Chapter 5.

562 56 30
                                    

Jangan lupa sebelum baca like, comment ya!

___________________________

Ezhar melangkahkan kakinya mendekati meja di ruangan kerjanya, sekarang laki-laki tersebut sedang berada di kantor. Dia mengambil ponsel miliknya, yang berada di saku celana.

Dia duduk di kursi kebesarannya dan membuka laptop untuk melihat data-data perusahaan miliknya.

“Apa kabar nak, apakah kamu dan istiri mu baik-baik saja?”

Seseorang di sebrang telpon itu sedang berbicara dengan nada senang dan rindu.

“Istri? Aku tidak memiliki istri,”ucap Ezhar dengan dingin. Tidak ada rasa rindu atau pun bahagia di dalam dirinya. Tangannya mengotak atik laptop, sedangkan mulutnya fokus berbicara dengan orang di sebrang telpon sana.

Apa kamu lupa bahwa kamu sudah menikah, ayo lah nak jangan seperti ini. Bunda dan Ayah berharap kamu menerima pernikahan itu.”

“Apa kaliaan tidak mengerti perasaan ku hah, aku menerima pernikahan ini atas kemuan kaliaan dan juga mertua ku. Jika bukan karena hal itu aku tidak akan menikahi gadis haram itu!”

Ezhar Faruq Khatab! Apa yang kamu ucapkan! Ayah dan Bunda tidak pernah mengajarkan kamu berbicara seperti itu, bagaimana pun dia tetap istri kamu.”

“Ayah maaf kan Ezhar, tapi Ezhar tidak bisa menerima pernikahan ini. Ezhar masih ingin bersenang-senang,”ucap Ezhar dengan nada sedikit lemah.

Lusa Ayah dan Bunda akan berkunjung ke rumah kaliaan, bersikap sopan lah jika kamh tidak ingin menjadi gembel.”

“Aku ini anak kaliaan bukan perempuan haram itu, lantas mengapa aku yang harus mengalah. Dia terlalu haram untuk aku, lantas bagaimana anak ku nanti,”ucap Ezhar tidak terima.

"Ayah dan Bunda tidaj perduli, yang jelas jika kamu bersikap seperti itu lagi lebih baik kaliaan cerai.”

“Hahaha justru itu yang aku harapkan dari dulu ayah,”ucap Ezhar.

“Apa kamu tidak memikirkan perasaan Bunda dan orang tua Aira, Ezhar. Apa pun alasannya kamu harus bersikap baik dengannya!

“Aku tidak mau Ayah, aku benci perempuan itu!”

Ezhar, langsung mematikan sambungan telpon tersebut. Sekarang moodnya menjadi hancur ketika sang Ayah menelpon dirinya menanyakan keberadaan perempuan tersebut. Dia juga marah karena Ayah dan Bundanya lebih memilih perempuan itu ketimbang dirinya.

“Aargggghhh perempuan brengsek!”

Semua barang dokumen yang berada di atas meja bersekan di lantai, karena Ezhar melemparnya dengan kasar.

•••

Tiba di waktu senja yang sebentar lagi akan berubah menjadi malam. Seorang gadis dengan baju gamis  biru itu sedang menatap langit.

Dia menghela nafasnya, ras cape dan lelah menyerang tubuhnya. Dari pagi hingga menjelang sore tadi, tidak henti-hentinya dia melakukan pekerjaan rumah yang besar tersebut. Aira hanya melakukannya sendiriaan, Ibu Husma ingin membantu namun selalu di larang oleh Aira. Karena dia tau Ezhar memasang cctv dan memantau dari jauh.

Sekarang perempuan tersebut sedang berada di luar kamar, di balkon kamar milik Ezhar. Dia melangkahkan kakinya dikit demi sedikit ke depan, hingga tiba-tiba di mana hujan turun dan mengguyur tubuhnya yang terasa lelah.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang