..." Naruto bergerak pelan dengan sebelah tangan yang menumpu tubuhnya. "Maaf, Hinata..." racaunya.

Orang yang menggoyangkan tubuh Naruto mengernyit heran mendengar racauan Naruto. "Hinata?" ujarnya bingung. Lalu, tiba-tiba ia mengingat sosok perempuan yang tadi menemani pelanggannya memesan makanan. "Tuan, tolong bangun. Kami sudah akan tutup!" kali ini ia menggoyangkan tubuh Naruto lebih keras.

"Ayame, apakah orang itu belum bangun?"

Mendengar namanya dipanggil, Ayame menghentikan gerakan tangannya. Ia mendongak sebentar pada pria paruh baya yang menyembul dari pintu dapur. "Belum, Paman Teuchi." jawab Ayame. "Coba kau cek telepon genggamnya. Hubungi saja kenalan atau polisi yang bisa membantu." Paman Teuchi pergi memasuki dapur, kembali berbenah kedainya.

"Ah, benar." Ayame segera mencari gawai Naruto yang untungnya sedang tergeletak di samping tangannya yang terulur di atas meja. Mengabaikan racauan Naruto yang terus menggumamkan kata-kata yang sama, Ayame meraih gawai Naruto yang menyala. "Eh, siapa ini?"

Alis Ayame mengernyit. Layar gawai Naruto menampilkan galeri foto seorang perempuan dari samping. Perempuan itu memakai sejenis bikini berwarna hitam. "Bukankah ini perempuan yang tadi?" gumam Ayame. Mengalihkan pandangannya sedikit, Ayame teringat sesuatu. "Baju ini? Bukankah..."

"Hinata, maafkan aku..."

Racauan Naruto kembali terdengar. Ayame melirik wajah mabuk Naruto yang terlihat menyedihkan. "Kasihan sekali." ibanya. "Yah, bagaimana lagi? Perempuan cantik itu terlihat tidak tertarik padamu, Tuan." suara helaan napas terdengar darinya. "Apalagi dengan tubuhnya yang seksi bak model ini, sudah jelas banyak lelaki yang mengincarnya." Tiba-tiba Ayame termangu, mulutnya terbuka sedikit. "Model lingerie?"

"Ayame, kau sudah menghubungi polisi?"

Paman Teuchi kembali menyahut dari dapur, menyadarkan Ayame yang tengah terkejut. "Ya, Paman, sebentar!" balas Ayame dengan suara agak lantang. Dengan sedikit terburu, Ayame mengeluarkan gawainya yang ia sembunyikan di balik apron. Membuka aplikasi kamera dan memotret foto yang terlihat di layar gawai Naruto. Sebelum Paman Teuchi keluar, Ayame segera menghubungi kontak cepat kantor kepolisian dan menaruh gawai Naruto ke tempat semula.

"Dasar, bukankah aku sudah bilang untuk meninggalkan telepon genggammu saat bekerja?" Paman Teuchi melirik Ayame dari ujung matanya. Setelah polisi datang, ia tahu jika Ayame menghubungi panggilan cepat menggunakan gawainya, bukan melalui gawai si pelanggan mabuk.

"Maaf, Paman. Aku tidak akan mengulanginya." Ayame berkata tanpa menoleh. Matanya fokus memerhatikan Naruto yang tengah mengamuk karena dipaksa ikut ke kantor kepolisian. "Tidak! Aku tidak mau ikut! Aku hanya ingin menemui Hinata!" Naruto berteriak-teriak sembari berusaha melepaskan diri dari tarikan polisi muda yang akan memasukkannya ke dalam mobil.

"Tuan Naruto Uzumaki, tolong bekerjasamalah dengan kami." Polisi muda bernama Hidan kembali menarik Naruto lebih keras lagi. Sungguh pemandangan yang membosankan untuk pria paruh baya seperti Paman Teuchi.

Paman Teuchi menghela napas kasar. Bukannya tidak biasa, hanya saja ia lelah dengan pelanggan merepotkan yang berulang. Mustinya ia segera sadar saat salah seorang pelanggan memesan sake berbotol-botol di saat yang sama. "Ayame, ayo kembali. Beres-beres kedainya belum selesai." Paman Teuchi berbalik ketika mobil polisi akhirnya mulai melaju.

"Ya, Paman. Aku segera menyusul." Ayame menanggapi seadanya. Matanya masih fokus memerhatikan mobil polisi yang perlahan berjalan meninggalkan kedai. "Naruto Uzumaki, ya?" gumamnya pelan.

Look and Lock [SasuHina x Naruto]Where stories live. Discover now