2/2

1.3K 91 85
                                    


3. 30 PM

Wajah Jeffrey sudah merah padam. Karena sudah banyak minuman yang diteguk sebelumnya. Sama seperti teman-temannya yang kini sudah terkapar di berbagai penjuru rumah.

Ada yang di sofa, di atas karpet tebal, di ujung tangga dan di lantai rumah. Karena para istri sedang menikmati tidur siang. Setelah dipijat oleh orang yang dipanggil Kalandra. Sebab dia tahu bagaimana beratnya menjadi ibu rumah tangga.

Apalagi yang juga bekerja. Sangat melelahkan, karena mereka pasti akan berperan ganda. Sebab para laki-laki masih belum sadar jika seharusnya, tugas rumah tangga harus dibagi secara rata.

"Mega memang bisa bersih-bersih dan masak. Tapi dia melakukan itu jika ada maunya saja. Seperti saat mau pergi dengan teman-temannya. Beli barang mahal tanpa bilang dan masih banyak yang lainnya. Dia masih belum sadar untuk melakukan pekerjaan rumah tanpa ada maunya!"

Keluh Teressa dengan mata terpejam. Sebab kini masih ada tukang pijat di atas tubuhnya. Membuat Sheril dan Kalandra yang masih terjaga terkekeh pelan.

"Itu salahmu sendiri! Kenapa tidak menyewa ART, sih? Uang sudah ada! Kenapa harus susah-susah melakukan pekerjaan rumah sendirian?"

Kali ini Sheril yang bersuara. Dia jelas agak bingung dengan jalan pikir Teressa. Karena dia lebih memilih hidup susah padahal bisa dipermudah.

"Mertuaku belum mati! Tahu sendiri dia masih sering merecoki rumah tangga kami! Aku tidak boleh pakai ART kalau tidak sedang kerja dan hamil! Ya Tuhan! Tidak tahu apa kalau anaknya juga seperti anak-anak! Siang malam rajin nyusu juga!"

Sheril dan Kalandra tertawa cekikikan. Sama seperti para pemijat yang sudah menahan tawa juga. Sebab ucapan Teressa sangat lucu bagi mereka.

"Kalau kamu, Kal? Jeffrey bagaimana? Dia suka bantu-bantu kamu atau tidak?"

"Dia sebelas dua belas dengan suamimu. Terima beres saja, maklum lah. Dia kerja hampir 12 jam. Aku juga tidak masalah. Karena aku di rumah tidak ada kegiatan apa-apa juga."

Sheril dan Teressa mengangguk saja. Sebab mereka tahu jika Kalandra pasti sering gabut di rumah. Sebab dia benar-benar tidak kerja. Apalagi melakukan pekerjaan rumah karena sudah memiliki belasan ART di rumah.

Berbeda dengan Teressa yang meski tidak bekerja harus tetap melakukan pekerjaan rumah sendirian. Berbeda pula dengan Sheril yang sudah memiliki anak yang saat ini dititipkan di rumah mertua. Sehingga Kalandra yang benar-benar tidak ada kerjaan di antara mereka. Kecuali menghabiskan uang suaminya untuk belanja.

"Eh---Sheril, kamu pernah bertemu Joanna berarti? Bagaimana penampilannya saat ini? Apa secantik dulu---"

Pertanyaan Kalandra terjeda saat pintu ruangan terbuka. Hana pelakunya. Dia adalah istri Justin yang kerja sebagai seorang presenter di salah satu saluran televisi swasta. Tidak heran jika dia masih harus kerja meski di tanggal merah.

"Lebih cantik dari dulu! Aku baru saja lihat di depan. Dia punya anak seusia Kevin, ya?"

Tanya Hana setelah melepas pakaian. Sebab dia siap pijat juga. Membuat Sheril mengangguk singkat. Karena dia jelas sudah melihat Joanna dan anaknya. Serta suaminya yang masih terlihat tampan meski hampir berkepala empat.

"Iya. Dia seumuran dengan Kevin. Mau masuk SD tahun ini. Kamu lihat suaminya tidak, tadi?"

"Tidak. Kenapa? Pasti makin hot, ya?"

Hana tertawa cekikikan. Saat ini dia sudah tidur tengkurap di salah satu ranjang. Sebab dia ingat sekali bagaimana rupa Jordan, suami Joanna yang tampan dan jelas jauh lebih berwibawa daripada suami-suami mereka.

Karena usia pria itu lebih tua tiga dari mereka. Namun lebih tua lima tahun dari Joanna. Karena wanita itu anak akselerasi sehingga bisa satu kelas saat SMA dengan mereka. Sama seperti Teressa.

"Iya, GILA! Dia terlihat agak menua! Tapi you know, lah! Menuanya pria panas seperti apa? Smile linenya saja terpahat sempurna. Pokoknya dia seksi dari ujung kaki sampai kepala. Beruntung sekali Joanna menikah dengan Mas Jordan. Dia pasti diperlakukan seperti Ratu oleh dia! Tidak seperti suami-suami kita yang masih kekanakan!"

Ucapan Sheril membuat Teressa dan Hana mulai tersenyum lebar. Membuat bulu kuduk mereka meremang karena membayangkan. Namun tidak dengan Kalandra yang justru diam saja. Sebab merasa jika Jeffrey jauh lebih baik dari Jordan.

Di tempat lain, terlihat seorang anak kecil yang sedang menangis. Kencang sekali. Hingga membuat ibunya panik.

"Mama! Tidak mau, Mama! Ikut! Malvin mau ikut Mama!"

"Kamu di rumah saja, ya? Mama tidak akan lama."

Joanna, wanita berambut hitam sepundak ini tampak memeluk anaknya. Membisikkan kata-kata lembut untuknya. Hingga si anak melunak dan akhirnya mau ditinggal. Namun dia tetap menangis meski tidak sekencang sebelumnya.

"Kita bisa terlambat kalau menunggu dia diam!"

"Maaf, Mas."

Joanna menarik nafas panjang. Lalu menatap Jordan yang sudah memejamkan mata di sampingnya. Sebab mereka sedang duduk di kursi belakang mobil suaminya.

"Aku lelah sekali. Seharusnya dia tidak seperti ini dan membuatku semakin pusing!"

Jordan merapatkan badan pada istrinya. Juga langsung menjatuhkan kepala di atas pangkuan Joanna. Lalu menekuk badan agar bisa rebahan di kursi belakang.

"Maaf, ya, Mas?"

"Tidak perlu minta maaf. Bukan salahmu juga. Nanti kita menginap di luar, ya? Sudah lama kita tidak berduaan."

Jordan meraih tangan kanan istrinya. Lalu diusap pelan ke arah pipinya. Hingga membuat matanya perlahan terpejam. Sebab dia memang sedang pusing sungguhan. Bukan hanya karena pekerjaan, namun karena mendengar suara tangis Malvin juga.

Kita flashback bentar, yukkk!!!

Tbc...

HISTORY [END] Where stories live. Discover now