Chapter 17.

1.1K 47 14
                                    

Jangan lupa vote, comment nya ya!

“Daddy sebenarnya apa yang terjadi dengan onty Aira?”tanya Zalina.

Rafael yang tadi sedang menatap layar laptopnya langsung menghentikan kegitannya, dia menatap sang anak.

“Ngak papa nak, itu cuman urusan orang dewasa.”Rafael kembali menatap layar laptopnya.

Kini kedua manusia tersebut sedang berada di ruang kerja Rafael, memang sudah kebiasaan Zalina yang setiap malam akan ikut ke ruang kerja sang daddy. Bukan hanya itu saja Zalina juga di sana mengerjakan beberapa soal yang di berikan oleh gurunya di sekolah.

Gadis cantik yang selalu di baluti oleh hijab tersebut menatap foto sang Mama, yang kini sudah lama meninggalkan keduanya.

“Sayang, udah selesai belum?”tanya Rafael yang masih fokus dengan laptopnya.

Namun tidak ada jawaban dari sang anak, Rafael menoleh dan mendapati Zalina yang sudah menangis sekarang. Dia khawatir kenapa anaknya menangis, apakah dia membuat sang anak menangis atau karena mengabaikannya?

“Zalina, kamu kenapa nak?” pelukan hangat dari Rafael langsung dia berikan kepada sang anak, agat gadis kecil tersebut tenang.

“Kok nangis, daddy bikin kamu marah ya hmm?”namun Zalina hanya menggeleng di iringi dengan isakan.

“Zalina cuman kangen Mama aja, kenapa Mama harus ninggalin kita berdua. Apa Mama ngak kangen sama kita?”tanya Zalina mendongakan kepalanya melihat sang Daddy.

Mendengar pertanyaan dari sang anak Rafael hanya menatap sedih, dia juga sering teringat sang istri yang begitu cepat meninggalkan mereka. Di tambah sekarang dia hanya seorang diri mengurus sang anak, sampai sekarang tidak ada yang berhasil menggantikan posisi sang istri.

“Sayang ngak boleh sedih ya kamu harus kuat, nanti kalo kamu nangis terus Mama jadi ikutan sedih. Kalo kangen sama Mama besok kita main ke tempat mama ya,”ucap Rafael menenangkan sang anak.

“Berarti kalo aku sedih terus mama bakalan ikut sedih Dad?”

“Iya emang kamu mau ngeliat Mama sedih terus?” Zalina menggeleng dengan cepat, dia tidak ingin mamanya sedih.

“Nah kalo kamu ngak mau ngeliat Mama sedih kamu harus bahagia,biar mama di sana ikut bahagia juga.”

“Iya Daddy!”

“Yasudah sekarang kamu tidur, besok sekolah.”

“Aku mau tidurnya di temanin sama Daddy.”

“Yasudah ayo sayang.”

***

“Nak Aira, apa masih sakit?”tanya Husma.

“Sedikit Bu, tapi aku udah nggak papa kok.”

“Ngak papa gimana, tadi aja kepala kamu berdarah mana kaki kamu terkilir lagi.”

“Cuman luka biasa Bu, lagian besok udah sembuh kok. Mending sekarang Ibu istirahat aku udah ngak papa,”ucap Aira menyuruh Husma agar langsung beristirahat ke kamarnya.

“Tapi nak—”

“Bu Aira mohon.”

Mendengar jawaban memohon dari Aira, akhirnya Husma mengangguk dan langsung pamit menuju kamarnya untuk beristirahat.

Namun tidak dengan Aira perempuan tersebut masih menahan rasa sakit di kepala dan kakinya, tetapi dia juga tidak boleh kelihatan lemah sekarang. Perlahan Aira berjalan menuju dapur untuk mencari makanan, karena sedari tadi sore dia tidak makan sama sekali. Perutnya terasa sakit saat ini, oleh karena itu dia berniat ingin makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang