8/8

697 81 141
                                    


Beberapa hari kemudian.

Joanna mengantar Malvin sekolah. Anak ini tampak begitu bersemangat. Apalagi dia baru saja mendapat hadiah mainan baru dari Jordan.

"Tidak perlu terlalu keras belajar. Mama lebih suka jika kamu bersenang-senang di sekolah. Memiliki banyak teman dan berbuat baik pada mereka."

Malvin mengangguk singkat. Lalu memeluk ibunya. Sebelum memasuki kelas. Kemudian duduk di kursi paling belakang. Karena namanya tercantum di sana.

Setelah seluruh murid memasuki kelas, pintu mulai ditutup dari dalam oleh si wali kelas. Sehingga para ibu yang mengantar mulai menjauh dari sana.

"Joanna, kamu sudah masuk grup para ibu anak-anak?"

"Belum."

Joanna mulai mengeluarkan ponsel dari tas kecil yang dibawa. Lalu didekatkan pada Sheril yang baru saja menyapa. Sebab mereka memang teman SMA. Pernah dekat dan sering liburan bersama juga. Karena pacar mereka bersahabat.

"Sudah. Terima kasih, ya?"

Sheril mengangguk singkat. Lalu menatap Joanna dari atas hingga bawah. Wanita itu tampak cantik meski hanya memakai pakaian sederhana. Tidak heboh seperti para ibu yang lainnya.

Maklum saja, ini karena Jordan orang kaya. Jelas perawatan istrinya sangat mahal. Hingga Joanna tampak begitu sempurna dari kaki hingga kepala.

"Sama-sama. Btw, Jo---aku mau tanya. Kamu perawatan di mana? Kulitmu terlihat sehat sekali. Cantik. Aku juga ingin punya kulit seperti ini."

Joanna hanya tersenyum kecil. Lalu mengirim alamat klinik kecantikan yang sering didatangi pada Sheril. Kemudian pamit pergi karena dia sudah ada janji dengan orang lain.

8. 50 PM

Sheril sedang menundukkan kepala di depan suaminya. Sebab dia baru saja melakukan kesalahan besar. Yaitu menghabiskan uang hampir satu miliar di klinik kecantikan.

"Bukannya aku pelit! Tapi ini 800 juta dan habis dalam beberapa jam! Kamu bilang bulan depan juga harus kembali datang? Gila kamu, hah!? Uang sekolah Kevin saja tidak ada separuhnya dalam sebulan!"

Sheril masih diam saja. Sebab baru kali ini Ethan marah padanya. Marah besar hingga berteriak di depannya. Mengingat pria ini memang yang paling sabar di antara ketiga temannya. Sehingga dia sangat takut saat melihat Ethan marah sekarang.

"Joanna kamu ikuti! Suaminya sudah kaya sejak kecil! Dia pewaris tunggal perusahaan raksasa di negara ini! Bisa-bisanya kamu iri dan ikut-ikutan wanita ini!"

Ethan langsung meninggalkan Sheril. Sembari memegangi kepala yang mulai pusing. Sebab dia jelas merasa sayang jika uang 800 juta habis untuk hal seperti ini. Karena dia memang belum sekaya Jeffrey yang bisa menghasilkan miliaran rupiah setiap hari.

Sheril merasa bersalah. Dia benar-benar tidak menyangka jika perawatan Joanna bisa mencapai hampir satu miliar dalam sekali datang. Padahal, dia tidak menambahkan beberapa series yang wanita itu ambil dalam satu kali perawatan.

Di tempat lain, Joanna sedang menunggu Malvin menggosok gigi. Sebab anak itu baru saja selesai belajar dan minum susu agar cepat bertambah tinggi. Sebab dia malas berolahraga karena tidak ada si ayah yang menemani. Mengingat Jordan hampir lembur setiap hari.

"Sudah? Ayo tidur! Mama temani sampai Papa pulang lembur!"

Malvin mengangguk singkat. Lalu menaiki ranjang. Memeluk ibunya yang sudah berbaring di atas ranjang. Di sampingnya. Sembari tersenyum tentu saja.

"Bagaimana sekolahnya hari ini? Kamu dapat teman banyak tadi?"

"Iya! Aku senang sekali! Besok aku bawa bekal ya, Ma? Teman-temanku mau bawa semua soalnya."

"Oke. Besok Mama buatkan."

"Thank you, Ma!"

Malvin semakin memeluk erat ibunya. Membuat Joanna ikut melakukan hal yang sama juga. Lalu ikut terlelap bersama si anak.

Di lain tempat, Kalandra tampak gelisah. Setelah melihat foto yang Sheril kirimkan. Foto Kevin dan Malvin bersama teman-teman sekelas di hari pertama sekolah.

Di foto ini, terlihat jelas jika Malvin sangat mirip Jeffrey. Dari alis, mata, hidung dan bibir. Hingga lesung pipi. Membuat jantungnya berdegup kencang sekali. Sebab dia jelas takut Jeffrey akan tahu hal ini.

"Tidak! Tidak mungkin! Dia tidak mungkin anak Jeffrey!"

"Apa yang tidak mungkin?"

Kalandra terperanjat saat mendengar suara Jeffrey di belakang. Dia terkejut tentu saja. Sebab pria ini tiba-tiba saja pulang cepat. Karena biasanya, dia akan lembur sampai jam sebelas.

Kalandra diam saja. Membuat Jeffrey mulai menatap ponsel istrinya yang masih ada di atas meja makan. Menampilkan foto anak-anak yang memakai seragam putih merah.

"Siapa mereka?"

Jeffrey langsung meraih ponsel Kalandra. Melihatnya dengan seksama. Lalu menemukan foto Malvin di sana. Dia bersebelahan dengan Kevin yang jelas sudah sering dilihat.

Namun anehnya, mata Jeffrey terlebih dahulu menangkap potret Malvin yang dirasa sangat familiar di matanya. Karena anak ini tampak seperti dirinya saat masih muda.

"Dia---"

"Pasti hanya kebetulan saja! Aku yang meminta Sheril mengirim foto anak Joanna. Karena aku juga penasaran bagaimana wajahnya."

Kalandra langsung merebut ponselnya. Lalu menatap Jeffrey yang kini hanya diam saja. Tidak lagi mengeluarkan suara setelah ucapannya dijeda.

"Kamu sudah makan? Kalau belum, aku buatkan makan, ya?"

Kalandra langsung bangkit dari duduknya. Berniat melepas dasi suaminya. Namun Jeffrey jelas langsung mencegahnya.

"Kirimkan foto itu padaku. Ada yang mau aku pastikan dulu!"

Ucap Jeffrey sebelum pergi. Dia langsung menuju kamar tanpa mengatakan apapun lagi. Serta, mengabaikan pertanyaan Kalandra sebelum ini.

Mata Kalandra mulai berkaca-kaca. Dia jelas merasa takut sekarang. Sebab sepertinya, anak itu benar-benar anak Jeffrey dan Joanna. Karena Malvin benar-benar mirip Jeffrey sungguhan.

Dengan langkah cepat, Kalandra mulai menyusul suaminya. Ingin kembali meyakinkan dia. Jika Malvin bukan anaknya. Bukan darah dagingnya.

"Sudah kukirim. Dia memang agak mirip kamu. Tapi sepertinya ini wajar karena---"

"Aku ingin sendiri sekarang. Bisa kamu tidur di kamar sebelah? Atau aku saja? Setelah mandi aku akan pindah. Jadi jangan berbicara lagi sampai aku memulainya!"

Ucapan Jeffrey benar-benar membuat Kalandra shock di tempat. Sebab Jeffrey yang dingin kembali datang. Padahal, dia sudah bersusah payah membuat pria ini melunak padanya. Menerima dirinya yang telah dengan suka rela berkorban harta, waktu dan tenaga juga.

Bonus foto Malvin :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus foto Malvin :)

Tbc...

HISTORY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang