Piala Dunia Di Qatar Dan Menara El-Burj El-Khalifah

9 0 1
                                    

Tak terasa usia hampir nyaris setengah abad telah menghampiri, sementara zaman telah berganti secara perlahan tetapi pasti. Era telephon rumah telah diserbu dengan era wartel yang bersebelahan, bertetanggaan, atau bersaudaraan dengan warnet, tetapi tidak ada hubungannya dengan warteg atau warsun apalagi dengan warung sederhana miliki orang Minang walaupun tertulis sederhana tetapi secara harga tidaklah sederhana seperti warteg atau warsun yang harganya masih merakyat.

Tak lama kemudian warnetpun dihabisi oleh era zaman digital terbaru dengan telephone seluler yang berbasiskan satelit sehingga tanpa kabel dan tiang sambung kabel telephone, cukup dengan menara transponder penghubung sinyal dari satu titik ke titik lainnya hubungan telephon berikut dengan turunannya dapat dioperasikan. Cukup dengan isi pulsa yang diisi ke nomor handphone akan terus dapat digunakan selama ia suka. Sejak saat itulah hubungan telekomunikasi semakin cepat dan bahkan melesat jauh kedepan seperti yang dulu pernah dikhayalkan oleh orang-orang tentang dunia masa depan yang pernah digambarkan di filem-filem yang bergenre futuristik.

Pada zaman itulah saya alami perubahan itu tepat di hadapan mata kepala ini dengan rasa penuh ragu sebegitu cepatnya perubahan zaman ini terjadi, era kirim khabar dengan surat beberapa lembar dengan dimasukkan amplop lalu tempelkan perangko yang dibeli di kantor pos terdekat lalu dimasukkan di bis-surat atau kotak pos terdekat. Dalam jangka waktu beberapa hari atau malah beberapa minggu jika jarak terlalu jauh, barulah sampai kemudian ke tempat tujuan, kini telah disapu bersih oleh media elektronik berupa telephon genggam secara telak dan meyakinkan hingga tak berkutik lagi surat pos itu mati secara mengenaskan.

Setelah selesai gelar doktoralku di universitas Islam negeri di ibukota ini lebih dari sepuluh tahun lalu, akhirnya kutemukan juga kontak beberapa sahabat terutama mereka yang telah lama tercerabut dari kampung halamannya bahkan dari negeri ini selama bertahun-tahun. Budiman yang akhirnya menetap di Paris Perancis Eropa sana ternyata telah menjadi seorang pengajar di kampus almamater keduannya Le Sorbonne Universitte dengan istrinya Mariana yang telah terlebih dahulu menjadi pengajar dan peneliti di kampus legendaris itu, sementara Agus yang ternyata setelah mempersunting wanita TKW ternyata dipercaya oleh majikan istrinya untuk mengelola perkebunan di Dubai dan satu restoran Oriental di el-Burj al-Khalifah pusat kota Dubai yang telah mendunia itu. Sementara Uzer yang sejak dulu berkuliah di fakultas bahasa jurusan jurnalistik juga tak jauh meleset dari ijasah yang disandangnya, kini telah menjadi manager di salah satu televise swasta terkemuka di Jakarta yang terkadang masih adakah liputan ke wilayah Timur-Tengah dengan beberapa anak buahnya.

Selama kurang lebih 25 tahun sudah berpisah, secara tak sengaja lewat percakapan di facebook akhirnya kami berempat sepakat untuk bertemu di Dubai, dengan pengundang dan penanggung jawab akomodasi penginapan dan perjalanan selama beberapa hari ditanggung oleh sahabat Agus yang konon telah menjadi pengusaha asal Indonesia yang sukses dengan salah satu trip perjalanan ke Qatar berikut tiket menyaksikan secara langsung di beberapa pertandingan piala dunia sepak bola, hasil bonus dari mitra perusahaan Agus di Dubai untuk 10 orang, kami berempat dengan istri kita masing-masing berjumlah berdelapan, dan dua putra Agus sehingga pas berjumlah 10 orang kesemuanya.

Ya semuanya hampir seperti dalam mimpi kurang lebih seperempat abad atau 25 tahun lamanya mereka saling terpencar ke barbagai wilayah dunia, dengan kemajuan teknologi mereka saling bertemu di dunia maya sejak facebook banyak digunakan sebagai media silaturrahmi antara warga dunia, tak terkecuali beberapa dari kami ternyata saling menelusuri keberadaan masing-masing. Dalam penelusuranku yang akhirnya terlacak lewat postingan fotho-fotho yang diunggah oleh seorang Budiman terlihat yang paling mencengangkan bagi mereka yang ketahui sejarah perjalanan hidupnya yang tak dapat diduga tetapi karena kegigihannya ia sanggup keluar dari lubang keterpurukan tetapi malah ia mampu bangkit melesat jauh lewati teman-temannya yang mungkin dahulu sempat sebagian diantara mereka yang meremehkan kemampuannya. Sementara sebagiannya lagi telah memasukkan nama 'Budiman' kedalam 'kotak orang-orang gagal.'

Cinta Seorang Santri Di Negeri OrangWhere stories live. Discover now