Chapter 8

56 3 0
                                    

Happy Reading.

Sore ini, Rafael berniat mengajak Mora jalan-jalan dan sekalian makan malam diluar. Sudah lama dirinya dan Mora tidak pergi keluar. Bahkan terhitung hanya beberapa kali saja mereka jalan berdua selama pacaran. Tidak sampai sepuluh kali.

Rafael sudah rapi dengan setelan celana jeans hitam dan kaos putih polos serta dibalut dengan jaket kulit hitamnya. Ia memang suka memakai style dengan warna yang dominan hitam.

Dia sudah berada didepan rumah Mora, tapi rumah itu terasa sepi, tidak seperti biasanya. Tapi Mora pergi kemana? Gadis itu tidak pernah keluar rumah jika tidak ada yang penting. Bahkan Mora datang kerumahnya hanya saat dirinya suruh, jika tidak, maka Rafael lah yang akan datang kerumah Mora.

Tidak mau ambil pusing, ia segera masuk kedalam, rumah Mora memang tidak dikunci.
Dia mengedarkan pandangannya keseluruh sudut rumah untuk mencari keberadaan gadis itu, tapi dia tidak ada. Ia mencari kedapur, dan tetap tidak ada.

"Ra," panggil Rafael berharap Mora mendengarnya. Tapi gadis itu tetap tidak menjawab. Akhirnya Rafael berjalan menuju kamar Mora. Rumah Mora memang tidak semewah rumahnya yang berlantai dua. Rumah Mora hanya memiliki 3 kamar, satu dapur sederhana, dan ruang tamu digabung dengan ruang keluarga. Sederhana tapi sangat nyaman. Bahkan rasanya Rafael ingin tinggal bersama Mora disini dari pada dirumahnya yang sudah seperti rumah kosong. Walaupun mewah tapi rumah itu sangat sepi dan sunyi, hanya suara tangisan dan pukulan yang kadang menghiasinya.

Sesampainya dikamar Mora, Rafael melihat gadis itu tengah tertidur lelap diatas kasurnya. Rafael tersenyum melihat gadisnya tidur, Mora terlihat sangat damai dan tenang jika sedang tidur. Perlahan Rafael mengahampiri Mora dan ikut naik ke atas ranjang gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Mora dan memberikan kecupan singkat di dahinya. "Ra, bangun. Ayo kita jalan."

Kemudian Rafael mengelus-elus pipi Mora dengan lembut, dan setelahnya ia menepuk-nepuk pipi itu, berharap Mora bangun dari tidurnya.

Mora yang merasa terusik pun menggeliat dan perlahan membuka matanya. Ia melihat Rafael yang tengah tersenyum manis padanya. Ia mengucek matanya agar bisa terbuka dengan sempurna. "Apa?" Tanya Mora dengan serak khas orang bangun tidur.

"Bangun, ayo kita jalan." Rafael menarik-narik tangan Mora agar bangun dari tidurannya.

"Jalan kemana?" Dengan malas Mora bangun dari tidurnya, ia masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Kemana aja, asalkan kita jalan-jalan."

"Sampai malam?"

Rafael mengangguk. "Sekalian kita makan malam diluar."

"Duhh, tapi aku belum masak buat kak Axel, El," keluh Mora sambil menjedai rambutnya.

"Ayolah Ra. Nanti bang Axel kamu suruh pesen makanan online aja," bujuk Rafael masih dengan menarik-narik tangan Mora.

Mora menghembuskan nafas kasar. "Ck, yaudah iya. Bentar aku siap-siap dulu."

Rafael tersenyum lebar dan mencium pipi Mora singkat. "Oke."

Mora yang kesal karena dicium pun balas mencubit hidung mancung Rafael.

"Sakit Ra," adu Rafael dengan bibir dimajukan sambil mengelus-elus hidungnya yang dicubit oleh Mora dengan tidak manusiawi.

Mora tidak mempedulikannya, dia mulai melangkah menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap.

RAFAEL (Hiatus)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin