🎗️ Delapan Belas - Ribuan Alasan.

282 282 30
                                    

«••·••»

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

«••·••»

Seseorang yang sifatnya memang kasar tidak akan bisa berubah kecuali dirinya tersadar akan kekasarannya. Berkali-kali merutuki diri usai melihat hal yang paling menyakitkan hatinya dan kata-kata sumpah serapah ia lontarkan pada dirinya sendiri. Memang begitu menyakitkan, hatinya terasa terkoyak-koyak dan tertusuk puluhan pisau ke dalam ulu hatinya. Kesadaran akan sesuatu yang menyakitkan karena ulah diri sendiri menambah rasa perih di dalam hati. Seorang singa yang ingin mengamuk, namun tertahan.

George kini duduk diam di atas kasur, dengan kepalanya yang menunduk, dan tangannya meremas celananya. Tak hanya itu, keringat mengucur deras di pelipisnya dan mulutnya mengeluarkan suara gertakkan gigi. Tidak ada suara selain gertakan gigi di sekitar tempat yang George tempati. Namun, suara batinnya begitu ramai dan bergemuruh. Menyalahkan semua orang-dimulai dirinya sendiri lalu ke semua orang.

Tiba-tiba, genggaman tangan terasa di tangannya. Genggaman erat yang mengusik dirinya hingga membuatnya sontak menoleh ke arah tangannya. "Na?" tanyanya terkejut. "Nana tidak apa-apa?" tanya lagi. Wajahnya benar-benar terlihat khawatir. Tubuhnya berbalik arah menghadap ke arah Nana di sampingnya.

Nana hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tidak apa, Yah. Nana hanya kelelahan setelah bermain," jawabnya. "Maka dari itu, Nana tertidur di depan pintu Villa. Maafkan Nana, ya?" Genggaman tangan semakin ia eratkan.

Senyuman kasih sayang terukir di wajah George. Tangannya mengelus-elus rambut anaknya dengan sangat lembut. Seolah, singa yang ingin mengamuk tiba-tiba menjadi seekor kucing jantan yang memanjakan anaknya. Pikiran George langsung menjadi lebih positif. Ia berpikir jika anaknya terlalu bosan berada di Villa sendirian, hingga memutuskan untuk bermain ketika melihat pengunjung pantai bermain.

"Tidak apa-apa. Lain kali, beritahukan Ayah terlebih dahulu sebelum keluar dari Villa, ya? Ayah benar-benar khawatir hingga membuat William menangis." George terkekeh geli. "Apa Nana tidak merasa kasihan dengan Paman Will? Ekspresi wajahnya pasti benar-benar panik dan takut." Ia tertawa terbahak-bahak membayangkan bagaimana ekspresi wajah William yang tidak bersalah ketika George memarahinya.

Nana ikut tertawa bersama setelah membayangkan apa yang Ayahnya bayangkan. Air matanya sempat keluar di saat orang yang mereka bicarakan tiba-tiba datang. "Paman Will?" panggil Nana. Ia berusaha bangun dari tidurnya dibantu oleh George. "Nah, sekarang Ayah harus meminta maaf pada Paman William," ucapnya.

"Iya, Na. Sini kau Will," ucap George sembari meminta William untuk mendekat. Setelah William benar-benar berada di depannya dengan wajah kebingungan, George langsung bangkit dari duduknya. Tiba-tiba ia menundukkan tubuhnya. "Maafkan saya, Will. Karena saya, kau dan yang lain sudah kelelahan mencari Nana selama satu minggu ini," ucapnya.

Ayahku Gangster [ END ] ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora