Chapter 1.

1.6K 84 43
                                    

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah: 153).

-
-
-

"Terkadang takdir yang Allah berikan untuk mu sangat lah begitu istimewa, hingga suatu saat di mana kamu terdiam dan kagum melihat kejutannya."

(Nuwaira Shanum Al-Fatih)

-
-


"Sudah gue bilang jangan berani ke kantor gue! Lo tuh budeg apa gimana hah!" kini amarah Ezhar memuncak, dirinya menatap tajam seorang perempuan yang sedari tadi hanya terduduk dan menangis di lantai.

"Semua yang lo lakuin buat gue tuh nggak ada artinya, lo cuman bikin malu kalo ke kantor gue!"

Ezhar berjalan mendekati perempuan tersebut dan menginjak tanganya, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Arrgghh!"

"S-sakit mas Ez,"ucap Aira yang masih dengan tangisannya.

Perumpuan yang sering di sapa Aira tersebut menangis melihat perlakuaan kasar Ezhar terhadapnya, setiap kali kemarahan Ezhar dirinya selalu merasakan pukulan, caciaan dan hinaan darinya.

Walau pun Aira sering di perlakukan kasar oleh Ezhar, Aira masih tetap berlaku lembut terhadap laki-laki bajingan tersebut.

"Emang gue peduli sama ucapan rasa sakit lo itu,"ucap Ezhar meludah kepala Aira.

Aira memejamkan matanya saat Ezhar meludahi kepalanya, dia masih bisa tersenyum di dalam hatinya karena ludahan tersebut tidak mengenai kepalanya. Dan masih terlindungi oleh hijab syar'i mikiknya.

"Mas, aku salah apa sampai-sampai aku selalu di pukul sama kamu?"

"Kenapa aku selalu di larang buat pergi ke kantor kamu, mas. Padahal aku cuman mau nganterin bekal buat kamu,"ucap Aira yang menumpahkan isi hatinya.

"Cih!"

Ezhar perlahan mendekati Aira dan menurunkan sedikit badannya untuk menyamai badan Aira, Aira mengangkat kepalanya melihat wajah marah Ezhar.

Ezhar menangkup pipi Air menggunakan satu tangannya dengan kasar, membuat Aira merasakan sakit.

"Dengerin gue baik-baik perempuan haram! Sampai kapan pun jangan berani lo injakan kaki lo ke kantor milik gue!"

"Kantor gue tidak menerima perempuan haram kaya lo! PAHAM!!"

Perkataan Ezhar berhasil membuat hati Aira sakit, sungguh kata-kata tersebut sangat begitu menyakitkan. Di tambah kata tersebut keluar dari mulut suaminya sendiri, sedari dia masih kecil hingga sekarang mempunyai suami kata tersebut masih terdengar di telinganya.

Entah apa kesalahan Aira pada mereka hingga mereka yang selalu mengatain Aira, adalah perempuan haram. Yang dia tau kedua orang tuanya adalah orang tua baik-baik, tapi mengapa semua orang bisa mengatakan dirinya perempuan seperti itu.

"Stop mas Ezhar!"

"Jangan pernah kamu keluarkan lagi kata-kata itu dari mulut kamu, sungguh kata-kata yang kamu keluarkan begitu menyakitkan!"

"Aku istri mu mas, tidak sepantasnya kamu mengatakan bahwa aku adalah perempuan haram."

Kini Aira, sedang menahan mati-matian air matanya, padahal sedari tadi matanya sudah berkaca-kaca ingin mengeluarkan air yang sudah banyak ia bendung.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang