🎗️ Dua Puluh Tujuh - Kebencian Seorang Anak.

262 277 30
                                    

«••·••»

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

«••·••»

Awan menyingkir memberikan celah sang mentari untuk bersinar. Bersinar membawakan sinarnya yang hangat serta suhunya yang amat panas. Waktu terus berjalan diiringi pemutaran bumi yang berputar selama 1.670 km/jam. Di saat bumi berputar seperti biasanya, Nana dan orang yang berada di pihaknya terus bersiaga akan serangan. Serangan yang tidak memiliki kepastian akan kedatangannya.

Tidakkah terlalu tidak adil jika Nana menyerang Jordie tanpa diserang kembali oleh korban penyerangannya? Namun, walau Jordie tidak menyerang selama beberapa menit setelah Nana menyerangnya, Nana benar-benar yakin jika Jordie akan menyerangnya. Jika memang Jordie tidak akan menyerangnya, lantas bagaimana dengan latihannya selama seminggu penuh setelah diri Nana bangun dari koma? Nana berpikir jika latihannya selama ini ... sia-sia.

Akan tetapi, bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika Jordie menyerang Nana dengan jekuatan penuhnya dan pihak Nana akan berakhir? Tidak. Nana dan pihaknya tidak menginginkan hal itu terjadi pada mereka. Lalu, bagaimana selanjutnya? Apa yang harus mereka lakukan sebagai sesama musuh yang memusuhi satu sama lain? Jika pihak Nana mulai menyerang, Nana tidak yakin akan menang.

Laki-laki licik seperti Jordie pasti akan memenangkan pertarungan.

Hembusan napas dari Jordie membuat Nana dan George terkejut. Sontak Nana semakin menekankan pisaunya pada leher Jordie. Namun, pihak Nana semakin terkejut ketika Jordie mengangkat kedua tangannya ke atas. Dengan cepat, George membawa Nana ke belakang bersama William yang berada di sampingnya. Kemudian, mereka mengambil posisi bersiap akan serangan.

"Jangan takut, George, aku hanya ingin menyerah kepada kalian. Aku tidak ingin melihat Efilian mati tragis seperti waktu itu." Jordie kemudian menurunkan kedua tangannya dan senyum tersungging di bibirnya. Kemudian, ia melepaskan senyumannya. "Jaga dirimu baik-baik, Efilian. Karena kau adalah keturunan Runa, seorang wanita yang sangat baik dan lembut padaku-tidak pada George." Tubuhnya berbalik membelakangi Nana.

"Brengsek kau!" cela George.

Langkah Jordie terhenti ketika dirinya mendengar suara George. Tubuhnya kembali berbalik menghadap ke arah Nana dan yang lain. Tangannya menunjuk pada dirinya sendiri dengan salah satu alisnya terangkat. "Aku? Brengsek?" jawab Jordie dengan suara tawanya. Ketika tawanya terhenti, wajah mengerikan terlukis indah di wajahnya. "Memang." Kedua matanya menatap tajam ke arah George. Ia kemudian membisikkan sesuatu yang hanya bisa didengar oleh Nana.

Setelah berucap, Jordie membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan George dan kedua orangnya. George, Nana, dan William hanya menatap kepergian Jordie dengan tatapan tajam yang tidak terlepas. Hanya membutuhkan beberapa menit untuk Jordie meninggalkan mereka hingga jejaknya menghilang. Setelah itu, Nana menatap tajam ke arah George dengan wajah yang penuh pertanyaan akan semuanya yang tidak dirinya ketahui.

"Ada apa, Sayang?" tanya George, salah satu tangannya terulur untuk mengelus-elus kepala anaknya. Namun, belum sampai pada kepala Nana, tangannya tertepis oleh tangan Nana dengan kasar. "Kenapa?" tanya kembali George. Wajahnya terlihat sangat penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Nana. Anak tersayangnya tidak seperti biasanya.

Ayahku Gangster [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang