Chapter 11

32 1 0
                                    

Happy Reading.


Mora dan Devan saat ini sedang menunggu Rafael yang sudah ditangani oleh dokter. Mora duduk tidak tenang di depan ruang rawat Rafael. Air matanya juga belum berhenti turun, tidak ada isakan, dia hanya menangis dalam diam. Sedari tadi ia terus merapalkan doa-doa agar Rafael selamat dan tidak mendapat luka serius.

Selama Mora mengenal Rafael. Baru kali inilah Rafael masuk rumah sakit karena dipukuli oleh papanya. Biasanya tidak sampai masuk rumah sakit, hanya Mora rawat dirumah. Tapi kali ini, papa Rafael sudah berlebihan.

Mora terus memandangi pintu ruang rawat. Ia berharap dokter segera keluar dan memberitahu bahwa Rafael baik-baik saja.

Devan yang melihat Mora begitu cemas hanya bisa diam, sesekali ia mengelus punggung Mora, mencoba memberikan ketenangan. Dia juga kaget saat Mora menelponnya dan meminta bantuan. Devan kira ada apa, ternyata Rafael tak sadarkan diri dengan luka serta lebam disekujur tubuhnya. Ia tidak menyangka saat Mora menceritakan semuanya tentang kehidupan Rafael selama ini. Orang yang Devan kira selalu bahagia,  karena sudah diberikan perhatian serta kasih sayang yang amat besar dari gadis tulus dan baik hati seperti Mora. Tapi ternyata dia salah, Rafael juga mendapat luka yang amat besar dari papanya sendiri.

"Tenang, Ra. Ael pasti baik-baik aja," Devan kembali mengelus-elus punggung Mora.

Mora diam, ia menatap Devan yang juga sedang menatapnya. "Van, gue minta sama lo, tolong jangan kasih tau siapapun tentang kehidupan Ael yang tadi gue ceritain," Pinta Mora.

"Cukup lo sama gue aja yang tau," imbuh Mora.

Devan mengusap sisa air mata dipipi Mora dengan tangannya. "Tapi nanti kalo temen-temen gue nanya gimana? Gue harus kasih alasan apa?"

"Apa aja. Asal jangan kasih tau tentang kehidupan Ael," balas Mora.

"Maaf, Ra. Gue nggak bisa. Gue akan tetap jujur ke mereka bertiga," tolak Devan.

Mora menghela nafas pelan, sebelum akhirnya mengangguk.

Melihat itu, Devan menepuk pundak Mora. "Ael nggak akan marah kok."

Mora mengangguk. "Semoga aja iya."

"Enggak kok, Ra," kata Devan.

"Mau gue ceritain tentang Ael saat dia masih SMP?" Tawar Devan, mencoba mengalihkan perhatian Mora, agar gadis itu tidak sedih lagi. Ia memang sudah mengenal Rafael sejak duduk dibangku SMP.

Mora mengangguk, ia tertarik dengan topik ini.

"Dulu, Ael nggak beda jauh dari sekarang. Tapi, kalo dulu Ael manja sama mamanya. Kalo sekarang manjanya sama lo."

"Ael dulu punya keluarga yang lengkap dan sangat harmonis. Dia selalu ceritain kisah-kisah keluarganya sama gue. Kadang gue iri sama dia, karena dia selalu dapet kasih sayang dan perhatian dari nyokap bokapnya. Sementara gue nggak pernah. Mama sama papa sibuk kerja diluar negeri. Mereka nggak pernah pulang sejak gue masih SMP sampai sekarang. Gue tinggal cuma sama asisten rumah tangga." Cerita Devan sambil mengingat-ingat dirinya dan Rafael saat masih menduduki bangku SMP

"Gue selalu kesepian. Tapi, selalu ada Ael yang ngehibur gue. Gue selalu main kerumah dia, mamanya baik banget sama gue. Udah berasa dianggap anak gue." Devan terkekeh, sebelum akhirnya melanjutkan ceritanya lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAFAEL (Hiatus)Where stories live. Discover now