🎗️ Dua Puluh Sembilan - Perjanjian Lawan dan Kawan.

258 275 32
                                    

«••·••»

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

«••·••»

"Bagaimana keadaan perut ayahmu, Efilian?" Seseorang yang sedang sibuk pada kegiatannya menyadari keberadaan Nana yang datang dari belakangnya. Senyum tersungging di bibirnya, senyumnya tenggelam dalam kegelapan malam. Lampu-lampu di sekitar gedung hanya sedikit menyinari tubuhnya. "Apa yang keluarga terakhir Efilian lakukan di gedungku semalam ini?" tanyanya.

"Pendarahannya telah berhenti, tapi kesadarannya belum pulih." Langkah kakinya terhenti tepat di sebelah meja. Dengan santainya, dirinya bersandar pada meja dan kedua tangannya terlipat di dada. "Aku hanya ingin mengobrol denganmu. Mengobrolkan tentang apa pun yang ingin aku ketahui. Walaupun aku masih terlihat seperti anak kecil, aku tidak ingin dianggap sebagai anak kecil seperti umumnya," jawabnya.

Suara tawa terdengar menggema mengisi seisi ruangan. Langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arah Nana. Sontak Nana langsung membuka kedua matanya dan melirik sekilas seseorang yang mendekat ke arahnya. Tubuh Nana langsung kembali tegak menghadap ke arah seorang pria berbadan kekar dengan tubuh yang berlapis jas berwarna hitam. Kedua mata Nana melirik tajam dan penuh dendam ke arah seorang pria yang menghampirinya.

Seorang pria menghentikan langkahnya tepat di kursinya. Kemudian, dirinya duduk di kursinya, menyandarkan punggungnya ke belakang sandaran kursi. Bibirnya tersenyum begitu manis, kedua matanya menatap ke arah Nana, dan tangan kanannya melambai-lambai ke arah Nana meminta Nana untuk mendekat ke arahnya. "Kemarilah, Efilian," ajaknya sembari tersenyum.

Mendengar pria itu memanggil, Nana langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah pria yang memanggilnya. Kepalanya menoleh ke sana-kemari dengan wajah yang terlihat sangat kebingungan. "Apakah aku perlu terus berdiri sembari mengobrol denganmu, Jordie?" tanya Nana memastikan. Ia menghembuskan napas lelahnya. "Kantormu benar-benar tidak tersedia satu kursi untuk tamu?" tanyanya lagi.

Pria yang bernama Jordie menepuk-nepuk pahanya.

"Aku bukan wanita murahan seperti Runa Efilian, Jordie," tandas Nana membela diri. Kedua alisnya mengkerut menatap tajam ke arah Jordie. Kakinya melangkah menjauh dari Jordie dan mengambil posisi duduk di atas meja, membelakangi Jordie. Kedua tangannya terlipat di dada dan menaikan kaki ke atas.

Melihat Nana membelakangi dirinya, Jordie menyeret kursinya untuk menuju tepat di depan Nana. "Tidak bisakah kau tidak mencari masalah denganku?" tanya Jordie. Matanya menyorot tajam ke arah Nana. "Kau benar-benar membuat marah karena kau tidak memiliki semangat tinggi. Kesempatanku untuk melawan keturunan terakhir Efilian dan Sebastian dengan semangat yang berapi-api telah hilang," ucapnya.

"Aku memiliki firasat. Firasat tentang aku yang pasti akan kalah jika melawanmu. Maka dari itu, aku kemari untuk berbicara tentang itu," balas Nana, matanya menatap penuh mengintimidasi ke arah Jordie. Kemudian, ia turun dari meja dan melangkahkan kakinya menuju ke dekat jendela. "Apakah kau akan menyetujui permintaan dan perjanjian dariku?" Kedua tangannya berada di belakang, kedua matanya mengarah ke luar jendela.

Ayahku Gangster [ END ] ✓Where stories live. Discover now