Chapter 2.

798 54 39
                                    

Sebelum baca jangan lupa buat tekan vote, komentarnya ya!

_____________________________

Perlahan Aira, terbangun dari tidurnya melihat pintu kamar yang terbuka dengan cepat Aira berjalan. Mendapati suaminya yang sudah dalam keadaan luka dan darah bercucuran.

"Astaghfirullahalazim mas, tangan kamu kenapa?"tanya Aira terkejut melihat luka tersebut.

Ezhar menghempaskan tangan Aira dari tangannya, dia menatap tajam Aira dan mendorongnya dengan kencang. Tubuh Aira terdorong sampai terduduk di lantai, dia menatap suaminya dengan heran.

"Jangan sentuh gue perempuan haram!"

Aira perlahan berdiri, "Mas Ezhar, tangan kamu berdarah. Sini aku obatin dulu mas,"ucap Aira yang tidak memperdulikan amarah Ezhar.

"Lo budeg atau gimana hah! Gue bilang jangan sentuh gue bangsat!"

Plak!

Tamparan keras dari Ezhar berhasil membungkam mulut Aira yang tadi cerewet akibat khawatir, Aira memegang pipinya yang terasa perih akibat pukulan tersebut. Mata Aira kini sudah berkaca-laca menahan sakit di pipinya, darah segar keluar dari sudut bibir perempuan tersebut.

Ezhar berdiri dari duduknya perlahan mendekati Aira, dan menyeretnya untuk segera keluar dari dalam kamar.

"Keluar dari kamar gue sekarang!"

Ezhar menarik hijab milik Aira dengan kasar, membuat jarumnya terlepas. Kini pakaiaan Aira sudah tidak berbentuk dengan rapi lagi.

"Mas, aku mau ngobatin luka kamu dulu."

"Gue nggak perlu bantuan cewe haram kaya lo."

Bruk!

Tubuh Aira terjatuh ke belakang, Ezhar tersenyum miring melihat tubuh Aira yang sekarang sudah berantakan. Dia menginjak kaki Aira dengan kasar membuat Aira menahan sakit di kakinya, luka tadi siang masih belum sembuh. Dan sekarang kakinya di injak hingga Aira merasakan yang amat sangat nyeri, berusaha Aira menahan injakan tersebut menggunakan tangannya.

Namun nyatanya tangannya malah terkena injakan itu kembali, dengan begitu senangnya Ezhar melihat Aira menderita dan merintih kesakitan.

"Hahahaha."suara tawa Ezhar menggelegar di seluruh ruangan.

"M-mas sakit...."lirih Aira.

"Luka tadi siang masih belum sembuh, mas."

"Setelah lo bilang kaya gitu, gue bakalan berubah fikiran dan kasiaan gitu sama lo?"

"Sama sekali nggak akan, cih!"

"Hiks!"

"Lo diam di sini awas kalo lo berani pergi,"ucap Ezhar yang kembali masuk ke dalam kamar.

Aira hanya menatap kepergian Ezhar tanpa berniat pergi, dia masih setia menunggu kedatangan sang suami. Tidak lama Ezhar datang dengan sebuah gayung yang berisikan air tersebut.

Langsung saja Ezhar menyiram tubuh Aira menggunakan air yang tadi dia bawa dari kamar mandi. Tawa Ezhar semakin kencang saat melihat tubuh Aira yang kini sudah basah kuyup.

"Dingin mas,"ucap Aira dengan bibir yang bergetar.

"Hidup gue jadi sial karena nikah sama cewe haram kaya lo!"

Gayung yang tadi berada di tangan Ezhar, kini dia layangkan ke arah Aira dan mengenai kepalanya.

"Lo nggk boleh tidur di mana pun kecuali di lantai, kalo sampe gue liat lo tidur di sofa atau di mana pun habis lo di tangan gue!"Ezhar menatap tajam Aira dengan penuh penekanan.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang