Chapter 9

47 4 0
                                    

Happy Reading.


Puas dengan danau. Mereka berdua sekarang mulai mencari makan malam. Karena Mora sepertinya sudah lapar, jadi Rafael langsung mengajaknya mencari makan.

Rafael mengemudikan motornya dengan lambat, hal itu membuat Mora berdecak kesal. Tidak sampai-sampai jika jalannya hanya seperti ini. "Kok jalannya lelet gini, sih, El?"

"Biar makin lama dipeluk sama kamu," sahut Rafael sambil nyengir.

"Nggak akan aku peluk, kalo jalannya aja lebih cepet orang lari," kemudain Mora mulai melepaskan pelukannya.

"Yaudah kalo gitu," jawab Rafael langsung menancap gasnya agar lebih cepat.

Hal itu membuat Mora yang belum siap hampir saja terjungkal kebelakang. Untungnya gadis itu dengan sigap langsung memeluk Rafael. "Kamu mau aku jatoh?!"

Rafael tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Mora. "Katanya suruh cepet, ya aku tancap gas lahh."

"Nggak gitu juga, Ael." Ucap Mora dengan nada menggeram. Ia mati-matian menahan agar tidak menampol kepala cowok didepannya.

"Yaudah-yaudah maap." Akhirnya Rafael melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Mau makan apa, hm?" Tanya Rafael. Ia bingung ingin makan apa dan dimana. Biasanya ia hanya memesan online.

"Emm...Aku pengen makan bakso, El. Kayaknya enak tuh, malam-malam gini makannya yang anget-anget," jawab Mora sambil membayangkan betapa enaknya bakso.

"Yaudah kalo gitu, kita makan bakso. Mau di restoran mana?" Tanya Rafael lagi. Ia tidak tau restoran mana yang menjual bakso seperti yang diinginkan Mora.

"Ihh, nggak usah direstoran. Dipinggir jalan aja."

"Serius mau dipinggir jalan?" Rafael memastikan.

Mora mengangguk. Ia menyapu pandangannya untuk meneliti jalan disekitar mereka apakah ada penjual bakso atau tidak. Mata Mora menangkap sebuah gerobak bertuliskan 'Bakso Kang Piran' di ujung jalan. Pengunjungnya lumayan ramai, pasti bakso itu enak.

"Itu, El. Kita makan disana aja," tunjuk Mora dengan antusias pada gerobak yang tadi ia lihat.

Rafael mengangguk dan menjalankan motornya menuju tukang bakso itu.

Sesampainya disana, Mora langsung turun dan memesan. "Kang, baksonya dua!"

"Siap neng, ditunggu dulu ya," jawab Kang Piran, sang penjual bakso.

Mora yang memang sudah lapar jadi tambah lapar saat mencium aroma kuah bakso yang sungguh membuat perutnya semakin keroncongan.

Setelah selesai memesan, ia mengajak Rafael untuk duduk lesehan di tikar yang sudah disediakan. Vibes makan dipinggir jalan memang beda.

"Kamu suka?" Tanya Rafael sambil memperhatikan Mora yang matanya sudah berbinar menatap gerobak bakso tersebut.

Mora mengangguk antusias. "Nanti kamu cobain, pasti suka. Apalagi kalo pedes, buehh tambah enak" Mora mengacungkan dua jempolnya.

Rafael tersenyum melihat keantusiasan gadis itu. Kebahagiaan Mora memang sederhana, bahkan yang orang lain anggap sepele, akan menjadi kebahagiaan yang besar untuk Mora.

Tak berselang lama, bakso yang mereka pedan sudah jadi. Kang Piran sang penjual bakso membawa 2 mangkuk bakso pesanan Mora tadi menuju tempat keduanya duduk. "Makasih kang," ucap Mora pada penjual bakso. Kang Piran hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

Mora langsung menuangkan kecap, saus, dan sambal pada baksonya. Sambalnya pun ia tambah agar sedikit lebih pedas.

Rafael yang melihatnya hanya bergidik ngeri, ia memang anti dengan makanan yang terlalu pedas. Karena penyakit maagnya, Mora jadi selalu melarangnya saat ingin mencoba sesuatu yang pedas. Alhasil, bakso yang ia pesan hanya Rafael tambahkan kecap serta saus saja. Tidak ia tambahkan sambal.

RAFAEL (Hiatus)Where stories live. Discover now