03꒷꒦˖KEHADIRAN YANG CEPAT BERLALU

18.7K 1.6K 1.2K
                                    

Seseorang yang datang dengan janji untuk tinggal selamanya, namun pada akhirnya, ia malah mengecewakan dan meninggalkan luka yang sulit untuk di sembuhkan.

03. KEHADIRAN YANG CEPAT BERLALU.

Di pagi hari yang cerah ini, seorang remaja laki-laki sudah siap dengan seragam putih abu yang melekat di tubuhnya. Kedua tangannya sibuk memasang dasi untuk memperlengkap atribut sekolahnya. Setelah di rasa rapi, laki-laki itu kemudian beralih merobek kertas kosong yang ada di atas meja belajar. Kertas yang di robek itu kecil, tingginya sekitar 3 cm dan lebarnya 7 cm. Tangan kekar laki-laki itu menggenggam pena yang mulai menari di atas kertas putih.

Semangat cantiknya Aga<3

Dermaga Aksa Devantara. Laki-laki yang sudah siap untuk berangkat sekolah itu menggulung sebuah kertas kecil pada sebuah tangkai bunga mawar putih yang ia beli semalam—selepas pulang dari pantai. Dermaga sengaja membelinya hanya untuk Senja.

Dermaga meraih ransel hitamnya, ia melangkah menuruni satu persatu anak tangga. Dermaga langsung berpamitan kepada orang tuanya yang sedang sarapan di meja makan, Dermaga juga menolak ajakan untuk sarapan bersama pagi itu. Entah mengapa, sejak semalam Dermaga merasa gelisah, kepalanya tak bisa berhenti memikirkan sosok Senja, apalagi semalam  gadis itu menghilang tanpa kabar. Pagi ini, Dermaga segera berlalu untuk menjemput sekaligus memastikan kondisi Senja ke rumahnya.

Satu tangkai mawar putih yang dibawa oleh Dermaga di masukkan kedalam ranselnya, karena laki-laki itu akan mengendarai motor sportnya. Dermaga tersenyum kecil dibalik helm full face ketika membayangkan ekspresi wajah Senja yang berbinar ketika ia datang membawa mawar putih untuknya.

“Senja pasti senang,” batin Dermaga berucap.

Dₑᵣₘₐgₐ

Ada yang berbeda pagi ini. Dermaga melihat pekarangan rumah Senja yang begitu ramai oleh orang-orang. Dermaga juga mendengar suara jeritan seorang wanita dari dalam rumah itu. Ada suara tangis yang terdengar sangat pilu. Banyak berbagai macam ucapan yang keluar dari mulut orang-orang yang sedang berkumpul mengerubungi rumah kecil minimalis yang menjadi tempat tinggal Senja.

Dermaga membelah kerumunan, berusaha menerobos untuk masuk kedalam rumah itu. Hal pertama yang Dermaga lihat adalah Elang dan Erina yang sedang menangis histeris seraya berpelukan di depan pintu kamar Senja. Sedangkan Rendra melamun sembari menggigit kuku jarinya gelisah.

“Om, ini ada apa?” tanya Dermaga kepada Rendra. Tapi, pria paruh baya itu hanya diam.

Sepasang kaki Dermaga kembali melangkah—menghampiri Elang dan Erina.

“Tante, El, ini ada apa? Kenapa kalian nangis? Senja mana?”

Elang dan Erina bungkam. Lagi-lagi pertanyaan dari Dermaga hanya di anggap sebagai angin lalu. Laki-laki itu kebingungan. Kedua bola mata Dermaga mengerling menatap sekeliling rumah itu. Ada beberapa orang yang bergidik ngeri, ada yang berbisik-bisik, dan ada juga yang baru datang tanpa mengetahui apa-apa, sama halnya seperti Dermaga.

“Permisi pak, ini ada apa, ya?” Dermaga bertanya pada seorang pria berpeci putih yang berdiri disebelahnya.

“Itu, putrinya Bu Erina bunuh diri di dalam kamarnya,” jawab bapak tersebut, sontak membuat kedua bola mata Dermaga membulat sempurna.

Tubuh Dermaga mendadak terasa kaku, napasnya tercekat dan tertahan di rongga dada. Tanpa sadar kedua tangan Dermaga mengepal kuat. Ia memberontak untuk bisa masuk kedalam kamar Senja, laki-laki itu mendorong tubuh Elang ke samping karena menghalangi jalannya. Dermaga harus memastikan bahwa apa yang di ucapkan oleh pria paruh baya tadi adalah sebuah ucapan dusta.

DERMAGA: Kekasih Dalam IlusiWhere stories live. Discover now