05꒷꒦˖MANIPULATOR?

16.2K 1.2K 479
                                    

Semua kenangan yang kau tinggalkan, akan selalu terukir abadi bersama hati yang berantakan.

05. MANIPULATOR?

“Aku rindu Senja.”

Dermaga bergumam pelan sembari memejamkan matanya dalam pelukan Mamanya. Subuh tubuh Dermaga tinggi, hembusan napas berat yang tak beraturannya pun terasa hangat.

“Aku butuh Senja.”

“Aku mau Senja...”

Mentari—Mama Dermaga yang baru saja pulang dari rumah sakit pun hanya bisa tersenyum pedih. “Seharusnya, kamu nggak menaruh harapan berlebihan kepada seseorang. Karena jika orang tersebut pergi meninggalkanmu, maka kamu akan merasa seperti kehilangan arah dan tujuan hidup.”

Diam-diam Dermaga membenarkan kalimat dari Mamanya. Ia kemudian berkata, “Aku nggak baik-baik aja setelah kehilangan Senja, Ma. Banyak yang ikut hilang dalam diri aku.”

“Kamu telah kehilangan diri kamu sendiri, Maga.” Mentari melepaskan dekapan itu. Matanya yang berkaca-kaca menatap kedua netra Dermaga dengan lekat. “Jika kamu berani mencintai, itu artinya, kamu juga harus siap dan berani untuk merelakan kepergiannya.”

Dermaga menundukkan pandangannya, ia kembali mencoba memahami apa yang dikatakan oleh Mentari.

“Kalo kamu nggak mau merasakan pahitnya kehilangan dan patah hati yang mendalam, sebaiknya kamu nggak usah jatuh cinta,” lanjut wanita paruh baya itu.

Dermaga menghela napas panjang. Mengapa Senja harus pergi jauh meninggalkannya? Di masa SMPnya, Dermaga selalu dirundung oleh teman-temannya tanpa alasan yang jelas. Senja adalah satu-satunya orang yang mau menerima Dermaga dengan baik. Di saat semua orang berlomba-lomba untuk menjauhi dan merendahkannya, Senja justru mengulurkan tangannya untuk mengajak Dermaga bangkit dari segala keterpurukannya.

Dermaga akhirnya melangkah gontai menuju kamarnya, meninggalkan Mentari tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setibanya di sana, laki-laki itu lantas melamun di atas ranjang dengan tatapan yang kosong.

“Aku bersamamu, tapi dari jauh...”

Samar-samar Dermaga mendengar bisikkan halus di telinganya. Jantungnya mendadak berpacu cepat.

“Aku selalu ada di tempat yang sama. Jika kamu butuh tempat pulang, pulanglah. Aku selalu menantimu.”

Tetesan keristal bening berhasil lolos di pelupuk mata Dermaga. Kedua netranya mengerling kesegala penjuru ruangan untuk mencari sosok yang ia rindukan. Namun nyatanya, halusinasi sedang menguasai pikirannya. Senja tidak ada disana. Senja tidak akan pernah kembali lagi kedalam dekapannya.

“Senja!” Laki-laki bermata sipit itu menjambak rambutnya frustasi. “Kembali, Senja!”

Disisi lain, Samudra diam-diam mengintip dibalik pintu. Anak laki-laki itu sangat tahu, bagaimana hancurnya Dermaga tanpa sosok Senja di hidupnya.

Samudra kemudian menyandarkan punggungnya pada tembok dekat pintu, ia meraup wajahnya seraya melirih didalam hatinya. “Saat kak Senja pergi, aku pikir, aku hanya kehilangan satu sosok Kakak yang selalu ada untukku. Tapi nyatanya, aku salah. Aku kehilangan dua Kakak sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Aku kehilangan Kak Senja, aku juga kehilangan bang Aga.”

Dₑᵣₘₐgₐ

“Alasan Senja mengakhiri hidupnya itu, karena apa?”

DERMAGA: Kekasih Dalam IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang