3/3

1K 87 94
                                    

Tujuh belas tahun yang lalu.

Jeffrey baru saja keluar dari ruang BK. Bersama Justin dan Ethan. Karena Mega masih ditahan di dalam. Oleh Asmara selaku guru BK. Gara-gara ketahuan membawa rokok dan dibagikan untuk anak-anak di kelas.

"Padahal sebentar lagi kita lulus! Tapi kenapa masih saja diatur-atur!?"

Seru Justin karena dendam dengan Asmara. Sebab ponsel barunya baru saja disita. Sama seperti nasib kunci motor balap milik Jeffrey dan Ethan.

"Sudah, lah! Satu minggu lagi juga dikembalikan."

Kali ini Jeffrey yang bersuara. Karena dia jelas tidak bisa ikut marah seperti teman-temannya. Karena Asmara adalah ibu dari pacarnya.

Iya. Asmara adalah ibu Joanna, teman sekelas yang dipacari selama satu bulan ke belakang. Setelah berbulan-bulan menjalani pendekatan.

"Bela saja terus calon mertuamu itu! Aku yakin, jika tahu kamu pacar Joanna, akan habis kalian!"

Ucapan Ethan hanya membuat Jeffrey terkekeh pelan. Lalu berjalan cepat menuju kelas. Sebab di sana Joanna berada. Sedang membaca buku karena itu adalah hobinya. Padahal, ujian nasional sudah terlaksana. Dia juga masuk dalam jajaran siswa eligible yang bisa masuk universitas negeri melalui jalur raport saja.

Seharusnya, Joanna bisa sedikit bersatai sekarang. Bukan justru terus membaca buku tebal pemberian ibunya. Untuk jaga-jaga jika dia tidak lolos dalam seleksi bersama melalui jalur raport saja. Sehingga dia harus tekun belajar untuk persiapan tes tulis dalam beberapa bulan ke depan.

"Minggir!"

Seruan Jeffrey membut Teressa yang duduk d samping Joanna langsung bangkit dari kursinya. Sebab dia tidak ingin berurusan dengan Jeffrey Iskandar. Anak wali kota yang terkenal sangat nakal.

"Nanti jadi jalan, kan? Motor balapku disita. Tapi aku bisa minta supir menjemput kita."

Joanna mulai membenarkan letak kacamatanya. Lalu menatap Jeffrey yang sudah duduk di sampingnya. Dengan tubuh penuh keringat. Karena dia baru saja dikejar satpam sebelum masuk ruang BK.

"Aku tidak bisa. Ibu mau diantar arisan sepulang kerja."

Jeffrey hanya mengangguk pelan. Raut wajahnya berubah. Dia jelas kecewa sekarang. Namun tidak bisa memaksa juga.

"Ya sudah. Tapi besok bisa, kan?"

"Akan aku usahakan."

Jeffrey tersenyum senang. Lalu ikut membaca buku yang Joanna pegang. Membuat Mega yang baru saja memasuki kelas langsung menggeleng pelan. Sebab sejak TK berteman, baru kali ini dia melihat Jeffrey serius membaca buku pelajaran.

2. 30 PM

Keesokan harinya, Joanna benar-benar menepati janji untuk memenuhi ajakan kencan pacarnya. Meski harus terlambat dua jam. Karena dia diminta mengantar ibunya ke salon langganan yang ada di luar kota. Itu sebabnya dia bisa bebas keluar rumah dan pulang malam. Karena ayahnya juga ada tenis dan pulang jam sembilan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HISTORY [END] Where stories live. Discover now